48. Rindu Kamu

8.7K 740 19
                                    

Farid tak kuasa menahan kagetnya melihat sosok yang ada di hadapannya. Renata? Istrinya yang baru beberapa hari ini disakitinya? Berdiri tegap memandangnya penuh harap dan sesal.

Farid tersenyum lebar memandang wajah yang dia rindu itu. Dia tidak menyangka sama sekali Tata yang mendatanginya. Padahal dia sendiri sudah berniat meminta maaf terlebih dahulu.

Perlahan dia letakkan ranselnya di atas lantai. Dipeluknya Tata yang sepertinya sudah tidak sanggup menahan tangis. Farid sangat lega sekaligus bahagia. Ribuan janji dan tekad dia patri dalam hati untuk tidak menyakiti hati istrinya lagi.

"Mas!" pekik Tata dengan suara tertahan. "Mau ke mana lagi?" tanyanya yang khawatir, karena sempat melirik Farid yang sudah rapi dengan ranselnya. Juga kamar yang sudah tertata sangat rapi, seakan-akan Farid akan pergi ke suatu tempat.

"Aku mau pulang, Re..." jawab Farid sambil mengusap kepala Tata lembut, dan mengecupnya berulang-ulang.

"Pulang ke manaaaaa?" rengek Tata. Dia eratkan pelukannya.

"Pulang ke kamu, Sayang."

Tata terisak lega mendengar jawaban Farid. Dia tidak tahu apa yang dia rasakan ketika bertemu suaminya sekarang, apakah senang atau sedih.

Kemudian Farid membimbing Tata duduk di tepi tempat tidurnya.

"Kok malah jemput?" tanya Farid seraya menyerahkan tisu ke Tata.

"Kangen...," jawab Tata di tengah isaknya.

"Gimana tau aku di sini?"

"Wen..."

Farid menundukkan kepalanya tersenyum mengingat gadis cantik itu. Pantas kemarin dia lihat Wen dan Hans bercakap-cakap di sisi lokernya, di kampus. Hans adalah salah satu teman dekat Farid yang mengetahui tempat tinggal baru Farid.

"How much?"

Tata mendongakkan kepalanya, lalu ditatapnya Farid yang duduk di sampingnya.

"Cuma syal yang aku beli waktu transit di Dubai..." Tata tersenyum mengingat wajah melas Wen yang menginginkan syal jingga muda yang terlilit di lehernya, saat dia meminta bantuan Wen untuk mencari alamat suaminya.

Farid menggelengkan kepalanya. Digenggamnya tangan Tata dengan kedua tangannya erat-erat.

"Maafkan aku, Rena..." ucapnya sungguh-sungguh. "Aku nggak akan buat kamu sedih lagi," lanjutnya sambil mengusap-usap pinggang Tata.

"Aku juga minta maaf, Mas. Sebaiknya kita bisa bicara baik-baik. Maafkan aku tampar kamu waktu ituuuu... huuuu...,"

Farid tertawa kecil melihat wajah Tata yang kembali menangis seperti anak kecil. Dia peluk Tata sekali lagi.

"Masih sakit nggak, Mas?" tanya Tata sambil mengelus pipi Farid. Tata sangat menyesal.

"Udah nggak...," balas Farid dengan tatapan lembutnya.

Farid lalu beranjak dari dipan seraya duduk bersimpuh di hadapan Tata.

"Maafkan Papa juga, Nak...," ucapnya sambil mengecup dan mengusap perut Tata. Tata tersenyum di tengah tangisnya. Dia sungguh terharu dengan sikap suaminya yang sungguh-sungguh memohon maaf darinya, juga buah hati yang sedang dikandungnya.

________

Farid sekarang merasa dirinya 'pulang' ketika Tata membukakan pintu apartemen untuknya. Apalagi saat melihat semua perabotan yang ada di dalamnya. Tidak ada yang berubah posisinya. Tata ternyata sangat merindukannya.

"Kamu banyak makan nggak?" tanyanya seraya melepas jaket dan menggantungkannya di tiang gantungan yang berada di balik pintu depan apartemen. Tata sedikit membantu merapikan letak gantungannya.

FaridTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang