Sampai kontrakan Alfa celingukan tidak menemukan siapapun. Jam menunjukkan pukul sembilan malam, tetapi ia tidak menemukan tanda-tanda keberadaan Yani.Terserahlah.
Ia duduk, tetapi lama-lama kesal juga karena niatnya meminta Yani untuk membuatkannya kopi. Ia mendial nomor Yani, namun ternyata dering ponsel itu terdengar dari arah kamar. Ia bangkit mengecek, dan tidak menemukan Yani di kamarnya.
Perempuan itu keluar tanpa membawa ponsel. Entah mengapa tiba-tiba ia merasa gusar. Tidak ingin memperdulikan, Alfa pun menelfon Ranu, meminta lelaki itu datang ke kontrakannya.
.
"Nih, utang gue bayar!"
Alfa memberikan uang hasil ia meminta dari kakaknya tadi.
"Kok cuma sejuta sih njir? Gue kira mau Lo lunasin. Miskin banget!"
"Gue cicil dulu astaga. Kaga usah banyak bacot Lo!"
Ranu mendengkus, kemudian celingukan.
"Nyari apaan Lo?" tanya Alfa.
"Yani belum pulang?"
Alfa memicingkan mata. "Ko Lo tau sih?"
"Hehe, tadi siang gue ke sini," jawab Ranu, lalu menceritakan kejadian tadi siang.
"Gue pikir dia ngambek bentar, tapi ternyata sampai jam segini belum pulang, haha."
Sejurus kemudian, Alfa menempeleng kepala Ranu. Ia berdiri sambil menarik kasar baju Ranu, dan mengumpati temannya itu. "Lo goblok apa tolol? Kok Lo jadi nafsuan sama Yani. Apa sih yang Lo lihat, cungkring gitu!"
"Yaya, gue pengen aja. Lo gamau, kan. Gue pinjem semalem, hutang lunas, gimana?"
"Sange sama kambing sana, jangan ke istri orang!"
Ranu menyeringai. "Kok jadi marah banget? Cemburu Lo!"
Alfa menurunkan tangannya. Ia mendengkus. " Kaga ya! Maksudnya kalau dia pergi siapa yang bakal bersihin kontrakan, yang bakal masakin, yang bakal cuci baju dan lain-lain! Emang Lo mau, mikir!" serunya sambil mendorong kepala Ranu.
"Biasa aja dong!"
"Gue gak bisa biasa!" Alfa mengatur napasnya, berusaha mengontrol emosi.
"Sekarang Lo cari dia, bawa ke sini dan jangan Lo apa apain!" ujarnya mendorong Ranu.
"Sorry, gabisa. Malem ini gue udah terlanjur boking out cewek, gara-gara ISTRI lu sok jual mahal," lelaki itu terkekeh.
Alfa mengacungkan tinjunya. "Kalo aja Lo bukan temen gue, udah habis Lo di sini!"
"Berengsek!" Alfa menendang meja.
***"
Angin malam terasa menusuk kulit. Kilatan petir terlihat di langit. Yani mendekap tubuhnya yang terasa dingin. Tadi ia spontan keluar tanpa membawa jaket atau pakaian yang panjang.
Ia bahkan tidak membawa uang sepeserpun ataupun ponsel. Namun, ia masih tidak ingin pulang ke kontrakan. Ia begitu jijik dengan Ranu, dan begitu malas melihat muka Alfa.
Namun, ia tidak tahu sekarang harus ke mana. Bahkan, rumah untuk pulang pun ia tidak punya. Ia sudah merasa benar-benar terbuang.
Yani duduk di pelataran depan ruko. Perutnya terasa lapar, tadi pagi ia bahkan hanya makan sedikit. Air mata meleleh begitu saja. Mengapa nasibnya begitu buruk. Ia tidak mengerti apakah kebahagiaan membenci dirinya, sehingga tidak sudi mampir ke hidupnya.
Suara deru mesin kendaraan membuat Yani mendongak. "Yani!" ujar seseorang sambil keluar dari mobil.
"Ngapain kamu di sini? Udah jam sebelas malam ini. Kamu ada masalah sama Alfa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Toxic Marriage
RomanceMenikah dengan kakak tingkatnya yang kasar hanya karena salah paham dan kena grebek warga, bukan hal yang Aryani inginkan dalam daftar hidupnya. Note; kurang cocok untuk anak dibawah umur, karena mengandung kekerasan dan banyak kata kasar. Selamat m...