47. Akhir Diam

6.7K 804 53
                                    

Entah kenapa Tata memutuskan untuk bertemu dengan Wen, gadis yang dikhayalkan Farid. Mungkin karena Farid pernah mengatakan bahwa gadis itu adalah teman satu kelasnya. Tata berharap gadis itu memiliki informasi mengenai Farid. Dia juga sedikit ingin tahu tentang Wen.

Awal-awal kuliah di Caen Tata memang bertekad ingin menyelesaikan kuliahnya dengan cepat. Hingga dia sangat sibuk dan pikirannya hanya dipenuhi dengan rencana-rencana. Begitu juga dengan Farid, dia yang baru menghadapi betapa sulitnya kuliah, bertekad ingin menyelesaikan kuliah S1 nya dengan baik. Saking sibuknya, mereka bertemu hanya di saat-saat hendak tidur saja. Komunikasi tetap ada, tapi didominasi dengan basa basi. Jikapun berhubungan badan, hanya sekadar melepas lelah.

Dan Farid yang sangat mempercayai istrinya, tergores hatinya di saat melihat sang istri tengah didekap pria lain. Ini adalah pengalaman yang sangat pertama baginya. Sangat menyakitkan.

_____

"Pouvons-nous parler un instant (Bisa kita bicara sebentar)?" tanya Tata ramah.

Gadis itu sedikit kelabakan.

"Sorry. No French...(maaf, saya nggak bisa bahasa Perancis)." decaknya. Wajahnya mulai menunjukkan tidak tenang. Tapi terlihat berusaha menenangkan diri.

"Can we talk for a moment?" tanya Tata akhirnya.

Gadis itu melirik-lirik teman-temannya yang masih duduk di seputar dirinya sejenak, lalu kemudian dia memutuskan untuk beranjak dari duduknya, mendekati Tata dan mengikuti arahan Tata untuk duduk di salah satu bangku kantin yang agak sepi.

"I am Renata..." sapa Tata seraya menyodorkan tangan kanannya ke hadapan gadis itu.

"I am Wen..." balas Wen, dia sambut tangan kanan Tata. Menjabatnya, dan melepasnya cepat. Dia mulai tampak gelisah.

"Do you know Farid?"

Wen mengangguk.

"He attended the class today (Dia masuk kelas nggak hari ini)?"

Dahi Wen mengernyit.

"I am his wife (Aku istrinya)..."

"I know..."

Tata sedikit terkesiap mendengar pengakuan Wen.

"Are you close to him (Kamu dekat dengannya)?" tanya Tata hati-hati. Berusaha mengusir perasaan was-wasnya. Wen terlihat gadis 'pemberani'. Sempat terlintas di benak Tata kemungkinan Farid menghabiskan waktu bersama gadis ini sejak pergi dari apartemen.

Wen tersenyum tipis. Lalu menggeleng.

"No," jawabnya singkat.

Kini Wen yang mulai gusar. Sikapnya menunjukkan bahwa dia tidak nyaman berbicara dengan Tata. Apalagi melihat perawakan Tata yang sangat maskulin, tato di sekujur punggung dan lehernya lumayan membuatnya bergidik. Juga tindik-tindik yang menghiasi wajah Tata.

Tata menyadari sikapnya mungkin sedikit berlebihan. Akhirnya dia bangkit dari duduknya.

"I met him yesterday. He gave the presentation in the class. Got an overwhelming respond from the class (Aku bertemu dengannya kemarin. Dia memberi presentasi di kelas. Dia juga mendapat respon yang sangat baik dari kelas kita)."

Tata kembali duduk, menatap Wen dengan seksama.

"Your husband is an idol. I like him. They do too (Suami kamu idola lo. Aku menyukainya. Mereka juga)," lanjut Wen yang mulai tampak tenang. Sesekali matanya tertuju ke perut Tata.

Tata meneguk ludahnya. Sebentar dia melirik ke arah teman-teman Wen yang masih duduk-duduk tak jauh dari posisinya. Tampak mereka sesekali mengamati dirinya dan Wen.

FaridTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang