〜✾Chapter 49✾〜

46 9 0
                                    

"Setidaknya harus ada yang mengawasi Riinu-kun kan? Disana ada banyak orang yang mengawasi Jel-san." balas Colon.

Ia menatap Riinu yang sedang terlelap dan langsung menghela nafas pendek.

"Kau benar.''

Satomi mulai memposisikan dirinya duduk di kursi yang ada di pojok kamar. Manik mata indahnya menatap keluar jendela kapal. Matahari sudah mulai meninggi, ini sudah siang. Mungkin mereka akan sampai ditempat tujuan pada keesokan harinya.

"Kalau kau lelah, kau boleh beristirahat disana!'' Ucap Satomi pada Colon. Tangannya menunjuk kearah kursi panjang yang ada di sampingnya.

Kapal ini sudah melaju menembus lautan dari beberapa jam yang lalu.

Colon langsung berjalan ke arah kursi tersebut dan duduk disana. Ia sedikit pusing berada di dalam kapal ini.

"Aku ingin minum teh." Gumamnya kecil.

"Hn?'' Satomi melirik Colon, bingung.

Dia penasaran dengan apa yang dikatakan Colon tadi.

Colon menghela nafas panjang dan melihat Satomi dengan sedikit memelas.

"Aku ingin teh.." ucap Colon.

"Wakatta, tunggulah disini sebentar.'' Karena tidak tega melihat raut wajah Colon yang seperti itu. Satomi mulai bertindak, dia lalu menekan tombol merah yang ada di rak samping ranjang tempat Riinu berbaring.

Di seberang sana terdengar suara perempuan yang terdengar ramah, ''apakah ada yang bisa saya bantu, tuan?''

Satomi segera menjawab, bahwa dia ingin meminta diantarkan makanan serta minuman ke kamar yang ditempati Riinu.

Pelayan itu langsung mengangguk mengerti. Satomi lalu memutuskan sambungan komunikasinya.

Pandangannya lalu beralih pada Colon, ''tunggulah sebentar!'' Katanya sambil ikut duduk di dekat kursi yang ada di samping tempat duduk Colon.

Colon hanya mengangguk. "Apa Riinu-ouji akan baik baik saja?" tanya Colon.

Ketika Colon bertanya padanya tentang bagaimana keadaan Riinu, Satomi tidak bisa menjawabnya.

Dia tidak bisa berbuat apa-apa. Satomi terlalu lemah, jika saja dia lebih bisa diandalkan. Semuanya pasti tidak akan jadi begini.

Ini semua salahnya, seharusnya dia tidak menuruti permintaan dari kakaknya untuk mengundang kelima temannya ke acara itu.

Satomi menghela nafas beratnya, sekarang bukan waktu yang tepat untuk memikirkannya. Yang lebih penting adalah bagaimana caranya agar Putra Mahkota yang sedang terbaring itu terbangun?

Satomi menatap kearah Riinu sambil otaknya dipaksa bekerja untuk mencari jawaban dari apa yang dicarinya.

Satomi sedikit terkejut, lebih ke tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Riinu akhirnya membuka kedua matanya.

Satomi segera menghampiri Riinu dan menanyakan keadaan pemuda itu.

"Riinu, apa kau baik-baik saja?'' Tanya Satomi, wajahnya cukup dekat dengan wajah putra mahkota.

__

Kilasan ingatan memaksa masuk dalam kepalanya dan kejadian-kejadian yang sudah lama di lupakannya kembali bermunculan secara cepat dan berulang-ulang layaknya kaset rusak.

Bayangan seorang pemuda bersurai hitam yang sangat mirip dengannya tersenyum miring ke arahnya. Dengan tatapan matanya yang dipenuhi oleh kebencian ia menunjuk kearah Riinu yang hanya bisa terdiam mematung.

Prince of Fantastic [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang