16

22.8K 1.2K 20
                                    

Tubuh Yani terhempas ke lantai saat Alfa melepaskan tarikannya. Perempuan itu beringsut mundur ketakutan saat Alfa menunduk mendekat. Ia berulang kali meminta ampun dan memohon pada Alfa untuk tidak menyakitinya.

Tatapan laki-laki itu begitu menusuk. Yani tidak dapat berfikir apa yang mungkin Alfa lakukan dalam kondisi emosi begini. Badannya bergetar, jantungnya bertalu kala Alfa menekan kuat pipinya dengan jemarinya.

Satu tamparan dilayangkan. Disusul air mata Yani meluncur turun. Ia menyentuh pipinya yang terasa panas. Perempuan itu memejamkan mata. Mungkin dirinya memang hanya sampah untuk orang-orang terdekatnya. Tangan mereka begitu ringan kala menyakitinya.

"Ini sebelah masih belum kena tampar, Kak," ujarnya membuka mata sembari tersenyum miring, meski air mata tidak mampu ia kendalikan.

Cara Yani menatap semakin menyulut amarah Alfa. Alfa tidak suka Yani memicingkan senyum ke arahnya. Ia lebih berharap Yani yang ketakutan dan memohon ampun padanya.

"Udah mulai berani ya Lo nantangin gue?!" bentaknya. Yani mencoba tidak gentar. Ia tidak menurunkan tatapannya dari Alfa. Tidak perduli jika nanti ia akan kena tampar lagi. Itu sudah bukan hal baru di hidupnya.

"Aku gak nantang, aku ngasih tau, Kak. Siapa tau tangan Kakak belum puas kalau belum kena keduanya," jawabnya berusaha mengendalikan diri.

"Rupanya Lo bener pengen bermain-main, ya!" seru Alfa, sepersekian detik kemudian menarik tengkuk Yani, menyatukan bibir mereka, melumat kasar.

Badan Yani kembali bergetar. Ia sudah tidak bisa berpikir jernih jika Alfa sudah mulai melakukan ini. Tangannya berusaha menepis, tapi apa yang dilakukan hanya sebuah kesiaan.

Hingga pasokan udara mulai menipis, Alfa baru menjauhkan kepalanya. Ia menyeringai melihat Yani takut. Hanya dengan begitu saja ia bisa kembali menguasai keadaan.

Yani berusaha lari, tetapi Alfa mengurung tubuh ringkih dengan kedua tangannya yang tidak terlalu besar, tapi mampu membuat Yani tidak berkutik.

"Minggir, Kak. Jangan macam-macam sama aku," ujarnya berusaha menyingkirkan tangan Alfa yang mengelus bibirnya.

"Apa Lo pikir gue bakal nurut," Alfa tertawa. Tawanya tampak menyeramkan. Yani takut. Ia tidak siap untuk apapun itu.

"Lepasin aku, Kak. Tolong buarin aku pergi, dan aku gak akan kembali ke hidup Kakak."

"Gak!"

"Tolong, Kak."

"Gak!"

"Kak ... apa yang sebenarnya kakak harapin dari aku?"

"Ini," ujar Alfa, dan Yani memekik kala lelaki itu mengangkat tubuhnya, membawanya masuk kamar.

Alfa menjatuhkan tubuh Yani ke ranjang, dan ia kembali setelah mengunci pintu. Senyum lelaki itu benar-benar membuat Yani tidak bisa memikirkan hal baik.

Perempuan itu hendak lari ketika Alfa dengan mudah menangkap dan kembali membanting tubuhnya di kasur. Yani menggeleng ketika lelaki itu mencengkeram tangan di atas tubuhnya. Teriakannya teredam oleh bibir Alfa yang bergerak kasar. Ini menyakitkan. Yani tidak mau disentuh dengan cara seperti ini. Ia benar-benar merasa jijik pada Alfa.

Yani masih ingat betul saat lelaki munafik itu mengatakan tidak akan nafsu padanya. Tapi, apa yang dia lakukan sekarang? Yani merasa diperlakukan seperti binatang.

"Lep--" Yani berusaha menahan diri kala merasakan kulit lehernya seperti disedot. Usahanya melarikan diri sia-sia oleh tenaga Alfa yang jauh lebih besar.

"Aku mohon, Kak. Jangan lakuin ini?"

"Gue cuma menuntut hak yang belum pernah gue terima selama ini?"

Toxic MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang