37. Premiere

10.2K 769 23
                                    

______

Farid perlahan meraih tangan Tata dan menggenggamnya, berusaha mengalihkan pikirannya.

"Kok berubah?" gumam Farid bertanya.

"Apanya?" Tata balik bertanya.

"Aku..., kamu..." Farid mengeratkan genggaman tangannya.

"Ibu yang nyuruh..."

"Kok sama, Re."

"Tapi emang beda, Farid..."

"What is it?"

Tata memiringkan posisi tubuhnya menghadap Farid.

"Lebih dekat. Lebih nyatu. Hm..., lebih sopan..."

Farid terkekeh. Dia mainkan tangan Tata sambil sesekali mengecupnya.

"Kaku, Rid..."

"Ya. First time..., deg-degan. Pegang deh, Re..." Farid meletakkan tangan Tata di atas dadanya.

Tata menghela napasnya ketika merasakan detak jantung Farid yang berdetak sangat cepat. Ternyata bukan dia saja yang cemas, Farid ternyata juga gelisah.

Tata memandang wajah Farid yang sedikit pucat. Dirinya merasa bersalah setelah mengingat pesan mertuanya sebelumnya untuk melayani Farid dengan sepenuh hati dan mencintai Farid dengan segenap jiwa raga. Karena dia bukan lagi seorang kekasih, dia adalah seorang istri. Kenapa cemas? Kenapa ragu? Kenapa takut?

Tata akhirnya mulai bergerak. Dia gesek-gesekkan miliknya dengan posisi menyamping ke paha Farid.

"Udah, Re. Jangan dipaksa, kalo kamu masih trauma..." cegah Farid sedikit mendorong tubuh Tata.

Tata tidak memperdulikan penolakan Farid. Dia terus menggerak-gerakkan bokongnya agar Farid kembali bergairah.

Benar saja, Farid memejamkan matanya menikmati sentuhan dari tubuh Tata yang bergerak. Tata mulai meraba-raba dadanya.

"Enak, Re...," gumam Farid yang sudah merasakan cairan dari milik Tata yang digesekkan ke paha kanannya. Miliknya pun mulai menegang lagi, karena Tata juga menaikkan kakinya sambil menyentuh-nyentuh milik Farid dengan pahanya.

Farid membuka matanya, dia kembali mengambil alih, memposisikan tubuhnya di atas tubuh Tata.

Mata Farid sudah sangat sayu melihat wajah cantik istrinya yang tersenyum pasrah. Hasratnya pun kembali muncul, karena melihat sikap Tata yang tampak lebih relaks. Tidak ada lagi wajah meringis cemas. Tidak ada lagi wajah takut dan khawatir. Tata kini sudah sangat siap. Dia sudah membuka kakinya lebar-lebar.

Namun Farid tidak ingin terburu-buru seperti sebelumnya. Dia tarik pinggulnya agar miliknya yang tegang dan keras tidak menyakiti perut Tata. Dia dekatkan wajahnya ke wajah Tata, menatap wajah Tata lekat-lekat.

"Problèmes (Ada yang salah)?" tanya Tata dengan senyum tulusnya.

"Non," jawab Farid masih dengan tatapan penuh cinta.

"Fais-le (do it)." 

"Je suis si contente que tu sois dans cette pièce. Comme un rêve (Aku senang kamu di kamar ini, Re. Kayak mimpi)."

"Ce n'est pas un rêve, Mon chéri (Ini bukan mimpi, Beb)."

"Oui. Je connais. Mais toujours comme un rêve. Je n'aurais jamais imaginé que vous étiez dans cette pièce comme ça (Iya. aku tau. Tapi tetap kayak mimpi. Aku nggak pernah sama sekali membayangkan kamu di kamar ini begini)."

"Tapi pernah..."

"But no naked...,"

Tata memejamkan matanya saat Farid mengecup bibirnya. Perasaannya berangsur tenang karena Farid berucap cinta.

FaridTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang