Tidak tahu mengapa tapi Yani merasa ada yang salah dengan dirinya pagi ini. Ia belum pernah merasa seperti ini sebelumnya. Yani merasa ada sensasi tak biasa dari tubuhnya, membuat napasnya terengah dan terasa gerah, bahkan bagian bawahya terasa berdenyut.
Seingatnya setelah bangun tidur tadi ia hanya minum air putih yang ia siapkan semalam. Tetapi, kenapa sekarang rasanya aneh. Jangan-jangan dirinya akan sakit, Yani bergumam. Jangan sampai itu terjadi, Alfa juga tidak akan mau merawatnya. Lagipula pagi ini ia ada kuis, sehingga tidak mungkin bolos mata kuliah.
Apa mungkin ini karena cuacanya panas saja. Tapi, perasaan semalam gerimis. Ah, lebih baik ia mandi. Yani pun segera mengambil handuk, dan berlalu ke kamar mandi untuk menyegarkan tubuh. Setelah mencopot pakaian, Yani merasa ingin melakukan sesuatu pada bagian bawah tubuhnya. Wajar saja ia masih perempuan normal, tapi mengapa pagi ini ia ingin sekali merasakan dorongan seksual itu.
Ia menggeleng, segera mengguyur air dari ujung rambut untuk menghilangkan pikiran kotor itu dari otaknya. Selesai mandi dan mengganti baju, Yani segera ke dapur untuk memasak sarapan. Ia hanya membuat nasi goreng seadanya. Namun, ia masih bingung dan aneh.
Setelah selesai, Yani segera menyiapkan makanan itu di meja. Ia lalu memanggil Alfa ke kamarnya. Tumben sekali lelaki itu sudah bangun, biasanya masih bergelung di selimut.
Merasakan pegangan di pundaknya, Yani terjingkat. Ia merinding, merasa tubuhnya bereaksi aneh. Ketika membalik badan, ia mendapati Alfa menatap intens ke arahnya. Kenapa ia malah ingin maju dan melumat bibir lelaki itu.
Ada apa sih dengan dirinya? Yani terus bertanya-tanya sendiri. Apakah ia akan mentruasi, sehingga dorongan seks-nya meningkat. Namun, tidak mungkin. Ini masih tanggal muda, dan ia baru mens akhir bulan kemarin.
"Ngapain Lo lihat gue begitu?"
Yani menggeleng, pikirannya makin liar. Ia segera kabur dari hadapan Alfa daripada dicurigai. Lelaki itu pun segera menyusul Yani di meja makan. Alfa mengamati gerak gerik Yani yang tidak biasa. Sebentar-sebentar menoleh padanya, dan ketika ia tanya kenapa, Yani hanya akan menjawab tidak apa-apa dengan gugup.
Sepertinya memang sudah bereaksi. Hanya beberapa suap, Yani bangkit dari tempat duduk lalu mengambil tas di kamarnya, dan dengan terburu pamit ke kampus.
Alfa membelalak mengikuti Yani. Perempuan itu sudah jauh, karena berlari seolah menghindarinya. Alfa memegang kepala, ini gawat! Sebenernya ia sudah mencampurkannya tadi malam, tapi barangkali Yani baru meminum airnya tadi pagi.
Pikirannya sudah ke mana-mana. Bagaimana jika nanti Yani bertemu Ifan dan melakukan itu dengan lelaki itu. Atau lebih parah melakukan dengan orang di jalan karena sudah tidak tahan. Dirinya sungguh bodoh, untuk apa menuruti saran bodoh dari temannya yang koplak. Seperti dirinya putus asa saja sampai melakukan itu.
Alfa mengumpati dirinya sendiri.
Ia segera bergegas ke kamar mandi untuk mencuci muka, dan tanpa mandi ia mengganti pakaian dan menyusul Yani ke kampus.
****
Kuis sudah dimulai tetapi Yani tidak fokus mengerjakannya. Ia masih merasa kegerahan, padahal ruang kelas yang ditempatinya menggunakan AC. Ia bergerak-gerak tidak nyaman, bagian bawahnya masih terasa berdenyut.
Ia sudah belajar semalam, tapi kini pikirannya malah buyar. Jika begini terus, sampai waktu habis bisa-bisa ia tidak berhasil menjawab soal-soal, padahal ini mata kuliah dengan SKS 3.
Waktu tinggal lima belas menit, sekuat tenaga Yani berusaha menjawab seadanya, lalu mengumpulkan lembar jawaban tersebut ke dosen dan bergegas keluar dari kelas.
Melihat Yani terburu keluar ruangan, Alfa pun segera mengikuti. Ia menunggu di luar kamar mandi. Lumayan lama, entah apa yang dilakukan perempuan itu di dalam.
Keluar dari kamar mandi, Yani kaget ketika seseorang menarik tangannya. "Kak Alfa!"
Namun, ia menurut ketika Alfa menyudutkannya di tembok dekat tangga. Ia berdesis, spontan mengalungkan tangan ketika Alfa mengikis jarak mereka. Yani berusaha membalas dengan gerakan bibir amatirnya.
"Hey, ngapain kalian?!"
Teriakan dari dosen yang baru menuruni tangga spontan membuat mereka melepaskan panggutannya.
****
"Kalian itu seharusnya punya malu, kalian itu bukan binatang yang bisa melakukan di tempat sembarangan!"
Yani hanya menunduk ketika dosen perempuan yang memergoki mereka tadi membawanya ke ruang dekan. Ia malu sekali berada di sini karena ketahuan melakukan hal tidak senonoh di kampus.
Sedangkan, Alfa hanya memasang tampang cuek. Ia tidak perduli apa yang dikatakan dekan tersebut. Bahkan, jika harus dikeluarkan, Alfa tidak merasa keberatan.
Hampir satu jam kemudian mereka keluar dari ruang tersebut. Yani diskors seminggu, sementara Alfa dilarang bimbingan sampai dua Minggu. Alfa terkekeh, memangnya ia perduli. Walau tidak diskors pun ia tidak berniat bimbingan. Lagipula ia pasti akan dimarahi karena memblok nomor dosen pembimbingnya.
Masih dalam keadaan menangis, Yani mengambil tas-nya yang masih tertinggal di kelas, sementara Alfa menunggunya di depan kelas. Teman-temannya hanya menatapnya yang segera berlalu keluar.
"Ayo!"
Alfa segera menarik Yani mengikuti langkahnya. Orang-orang yang berada di koridor menatap mereka. Ia sudah tidak perduli, toh semua juga sudah tau status mereka. Untuk apa lagi Alfa menjaga image, kenyataannya memang sudah terlanjur rusak. Bahkan, ditertawakan oleh mantan-mantannya pun Alfa sudah tidak ambil pusing.
Sesampainya di kontrakan, Alfa segera menarik Yani masuk ke kamarnya. Yani hanya pasrah, karena rasa aneh itu masih bertahan di tubuhnya. Sentuhan-sentuhan yang diberikan Alfa membuatnya terbuai. Ia tahu harus menolak ini, tetapi tubuhnya bereaksi lain. Ia bahkan tersiksa dan menginginkan Alfa melakukan lebih.
Hampir 30 menit mereka melakukan roleplay, perasaan takut tiba-tiba datang. Alfa mengangkat wajah, memandang wajah Yani yang basah oleh keringat dan air mata. Entah mengapa malah merasa ragu. Alfa tidak pernah sampai melakukan tahap ini dengan mantan-mantannya. Paling mentok ia hanya melakukan blow job dan petting.
Sebelum logikanya tumpul dikuasai nafsu, Alfa segera beranjak, lalu mengunci pintu dari luar. Meninggalkan Yani yang menangis seraya memanggil-manggil namanya tampak kesakitan. "Kak...."
"Lo emang berengsek Alfa!" Ia mengumpati dirinya.
****
Bersambung...
Saya juga menulis cerita di KBM app, silakan yang mau mengunjungi profil saya, pasti saya akan sangat senang, terimakasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Toxic Marriage
RomanceMenikah dengan kakak tingkatnya yang kasar hanya karena salah paham dan kena grebek warga, bukan hal yang Aryani inginkan dalam daftar hidupnya. Note; kurang cocok untuk anak dibawah umur, karena mengandung kekerasan dan banyak kata kasar. Selamat m...