Sudah hampir seminggu ini mereka perang dingin. Tinggal serumah tapi tidak lagi bertegur sapa. Hal itu membuat Alfa risih. Meski hubungan mereka memang tidak pernah harmonis, tetapi Alfa paling tidak suka Yani mendiamkannya seolah dirinya tidak kasat mata.
Ternyata perempuan itu benar-benar kecewa atas kejadian waktu itu. Alfa sadar ia bersalah, namun tentu ia tidak mau begitu saja terlihat bersalah. Namun, waktu demi waktu terasa mengusik egonya.
Alfa duduk di samping perempuan yang sedang fokus ke laptop itu, mengintip apa yang kerjakannya, ternyata Yani tengah mengerjakan laporan ekonomi makro.
"Lo itu apa gak capek ngerjain tugas terus, gak pusing gitu," tanyanya berusaha mengajak ngobrol Yani.
Yani menoleh sebentar, lalu melanjutkan ketikannya. "Engga."
Alfa kembali mengamatinya, sebelum menemukan sesuatu yang menurutnya janggal. "Andre, siapa Andre kok laporan Lo namanya Andre, pacar baru Lo?"
"Bukan."
"Terus siapa? Kalau diajak ngomong itu lihat orangnya, gak sopan banget!"
Menghela napas, Yani menoleh. "Aku joki'in tugas dia."
"Tapi kenapa?"
"Karena aku butuh uang!"
"Yaudah biasa aja dong ngomongnya." Alfa menatapnya tajam, lalu menunduk mengambil dompet di saku belakang celananya.
"Nih," ia meletakkan uang lima ratus ribuan di meja. "Gak usah boros-boros," ujarnya melengos.
"Buat aku?"
"Gak, buat istri tetangga."
Yani kembali menghadap laptonya, Alfa berdehem. "Ya buat Lo lah, tolol banget!"
Merasa kesal Alfa ambil uang tersebut dan memasukkannya ke saku rok Yani, membuat rok selutut itu tersibak. Yani langsung menutupinya kembali.
"Apa-apaan sih?"
"Makanya kalau dikasih itu menghargai. Gak selalu loh gue bisa dermawan."
"Iya, makasih."
"Hm," kemudian Alfa kembali berucap, "tutup laptop Lo itu, ganti baju sekarang."
"Mau ke mana?"
"Nurut aja, gak usah banyak tanya."
"Ya mau ke mana dulu, ini udah malam, aku masih sibuk ngerjain ini."
"Itu udah masuk bab terakhir, Lo bisa lanjutin nanti, gak usah kebanyakan alasan. Gue gak suka dibantah! Dan lagi ganti rok itu, mau ngundang buaya Lo."
"Kamu itu buayanya," jawabnya dalam hati.
***
"Pegangan!"
Suara Alfa mengagetkan Yani, ia segera melingkarkan sebelah tangannya di pinggang lelaki itu. Ia tidak tahu motor siapa yang sedang dinaikinya sekarang. Alfa hanya berkata jika dia meminjam dari temannya.
Sudah setengah jam mereka hanya berputar-putar tanpa tujuan jelas mau ke mana. Baru pertama kali ini ia begitu dekat dengan Alfa. Yani juga merasa akhir-akhir ini lelaki itu sudah lebih merendahkan suaranya, meski terkadang juga masih membentak. Namun, ini sudah lebih baik dibanding awal-awal dulu.
Meski sebenarnya Yani masih menaruh sakit hati pada lelaki itu, tetapi ia memilih diam, ia belum memaafkan Alfa, hanya saja dirinya sudah malas mempermasalahkannya.
"Mau ke mana?"
"Oy, mau ke mana?" ulang Alfa karena Yani tidak jelas mendengarnya.
"Eh," Yani menoleh ke depan. "Aku gatau, kan kakak yang ngajak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Toxic Marriage
RomanceMenikah dengan kakak tingkatnya yang kasar hanya karena salah paham dan kena grebek warga, bukan hal yang Aryani inginkan dalam daftar hidupnya. Note; kurang cocok untuk anak dibawah umur, karena mengandung kekerasan dan banyak kata kasar. Selamat m...