11

24.5K 1.4K 13
                                    

"Kak, itu di belakang ada ayam krispi, Kakak pasti belum makan kan, aku ambilin yaa."

Plak

Yani memegang pipinya yang ditampar Alfa. Ia tertegun sembari menatap Alfa. Apa salahnya kali ini. Ia bahkan dengan lembut menawari lelaki itu makan. Tapi kenapa ia kena pukul.

Tiba-tiba air matanya meleleh tanpa mampu ia cegah. Ia langsung mengusapnya, tetapi tidak mengalihkan pandangan dari Alfa.

"Ngapain Lo lihatin gue kayak gitu? Mau nantangin, heh!"

Lelaki itu kembali akan melayangkan tangannya, tapi melihat Yani hanya terdiam ia urung melakukannya.

"Kenapa gak jadi, Kak? Ayo tampar aku lagi. Pukul aku. Aku udah biasa kok dari dulu."

"Lo nantang gue?!"

"Aku gak nantang pun kena pukul, kok. Jadi apa bedanya?"

Yani sekuat tenaga menahan isakan yang hampir keluar dari bibirnya. Ayo, jangan lemah. Ia berusaha menyemangati dirinya sendiri, meski dalam hatinya sangat ketakutan.

"Gue gak mungkin mukul kalau Lo enggak salah!"

"Aku salah apa, Kak? Aku bahkan bersikap baik loh sama kakak!"

"Bersikap baik pala bapak Lo!" Alfa mencengkram kuat lengan Yani. "Gue udah peringatin berapa kali sama Lo. Jangan bergaul lagi sama Ifan, gblk!"

Astaga, darimana Alfa tau.

"Lo kaget kan gue bisa tau?" Alfa tersenyum miring. "Gue ini suami Lo, Lo itu harusnya nurut sama gue! Menghargai omongan gue!"

Yani terkekeh, lalu Manarik paksa dirinya dari Alfa. Mundur selangkah. "Kakak mau dihargai sebagai suami? Sekarang kapan kakak anggap aku istri?"

"Bukankah selama ini kakak cuma anggap aku pembantu, itu kan yang selalu kakak bilang di depan pacar-pacar kakak!"

"Kakak juga enggak pernah nafkahi aku secara batin maupun materi. Apa sekarang kakak masih mau mempertanyakan diri kakak sebagai suami?"

Mata Alfa sudah sangat memerah menatapnya. Sejujurnya Yani sangat takut, tapi sebisa mungkin ia bicara. Alfa perlu tau posisinya. Agar tidak lagi seenak-enaknya pada dirinya.

"Hanya karena udah cari duit sendiri Lo merasa hebat? Iya?!" Alfa melangkah ke belakang, Yani mengikutinya karena tau Alfa tidak akan berbuat baik. Benar saja lelaki itu menyampar seblak yang sudah Yani kemas, menginjaknya sesuka hati. Yani yang berusaha melindungi dagangannya pun ikut terinjak tangannya, hingga ia meringis kesakitan.

Saat itulah Alfa menghentikan apa yang ia lakukan. Ia menatap Yani yang meraung-raung menangis.

"Huaaa, dagangan aku. Aku udah capek-capek buat ini!"

Perempuan itu bahkan tidak memperdulikan tangannya yang lecet akibat ulang Alfa. Yani terus menangis, membuat Alfa menutup telinganya lalu meninggalkan Yani.

Mengapa ia begitu emosi dan tidak bisa mengendalikannya. Mengapa melihat Yani jalan dengan Ifan bisa begitu cepat menyulut emosinya. Ahkkk, sial.

**

Dengan pelan Alfa memasuki kamar Yani. Perempuan itu sudah terlelap setelah pertengkaran mereka tadi. Sisa-sisa air mata masih terlihat di pipinya. Bahkan dalam tidurnya pun masih terisak.

Alfa tidak mengerti mengapa ia mau ke sini. Mengapa pula ia harus kepikiran perempuan ini. Sangat tidak masuk akal. Lagipula semua ini salah Yani, karena mengabaikan larangannya. Ia tidak cemburu, ia hanya tidak suka Yani berurusan dengan cowok berkacamata yang sudah ia tambahkan dalam daftar musuh itu.

Toxic MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang