18

20.6K 1.2K 18
                                    

Sebuah pesan masuk ke permintaan pesan di messenger-nya. Perempuan yang sedang menarik turunkan beranda itu langsung membukanya karena penasaran. Untung Alfa sudah mengembalikan ponselnya, sehingga ia bisa kembali berselancar di dunia maya.

Ia menyerengit membaca pesan tersebut,

'Benar ini dengan Yani istrinya Alfa?'

'Betul, kan?'

'Oiya, saya kakaknya Alfa. Boleh kita bertemu, ada yang mau saya bicarakan.'

Merasa penasaran ia pun membuka profil akun tersebut. Tampak di poto profil seorang laki-laki yang mirip dengan Alfa, hanya saja rambutnya tertata rapi, tidak seperti rambut Alfa yang berantakan. Lelaki itu memakai kemeja cream, tampak gagah dengan badan yang lebih berisi dibanding Alfa. Seperti versi Alfa dewasa. Sampai sini ia yakin jika laki-laki itu adalah kakak Alfa.

Namun, untuk apa dia mengajaknya bertemu. Ia penasaran juga takut. Apa jangan-jangan ia akan dilabrak dan dilaporkan polisi. Menggigit bibir, ia membalas pesan tersebut dengan harap cemas.

'Iya betul saya Yani'

'Istrinya Alfa?' balas lelaki itu beberapa saat kemudian.

Yani menjawab iya. Tidak lama kemudian lelaki itu kembali membalas dengan memperkenalkan diri sebagai Febri, kakak kandungnya Alfa. Ia meminta tolong Yani untuk menemuinya besok sore di kafe. Yani bingung harus menjawab apa.

Ia tidak biasa berbicara dengan lelaki tidak dikenal. Apalagi itu adalah kakaknya Alfa. Berbagai spekulasi muncul di kepalanya. Ia membiarkan pesan itu terbaca hingga hampir setengah jam sampai akhirnya membuat keputusan.

'Baik, Kak, saya usahakan datang' balasnya kemudian. Meski masih merasa takut, tetapi ia juga penasaran apa yang sebenarnya mau dibicarakan.

Keesokan harinya Yani naik ojek menuju alamat kafe yang Febri beri. Untung Alfa sedang pergi, dan ia berharap sampai kontrakan sebelum Alfa kembali, karena kalau sampai tahu ia pergi tanpa izin, lelaki itu pasti akan marah besar.

Celingukan Yani mencari lelaki yang mirip dengan PAP foto yang dikirimkan Febri tadi. Sampai akhirnya ia menemukannya sedang duduk di kursi dekat jendela, menunduk ke ponsel. Yani mendekat dengan kikuk, lelaki itu mendongak lalu tersenyum mempersilakan Yani duduk. Kesan pertama, lelaki ini sopan.

"Kamu Yani, kan?" tanyanya memastikan. Yani mengangguk, ia sungguh merasa gugup, hingga ingin berbicara pun rasanya susah.

"Rileks, anggap aja kita udah kenal lama," ujarnya terkekeh berusaha mengurai suasana, karena Yani tampak tegang. Namun, Yani hanya tersenyum tipis.

Setelah beberapa waktu hanya terdiam, Yani mengusap lehernya yang berkeringat. Ia benci situasi seperti ini, apalagi Febri yang berulangkali mengamati.

"Ma-mau bicara apa ya, Kak?" tanyanya dengan intonasi rendah. Febri menghela napas.

Lelaki itu pun mulai memancing pembicaraan ringan, sampai akhirnya ia bertanya bagaimana Yani dan Alfa bisa terjebak dalam hubungan rumah tangga. Ia sudah tahu ceritanya dari adiknya, tetapi ia ingin mendengar sendiri dari perempuan yang tampak polos ini.

Yani pun menceritakannya. Febri mengangguk-angguk. Mirip dengan versi yang diceritakan Alfa, tetapi adiknya terlalu melebihkan. Entah mengapa ia malah lebih percaya dengan perempuan ini dibanding adiknya sendiri.

"Sejauh ini bagaimana hubungan kalian?"

"Buruk," jawab Yani melengos. Ia tidak ingin menutupi fakta jika hubungannya dengan Alfa tidak pernah berjalan baik.

"Saya tau adik saya bukan lelaki yang baik," ia tersenyum tipis. Memanggil pelayan lalu mulai memesan.

"Jus alpukat aja, Kak."

Toxic MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang