44

13.3K 866 34
                                    

"Yani mana?"

Tidak mendapati Yani di kamar, Alfa kebingungan mencari. Ia pun menghampiri kakaknya yang tengah bermain ponsel di sofa. Fabri meletakkan ponsel di meja, lalu menatap malas ke Alfa.

"Lo seharian gatau cabut ke mana. Tiba-tiba kek orang kesetanan nyariin Yani. Kesambet apaan?"

"Jawab aja!"

"Udah dijemput orangtuanya."

"Hah?" Alfa memastikan apa yang didengarnya tidak salah. "Dijemput? Orangtuanya?"

"Ya."

"Serius Lo?"

"Ya."

"Gausah bercanda!"

"Gaada yang bercanda."

"Kapan?"

"Tadi sore."

"Hoax lu!"

Alf masih tidak percaya. Mencari Yani ke seluruh ruangan, dan tidak menemukan perempuan itu. Dan ketika bertanya pada ibunya yang tengah menggoreng sesuatu di dapur, ternyata informasi yang diberikan Febri benar adanya.

Alfa terduduk lemas, kembali duduk di samping Febri. Ia menatap Febri dengan wajah protes.

"Kok dibolehin sih? Kak gue udah pernah cerita keluarga Yani itu kek gimana."

Febri mengangkat bahu. "Memangnya punya hak apa larang. Mereka keluarga kandungnya."

"Tapi gue denger sendiri, ayahnya bilang Yani itu bukan anaknya."

"Apapun itu yang jelas, mereka tetap keluarganya, dan tentu lebih berhak atas Yani dibanding kita."

"Tapi gue suaminya!"

"Suami apaan? Pernikahan kalian itu gak tercatat di negara, gak disaksikan keluarga. Dan bukan atas persetujuan dua belah pihak. Bahkan kalian udah berpisah kan."

"Lo gak perlu ingetin," Alfa menatap kakaknya sinis.

"Ya biar Lo sadar, kalau Lo itu gapunya hak apapun soal Yani. Bahkan gue dan mama pun gaada hak larang keluarganya jemput dia."

Alfa mendengkus. "Tapi, Kak. Keluarganya itu jahat. Gue nggak mau dia kenapa-kenapa. Selama ini aja gak perduli, tiba-tiba jemput gitu aja! Kalau Yani tersiksa gimana?"

Febri tersenyum miring. "Memangnya Lo ngga jahat sama dia?"

Alfa terdiam, menatap kesal Febri lalu memalingkan muka.

"Gue aja dengar dari mama kalau tadi pagi Lo sempet berantem sama dia, bahkan Yani nangis-nangis kan."

"Tapi seenggaknya gue nggak akan berbuat jahat ke dia." Alfa masih berusaha membela dirinya.

"Yakin? Lo bisa aja ngga jahat secara fisik. Tapi yakin, Lo ngga jahat secara psikis ke dia?"

"Apaan sih Lo. Nggak percaya kalau adek Lo juga bisa berubah?"

Febri terkekeh. Menatap Alfa lalu menggelengkan kepalanya. "Siapa yang bakal percaya sama orang yang bahkan gak kelihatan batang hidungnya, saat perempuan yang 'katanya' dicintainya itu sadar bahkan sampai dibawa pulang? Hm?"

Alfa mendesah. "Gue cuma berusaha menenangkan diri, apa itu salah?"

"Jelas salah. Di mana tanggungjawab Lo? Di mana kehadiran Lo saat dibutuhkan?" Febri beranjak, menepuk pundak Alfa. "Belajar lagi Dek, tentang caranya bertanggungjawab sebagai laki-laki itu gimana."

****

'Yan...'

'Lo gpp kan?'

Dua pesan yang ia kirimkan enam jam lalu itu belum juga terkirim. Semalaman Alfa tidak bisa tidur. Ia terus kepikiran soal Yani.

Toxic MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang