6. Tentang Guntur

7.1K 785 10
                                    

Malam ini Bu Ola menemani besannya menginap di rumah sakit. Nayra dan Guntur harus pulang ke rumah hendak mengambil beberapa dokumen-dokumen untuk perebutan hak asuh Ayu. Awalnya Ayu sangat keberatan karena harus berpisah dari Mama sambungnya itu, tapi setelah diberi pengertian oleh eyangnya juga papanya sendiri, akhirnya Ayu mau melepas genggaman tangannya dari tangan Nayra.

"Ini juga untuk Ayu. Papa Gun mau urus Ayu, supaya Ayu ikut Papa Gun. Kan Eyang di sini. Eyang Ola juga nanti nginap di sini. Rame kan? Ada Pak Dadang juga. Kalo Ayu kepingin makan enak, tinggal suruh Pak Dadang pergi cari..." bujuk Bu Hanin sambil mengusap-usap kepala cucunya perlahan sebelum Bu Ola datang. Dan Pak Dadang adalah salah satu satpam rumahnya sekaligus orang kepercayaan Bu Hanin.

Nayra sebelumnya sempat tidak mau meninggalkan putri cantiknya itu. Dia tidak sanggup membayangkan wajah sedih Ayu ketika dia meninggalkannya di rumah sakit. Tapi wajahnya berubah sangat cerah saat ibunya bersedia menemani Bu Hanin menginap di ruang Ayu. Nayra yakin kehadiran ibunya mampu menghapus kesedihan Ayu.

_____

"Maaf, Ola. Kamu jadi ikutan menginap," ucap Bu Hanin setelah memastikan Ayu sudah tidur malam itu. Bu Hanin dan Bu Ola duduk-duduk selonjoran di atas kasur tipis yang terbentang di atas karpet, tidak jauh dari tempat tidur Ayu.

"Nggak papa, Mbak. Saya senang bisa ikut meramaikan suasana. Supaya Ayu juga ikut senang. Cepat pulang ke rumah..." balas Bu Ola.

"Ah. Sebenarnya Guntur tuh bisa urus sendiri. Dulu-dulu pernah dia mau rebut Ayu dari mantan istrinya itu. Sudah pernah punya masalah. Ayu kan kurang nyaman sama daddynya. Ayu sering ngeluh ke Guntur. Akhirnya Guntur sering bujuk-bujuk Ayu supaya mau ikut dengannya. Dulu dia urus sendirian ke sana ke mari. Tapi ya gagal," tutur Bu Hanin yang menyindir kelakuan anaknya yang sangat manja dengan Nayra.

Bu Ola senyum-senyum mendengar celoteh Bu Hanin mengenai kelemahan anaknya. Dia akui, Guntur memang sangat manja sama putrinya. Dia ingat ketika Guntur menginap di rumahnya pada saat terjadi pertengkaran antara Bu Hanin dan Nayra. Guntur seakan tidak mau lagi dipisahkan dari Nayra. Bu Ola melihat tangan Guntur yang selalu memegang tangan Nayra menjelang tidur.

"Sebenarnya menurutku yo biar Nayra di sini aja. Ayu biar terus dekat Nayra. Supaya Ayu cepat pulih, sehat, bisa pulang cepat. Baru kemudian fokus ke urusan hak asuh..., kan enak tho? Tertib. Hati dan perasaan nggak kasak kusuk..."

Bu Hanin semakin sewot dengan tingkah anaknya. "Ini nggak. Nangis-nangis. Peluk-peluk anakmu. Cah Ayu pegang tangan anakmu..., anakmu jadi rebutan. Lah..., urusan jadi tambah ruwet dan lama...,"

Bu Ola tertawa melihat wajah Bu Hanin yang menyesalkan sikap tidak tenangnya Guntur.

"Sampe-sampe pengacaraku bilang begini, aku lebih baik liburan ke Rote saja. Aku serahkan kasus ini ke Dian anakku. Bisa juga dia urus yang begini-begini. Pening aku liat dia lengket terus sama bininya itu..."

Bu Ola menggelengkan kepalanya membayangkan sikap manja menantunya.

"Yah..., namanya juga baru menikah, Mbak. Guntur kan sudah lama menduda. Begitu jatuh cinta sama Nayra, dan Nayra juga sangat menyayangi Guntur, jadi ya begitu..., nggak terlepaskan," tanggap Bu Ola dengan senyum manisnya.

"Halaaah. Aku yo dulu juga pernah ngerasain jadi penganten baru. Ya biasa saja. Nggak ngerti aku dengan Guntur iki. Muanjaaa. Kamu dulu gimana, Ola? Emang almarhum bojomu manja juga? Nggak Toh?"

Bu Ola terkekeh melihat wajah sewot besannya itu.

"Yah nggak tho, Mbak. Malah saya sing manja..."

"Naahh, mestinya kayak gitu, La,"

"Tapi yo beda. Lah bojoku nggak pernah merasakan jadi duda gitu..."

Bu Hanin menahan senyum di tengah rasa kesalnya terhadap sikap Guntur.

FaridTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang