68. A Sweet Moment

6.3K 702 50
                                    

Farid lega karena Hera akhirnya sembuh dari mencret-mencret. Hampir saja dia berubah pikiran membatalkan keberangkatannya menuju Melbourne. Kemarin Hera yang sepanjang hari mengeluh sakit perut, seharian pula dia tidak berselera makan dan minum. Pagi sebelum berangkat, Hera sudah ceria dan malah bangun lebih awal. Bahkan dia yang membangunkan dan mengingatkan keduaorangtuanya untuk bersiap-siap cepat berangkat menuju bandara.

Keberangkatan menuju Melbourne lumayan menantang bagi Farid. Meski sudah sembuh dari mencret, ternyata Hera sangat rewel ketika berada di dalam pesawat. Hera menangis karena merasakan sakit di telinganya. Farid dengan amat sabar menenangkannya. Belum lagi Tata yang juga mengeluh karena tiba-tiba saja merasakan mual selama di perjalanan. Untungnya Farid sangat sabar menghadapi penderitaan yang dialami dua perempuan tersayangnya.

Tangisan Hera yang tidak henti-henti itu ternyata sangat mengganggu penumpang lain. Bahkan ada yang mengumpat ke Farid. Maklumlah, lama perjalanan dari Paris menuju Melbourne memakan waktu dua puluh jam lebih. Tentu para penumpang tidak ingin perjalanan mereka terganggu dengan tangisan anak kecil. Dan Farid hanya bisa mengucap maaf berkali-kali kepada para penumpang yang mengumpat kepada dirinya.

"Sabar, Rena. Nggak usah dilayani. Pikirkan bayi kita..." ujar Farid pelan ketika Tata yang hampir ingin membalas umpatan para penumpang lain. Farid saat itu sedang berdiri sambil menggendong Hera yang terus saja menangis. Farid meminta Tata bersabar dengan wajah memohon.

Sabar Farid berbuah manis. Belum separuh perjalanan, seorang pramugari cantik menghampiri keluarganya. Farid dan keluarganya dipinta pindah tempat duduk ke kelas satu dengan segala kemewahan di sana. Farid senang bukan kepalang. Pun Tata. Tata sendiri merasakan mualnya langsung hilang dalam sekejap.

Perjalanan menuju Melbourne berubah sangat menyenangkan. Hera tidak lagi rewel. Karena ada beberapa mainan baru yang tersedia di kelas satu. Juga pramugari cantik yang sesekali menyapanya dan mengajaknya bermain.

Tata berkali-kali memuji kesabaran Farid. Ini perjalanan yang paling indah baginya.

Kesenangan mereka tidak berhenti sampai di Melbourne. Sambutan luar biasa dari keluarga Frederick Hakiem sangat membahagiakan. Semua keluarga sudah berkumpul di ruang keluarga. Farid bukan main senang. Terutama saat memeluk ibunya yang semakin harum dan modis. Dia awalnya merasa kikuk dengan penampilan ibunya. Tapi kemudian dia pun menyadari bahwa kehidupan ibunya harus berubah.

Juga Hera. Dia tidak mempedulikan tertawaan orang-orang yang mengomentari rambut keritingnya yang kusut. Dengan santai dia berjalan menuju Bagas yang memanggilnya. Semuanya pun riuh melihat mereka berpelukan. Lucu sekali. Hingga Hudson yang terkenal ketus dan cuek pun ikut-ikutan memeluknya.

Apalagi Tata. Saat satu persatu anggota keluarga menyalami dirinya dan Farid, dia sempat melirik-lirik menantu Frederick yang penampakannya persis seperti dirinya. Tata terlihat tidak sabar menunggu perempuan nyentrik itu menyapanya.

"Gerrie..." sapa Gerrie seraya merangkul Tata hangat.

"Rena..." balas Tata. Tata juga membalas rangkulan Gerrie. Keduanya langsung terlihat akrab seakan sudah mengenal lama. Gerrie bahkan dengan sigap membawa barang-barang milik Tata dan keluarga, menuju kamar yang sudah disediakan.

Semua terpana melihat keakraban duo perempuan tinggi nan nyentrik itu. Terdengar keduanya tertawa kecil menyadari sedang diperhatikan anggota keluarga yang lain.

"Thanks banget, Ger," ucap Tata setibanya di sebuah kamar luas. Gerrie dengan perlahan meletakkan dua kopor besar di salah satu sudut kamar tersebut.

"No worries, Mate. Lu pucet. Hamil?" terka Gerrie iseng.

Tata terkesiap. Lalu dia tertawa menggeleng.

"Iya. Tapi mereka belum tau," jawab Tata.

Gantian Gerrie yang tertawa. Sekilas dia lirik perut Tata.

FaridTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang