50. She Showing up

7.2K 747 26
                                    

Tidak seperti pagi-pagi sebelumnya, biasanya Farid yang mempersiapkan sarapan pagi. Pagi ini, Tata yang mengambil alih pekerjaan Farid yang satu ini. Dia ingin memberi sesuatu khusus buat suami tercintanya.

Tata yang tak berbusana, asyik membolak balik dua helai daging asap yang berada di atas alat panggang. Empat helai roti gandum sudah dia siapkan di atas piring yang tertata rapi di atas meja makan, juga dua gelas besar jus mangga nectar ikut menemani sarapan pagi.

"Hai... haha..., ke sini dong. Hm? Udah hampir siap. Pasti lapar tuh,"

Terdengar rengek Farid dari ujung ponsel Tata.

"Masih ngantuk, Renaaa...,"

"Mau liat aku lagi naked di dapur nggak?"

"Ampun, Sayaaaaang..."

"Hm? Ayo dong. Jangan males. Kan mau jadi Papa ..."

Tak lama kemudian, terdengar bunyi langkah dari arah kamar menuju dapur.

Cukup lama Farid mengamati tubuh polos Tata yang berdiri santai di depan alat panggang. Terutama saat memandang punggungnya yang dipenuhi lukisan. Meski perut Tata terlihat sedikit membuncit, bagi Farid tetap sangat seksi dan selalu menggairahkan. Apalagi semalam keduanya terlibat kegiatan panas membara.

Farid melangkah mendekati tubuh telanjang itu sambil melepas kemeja putih yang dia pakai sekarang.

"Pake baju dong..., masuk angin baru tau..." gerutu Farid seraya memakaikan kemejanya ke tubuh istrinya. Lalu dipeluknya Tata dari belakang, sambil tidak lupa meremas-remas buah dada istrinya dengan gemas.

"Ntar gosong..., sana ah. Geliii..." elak Tata dengan suara manjanya di saat Farid mengecup-ngecup pundaknya. Farid mundur seraya membantu meletakkan daging asap ke atas roti yang sudah disiapkan di atas meja oleh Tata sebelumnya.

Kemudian, keduanya duduk berhadap-hadapan di depan meja makan.

Tata yang hanya berbalut kemeja tak berkancing, dan Farid yang hanya berbalut celana pijama katun panjang.

"Mama tadi misscall. Tapi belum sempat aku telfon balik. Ntarlah..." ujar Tata membuka percakapan di awal pagi pukul tujuh. Dia lalu mencolek butter lurpak dengan pisaunya dan mengoleskannya ke atas roti-roti.

Farid tersenyum melihat wajah istrinya yang cerah di pagi ini. Matanya sesekali mengerjap nakal saat menatap dua buah dada yang terekspos di hadapannya.

Dan Tata tampak tenang ditatap tajam sang suami. Kenapa tidak? Orang yang menatapnya dengan tatapan seolah-olah ingin 'memangsanya' itu adalah suaminya sendiri.

"Emang kamu sebelumnya curhat ke Mama masalah kita?" tanya Farid yang sudah siap-siap menyantap rotinya dengan tangan telanjangnya. Dia ingat sebelum 'kabur' dari Tata, dia mendengar Tata sedang dihubungi orang tuanya yang sepertinya bertanya tentang kehamilannya.

"Iya dong. Harus. Tapi aku nggak cerita kita sedang bertengkar. Aku hanya cerita kalo kita sudah sibuk dengan tugas masing-masing. Trus, kata Mama aku harus jaga kehamilanku..., tapi ada yang kabur..."

Farid menghentikan kunyahannya menatap Tata penuh curiga.

"A A..., bagian kabur aku nggak cerita..."

Farid meneruskan kunyahannya sambil terus menatap tubuh polos di balik kemeja miliknya dengan tatapan tajam.

Tiba-tiba ponsel Tata bergetar. Tata tampaknya tidak begitu semangat menyambut panggilan dari ponselnya.

"Maman?" tanya Farid. Tata mengangguk kecil.

"Angkat dong..., nggak boleh gitu..."

"Laperr, Mass...,"

FaridTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang