60. Keteguhan Ola

8.2K 757 59
                                    

Beberapa saat sebelumnya,

"Lha. Kalo kamu suka sama besanku, ngomong saja langsung ke dia," ujar Bu Hanin ke Akhyar. Sebelumnya Akhyar curhat kepadanya mengenai perasaannya. Bu Hanin malah semangat mendengar curhatan Akhyar. Menurutnya, Bu Ola masih cukup muda untuk menjalin hubungan dengan lawan jenis. Apalagi sekarang Bu Ola disukai seseorang yang bernama Akhyar, pria kaya raya yang terkenal sangat ramah. Meski Bu Hanin tidak betul-betul mengetahui latar belakang hidup Akhyar yang sebenarnya, hanya sebatas pecinta gadis-gadis muda, tapi Bu Hanin meyakini bahwa Akhyar adalah pria yang sangat baik jika serius menjalin hubungan dengan seorang perempuan yang dia sukai.

"Tadi aku sudah tanya sedikit ke Paris, Nin. Katanya agak susah dekat-dekat mertuanya itu," ujar Akhyar pesimis.

"Emang. Besanku itu banyak yang suka. Sekarang dia itu sudah kayak aku, Yar. Sudah merasa nyaman. Aku tawarin hidup enak, dia nggak mau. Katanya udah sempurna hidupnya. Nggak salah lho coba deket-deket. Tapi jangan kecewa kalo sikapnya nggak sesuai harapanmu,"

Mendengar penjelasan Bu Hanin, Akhyar bertambah kagum dengan sosok Bu Ola. Dia toleh sebentar ke Bu Ola yang asyik berbincang dengan para ART Bu Hanin dan ART tetangga. Bu Ola memang sosok yang menyenangkan dan apa adanya.

"Mau tak panggilkan?" usul Bu Hanin.

Akhyar mengangguk kecil. Lalu Bu Hanin memanggil Keni, ajudan sekaligus supir setia Akhyar yang berada di dekat Akhyar.

_______

Akhyar melirik Bu Ola yang sudah mendaratkan sesendok koktail buah pemberiannya. Lalu dia kedipkan matanya ke Bu Hanin. Bu Hanin tersenyum simpul dibuatnya.

"Enak, Ola?" tanya Akhyar berusaha mengakrabkan diri.

Bu Ola sedikit mendelik. Dia lirik Akhyar dengan tatapan tajam tak percaya.

"Enak, Bu?" ulang Akhyar. Dia merasa ada yang salah di ucapannya sebelumnya.

"Oh. Iya, Pak Akhyar. Enak minumannya. Pas juga ukuran wadahnya, pas porsinya untuk saya. Terima kasih," balas Bu Ola panjang lebar.

Akhyar menghela lega. Bu Ola masih segan dipanggil nama.

"Lho, Mbak. Kok Saya malah makan sendiri ini..." gumam Bu Ola. Tiba-tiba dia menyadari bahwa hanya dia yang menikmati minuman segar saat ini. Mungkin saking enak rasanya, Bu Ola tidak sadar dengan sekitarnya.

"Udah, Ola. Habiskan. Aku sudah minum yang lain,"

Bu Ola menoleh ke Akhyar yang senyum-senyum. Dia hentikan sejenak suapan koktailnya.

"Maaf, Pak Akhyar. Ngomong-ngomong, kok kenal sama menantu saya?" tanya Bu Ola tanpa ada rasa sungkan.

Akhyar sedikit mendelik. Lalu berdehem sejenak. Dia seakan mendapat angin segar bisa melanjutkan pembicaraan dengan Bu Ola.

"Oh. Dia itu anak dari teman bisnis saya, Corrin. Besan ibu kan?"

Bu Ola mengangguk-anggukkan kepalanya. Orang ini luas juga pergaulannya. Tapi sepintas dia kurang mempercayainya.

"Cucu Ibu Ola lucu banget. Beberapa hari lalu dia main sama cucu-cucu saya. Waktu itu Ibu nggak datang ke rumah adik saya. Padahal saya mengundang semuanya loh," Akhyar tampak melirik ke arah Bu Hanin. Ingin mendapat dukungan.

"Oh. Maaf, Pak Akhyar. Saya kan kerja. Kebetulan hari itu bos saya kebanjiran orderan. Kasian kalo saya nggak kerja, Pak. Bisa kewalahan. Takutnya pelanggan malah lari ke tempat usaha lain. Begitu, Pak," jelas Bu Ola.

Akhyar terkesima mendengar penjelasan lugas Bu Ola.

"Nanti deh, saya kapan-kapan main ke rumah Bapak. Ya, Mbak Hanin ya?"

FaridTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang