49. Chit chat

7.4K 691 13
                                    

Farid tidak kuasa menahan senyum senang mengamati istrinya yang terbaring lemas di sisinya seusai bercinta hebat barusan.

"Apa hasil diammu?" tanya Farid lembut sambil mengusap-ngusap perut Tata yang memang mulai tampak buncit.

"Satu halaman tesis. Kamu, Mas?" Tata balik tanya.

Farid tersenyum manis.

"Dua tugas selesai," ujarnya diiringi tawa ringan.

"Terus mau diam-diaman lagi gitu? Kok nanya-nanya hasil diam? Mentang-mentang ada hasilnya..." gerutu Tata. Dia lirik-lirik suaminya yang senyum-senyum sendiri.

"Yah nggak maulah. Tapi memang harus diam kalo ada tugas yang harus diselesaikan..."

Tata mengenyampingkan tubuhnya menghadap Farid.

"Pelan, Sayang," Farid membantu Tata memperbaiki posisi tubuhnya.

Tata merapatkan dua telapak tangannya dan meletakkannya di bawah pipinya menghadap Farid. Dia pandang wajah suaminya itu lekat-lekat.

"Why?" tanya Farid.

"Nggak papa..., hm...," Tata menelan ludahnya sejenak.

"Wen bilang kamu disukai banyak gadis di kelas. Dan mereka kecewa dengan statusmu yang sudah menikah."

Farid tertawa lepas.

"Bahkan katanya ada dosen yang hendak mencium kamu, Mas..."

Farid masih dengan tawanya.

"Bukan dosen..., tapi asisten dosen...,"

"Wen bilang kamu malah ke luar dari topik..."

"Haha..., bukan ke luar topik. Mana bisa ke luar dari sana. Mata kuliah wajib soalnya. Tapi aku memilih kelas lain,"

"Cantik ya?"

Farid tertawa. Kali ini lebih keras.

"Ya. Cantik," decaknya santai.

"Wen sangat mengagumi kamu, Mas..."

Tata memindahkan tangannya memeluk Farid.

Farid mendengus. Sekilat dia mengingat wajah ceria Wen setiap kali menegurnya. Wen memang pengagumnya. Banyak hal tentang dirinya diketahui gadis cantik itu.

"Can we talk other things?" mohon Farid sambil memainkan telunjuknya di anting-anting hidung Tata.

"Well..., like what?"

"About our baby..."

"Hm..., okay...,"

"Kamu mau laki-laki atau perempuan?"

"I want a boy..."

"Why?"

Mata Tata mengerling, mengigit bibirnya mengingat masa lalunya yang sama sekali tidak dia inginkan.

"Just...," Tata berusaha mengatur napasnya yang mulai sesak.

"Maaf, Mas..."

"I know. Tapi percayalah, I will be not like that." Farid terus menatap teduh wajah istrinya. Dia tahu, pasti akan tidak mudah menghilangkan trauma masa lalu bagi seseorang.

"Just afraid that it will happen again...," mata Tata mulai panas. Mengingat kejadian yang menimpanya belasan tahun yang lalu. Dilecehkan ayah kandungnya.

"Renaaa..." Farid memeluk Tata seraya mengusap kepalanya.

"Apalagi pas Mas mengakui kesalahan di ruang laundry..., aku semakin takut kalo anak kita perempuan..."

FaridTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang