4. Maaf Tata

7.9K 905 21
                                    

Tata berdiri di ujung koridor rumah sakit dengan perasaan sedikit galau. Bagaimana tidak galau? Semalam dia berjanji akan menceritakan semua tentang apa yang terjadi antara dia dan Bu Hanin. Dia merasa sudah saatnya Farid harus tahu.

Tata pasrah. Dia tidak peduli apakah Farid akan mau berhubungan dengannnya atau tidak. Karena ada banyak sekali hal yang akan dia ceritakan ke Farid, termasuk rencana menghabisi nyawa Nayra dengan meracuninya.

Tata mendongakkan kepalanya, mengingat planning yang dia rancang saat akan membunuh Nayra. Dia hubungi orang-orang yang siap membuang tubuh kecil itu. Dia sudah siap membayar orang-orang yang dia libatkan. Bahkan sudah mempersiapkan cerita bohong serta alibi.

Mata Tata terasa panas mengingat kejadian itu. Rasanya tidak pantas dia mendekati Farid. Rasanya menyesal menyatakan perasaan sukanya ke Farid. Tidak mungkin Farid mau berteman dengannya, apalagi lebih dari sekadar berteman? Siapa gue? Berani-beraninya bilang suka ke cowok inosen kayak Farid? Kejam gue... Tata tertawa menggeleng menyadari bahwa usianya yang pasti cukup jauh lebih tua dari Farid. Tata sudah menyelesaikan kuliahnya dan Farid baru saja menyelesaikan sekolahnya.

Tata menghela lega ketika sudah melihat Tubuh Farid berjalan beriringan dengan ibunya. Tata mengulum senyumnya mengamati Tubuh tinggi Farid yang sangat kontras dengan tubuh pendek ibunya. Kagum terhadap diri Farid tidak mampu dia elak, Farid benar-benar goodboy, bukan anak laki-laki yang suka hura-hura, atau anak laki-laki yang suka berkelompok dan hanya memikirkan kesenangan saja. Farid beda. Farid penuh kasih sayang. Dia sayang ibunya, kakaknya. Dia juga sangat cerdas.

Tata langsung memburu Bu Ola. Membungkukkan tubuhnya dan mencium tangan Bu Ola dengan hikmad.

"Lho? Sudah di sini duluan? Gimana Ayu?" tanya Bu Ola dengan senyum ramahnya. Farid agak kaku melihat sikap sopan Tata. Sepertinya Tata memang tidak main-main dengan apa yang dia curahkan kemarin sore.

"Rena belum ke dalam, Tante," tanggap Tata sopan.

"Ya udah. Yuk, kita sama-sama saja ke dalam," ajak Bu Ola.

Tata menarik napasnya dalam-dalam. Sebenarnya dia tidak ingin mengganggu suasana sedih di dalam kamar Ayu. Pasti akan banyak pertanyaan dari pikiran orang-orang yang berada di sana ketika melihat kehadirannya.

"Hm..., duluan aja, Tante. Rena ada perlu sama Farid," aku Tata akhirnya.

"Lho?" Bu Ola terlihat bingung. Diliriknya Farid yang sedari tadi tidak berucap sepatah katapun.

Tata juga melirik Farid, sedikit memberi kode lewat sorot matanya.

"Ok, Rena. Gue antar ibu dulu..." pamit Farid sambil menggamit lengan ibunya. Bu Ola masih memasang wajah penuh tanya, tapi dia pasrah karena Farid sedikit memaksanya untuk segera menjenguk Ayu.

_______

Bu Hanin yang ternyata sudah berada di dalam kamar Ayu langsung menyambut Bu Ola yang diantar Farid. Dia senang dengan kedatangan besannya itu. Dengan mata berkaca-kaca, dia ucapkan rasa terima kasih yang cukup dalam ke Bu Ola.

"Iya, Mbak. Sami-sami," balas Bu Ola. Dia juga tidak sanggup menahan haru saat dipeluk kuat Bu Hanin. Tampak Guntur yang berdiri di samping ibunya turut memeluk dan mencium punggung tangan mertuanya itu.

Farid sendiri mendekati kakaknya yang duduk sambil menggenggam tangan Ayu yang terbaring lemah.

"Hai, Ayu...," sapa Farid ke Ayu yang tersenyum ke arahnya.

Ayu mengangguk lemah. Meski wajahnya sendu, tapi Ayu terlihat sangat senang dengan kehadiran Farid di sebelah mamanya.

Tiba-tiba Guntur yang sebelumnya ikut menyambut mertuanya, mendekati Farid.

FaridTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang