22. Bilang Saja, Re...

7.4K 757 48
                                    

"Tutup, Re..." suruh Farid yang sudah berada di luar pintu apartemen. Tata terlihat berat menutupnya.

Tata menutup pintu.

Sesak dada Farid ketika berdiri di depan pintu apartemen Tata yang tertutup.

Tiba-tiba pintu terbuka lagi.

"Rena..." desah Farid dengan senyum manisnya. Dia tahu Tata belum rela berpisah.

Tata memburu tubuh Farid, lalu memeluknya lagi.

"Next time gue sering main ke sini, Re," bujuk Farid sambil membelai rambut Tata.

Tata akhirnya perlahan mundur dari Farid dan menutup pintu apartemennya rapat-rapat setelah menatap Farid cukup lama.

Bagaimana Tata tidak sedih melepas Farid sore itu. Farid sudah menunjukkan keseriusan. Farid sudah menganggap bahwa hubungannya dengan Tata bukan main-main. Tapi, Farid pun merasa dirinya tidak yakin bisa selanjutnya bersama.

Tata mencintai Farid. Namun dia belum berpikir sejauh yang Farid pikirkan. Mendapatkan kerelaan dari orang tuanya. Ingin mengenal keluarganya lebih jauh. Ini yang tidak ingin Tata pikirkan sejak jadian dengan Farid. Dia hanya memikirkan kesenangan karena menganggap usia Farid yang masih sangat muda dan masih ingin bersenang-senang saja. Jika pun kata-kata 'mengikat' sudah Tata lontarkan sebelumnya, bahkan kepada Bu Ola, itu tidak lain hanya ingin menyakinkan dirinya bahwa Farid tidak akan berpindah ke lain hati, juga menyakinkan Farid bahwa dia sangat menginginkan hidup bersama dengannya.

Tata menyadari sosok Farid bukanlah yang diinginkan keluarganya yang merupakan kalangan jetset kelas dunia; memiliki sekolah model ternama di Paris, serta beberapa perusahaan tekstil di sana. Tata tidak yakin Farid akan diterima oleh keluarganya. Farid masih sangat muda, 18 tahun, berasal dari keluarga yang sangat sederhana, baru akan memulai kuliah, tidak memiliki pekerjaan, dan masa depan yang belum jelas arahnya.

Selama Tata hidup sendirian di Jakarta, Tata memang diberi kebebasan oleh orang tuanya. Meski dirinya berperilaku menyimpang, keduaorangtua Tata berusaha memaklumi dengan tetap memberinya kasih sayang dan berbagai fasilitas yang Tata ingin dan butuhkan. Sebagai anak satu-satunya, hidup Tata tentu sangat berkecukupan.

Hingga akhirnya Tata yang sebelumnya tidak yakin dengan perasaan Farid, memutuskan menerima permintaan mamanya untuk mengenal Tristan, anak dari kerabat Papa tirinya. Dibanding Farid, Tristan jauh sangat sempurna, di usianya yang menginjak 25, Tristan sudah sukses mengelola beberapa perusahaan yang bergerak di dunia otomotif di Jakarta. Tristan juga sangat tampan, postur tubuhnya sangat atletis, ditambah sikapnya yang juga baik.

Tata bisa saja berkeras mempertahankan Farid jika seandainya keluarga besarnya tidak menyetujui Farid. Tapi, masalahnya adalah sejak bertemu Farid, Tata yang berubah sudah berjanji dengan sungguh-sungguh bahwa dia akan mematuhi peraturan keluarga, terutama mamanya. Tata sudah sanggup berjanji karena awalnya mengira bahwa Farid tidak ingin bertemu dengannya lagi dan menurutnya dekat dengan keluarga adalah lebih baik. 

Namun, ternyata apa yang Tata rancang berubah, rasa cintanya ke Farid begitu besar, hingga dia sanggup meninggalkan Tristan begitu saja saat 'berkencan'. Ternyata Farid juga menyayanginya.

Tata terlena dengan apa yang dia alami sekarang, berdekatan dengan seseorang yang memang sangat dia cinta dan kagumi. Dia lupa dengan janjinya.

Tata sekarang bingung. Mempertahankan Farid tentu mengecewakan. Dia juga sudah menolak Tristan. Dan parahnya, dia belum menceritakan ini ke mamanya.

Dengan perasaan kacau, Tata menghubungi mamanya.

"Halo, Ma..."

"Renaaa.... Duh, baru aja Mama mau nelfon kamu. Gimana hubungan kamu sama Tristan? Bentar ya, Re..., Mama masih di jalan. Baru pulang dari pameran di Bordeaux. Nanti Mama hubungi kamu balik..."

FaridTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang