61. OTW to Caen

5.1K 716 48
                                    

Menjelang kuliahnya yang akan berakhir, hari-hari Farid semakin sibuk. Tata juga ikut membantunya menganalisa data-data penelitian yang dibutuhkan dalam laporan akhir kuliah suaminya itu. Keduanya saling bekerja sama. Karena kesibukan ini, mereka menitipkan Hera di tempat penitipan anak-anak usia dini di lingkungan kampus Farid. Sudah hampir enam bulan Hera dititipkan di sana. Semakin hari, Hera semakin lancar berbicara, sebab di sana dia memiliki banyak teman sebaya.

Karena Farid sudah tidak memiliki kewajiban kuliah di kampus, Farid lebih sering bekerja dan belajar di rumah. Mereka pun berbagi tugas, urusan rumah tangga, dari masak, mencuci hingga membereskan apartemen, Farid yang bertanggungjawab. Sementara yang mengurus Hera dan belanja rumah tangga, Tata yang bertanggungjawab. Namun terkadang pembagian tugas bisa jadi berubah, terutama di akhir pekan. Keduanya pun saling bekerjasama, terutama mengatur waktu bermain dengan Hera.

_____

Tata yang menggendong Hera menyusuri koridor apartemen terlihat riang sore itu. Keduanya bernyanyi-nyanyi dengan semangat, karena sebentar lagi akan tiba di apartemen.

"Esse, té, vé, double vé... ixe, i grec, zède..., come on Hera..." Tata ingin Hera menyambung nyanyian alfabet dalam bahasa Perancis.

"Maintenant je les connais..., toutes le letters de la 'alphabet," sambung Hera dengan setengah memekik ketika sudah berada di depan pintu apartemen.

"Papaaaaa..." teriak Hera saat pintu apartemen dibuka Farid. Tubuhnya yang masih di gendongan Tata, sengaja dia arahkan ke Farid agar Farid menyambutnya.

"Anak Papa cantiiiik...," seru Farid senang. Dia juga langsung meraih tas kecil milik Hera yang diserahkan Tata. Farid tidak lupa memberi kecupan bibir mesra ke istrinya. Lalu ketiganya memasuki apartemen dengan perasaan senang.

"Masak apa, Mas?" tanya Tata. Wajahnya terlihat lelah. Maklum, dia juga baru pulang dari kampus. Meski sudah menyelesaikan masternya, Tata mengambil pekerjaan paruh waktu di kampus sebagai asisten peneliti dosen pembimbing S2nya dulu, Curtis.

"Spageti...," jawab Farid pendek. Tata tersenyum kecut mendengarnya. "Buat Hera, Sayang... Buat kamu aku masakin burguignon..." lanjut Farid. Dia tahu, Tata bosan dengan menu andalan Farid itu.

Bukan main Tata senang mendengarnya. Farid memang sangat tahu makanan kesukaan istrinya.

"Nanti aja mandinya ya. Aku mau langsung makan aja ya, Mas..." rengek Tata. Dia memang terlihat sangat letih juga lapar.

"Ok...," tanggap Farid. "Kamu, Hera? Langsung makan juga ya? Papa masak spageti buat kamu..." ujarnya ke Hera yang berada di gendongannya. Hera mengangguk semangat.

_______

Tata lahap makan malam itu. Saking lahapnya, dia tidak bicara sama sekali ketika makan. Farid tersenyum melihatnya. Juga Hera yang duduk di bangku tinggi khusus miliknya, makan dengan semangat. Pipi gembulnya penuh dengan saus pasta. Farid senang melihatnya.

"Gimana kerjaan di kantor?" tanya Farid. Pertanyaan basa basi yang selalu dia tanyakan ke istrinya ketika makan malam atau setelah makan malam, di hari-hari kerja tentunya. 

"Seperti biasa. Tapi hari ini memang banyak kerjaan numpuk. Memeriksa puluhan tugas mahasiswa tingkat awal. Curtis saja masih lembur sekarang. Tadi aku ditawarin overtime juga sih, Mas. Tapi aku nggak kuat ah..., capek banget. Eh..., pas jemput Hera nggak capek lagi. Cuma jadi terasa laperrrrr..." jelas Tata yang sudah menyelesaikan makan malamnya.

Farid tertawa lepas mendengar penjelasan istrinya mengenai pekerjaan yang baru dia geluti hampir setahun terakhir. Farid kagum dengan Tata. Meski bekerja, Tata tetap bisa membantu menyelesaikan kuliahnya.

FaridTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang