13

22.3K 1.2K 8
                                    

Alfa keluar dari ruang dosen dengan muka merah padam. Ia lantas menghampiri Yani yang menunggunya di kursi tunggu, dan memarahi perempuan itu di sana.

"Kmprt, gara-gara kerjaan Lo ini!" sentaknya. Beberapa mahasiswa yang berada di sana menoleh. Mengamati mereka berdua. Alfa tidak perduli, amarahnya sudah memuncak.

"Lo sengaja kan mau ngerjain gue! Hah! Ngaku Lo, bgst!"

Yani tertegun, ia merasa sakit hati juga malu dibentak di depan umum. Gumaman mulai terdengar. Alfa yang mulai merasa risih ditatap aneh pun segera menarik perempuan itu menjauh dari sana. Ia menuju belakang gedung yang sepi, lantas kembali memarahi Yani.

Ia masih tidak terima, karena pendahuluan yang ia ajukan ditolak begitu saja oleh dosen. Ia dianggap tidak bisa mengerjakan laporan akhirnya. Bahkan, ia dimarahi karena ucapan kasarnya kemarin.

Ia melempar kertas-kertas itu ke wajah Yani. Perempuan itu hanya dapat terisak diperlakukan seperti ini oleh Alfa. Lelaki itu seperti tidak menganggapnya manusia.

"Kak...," isaknya pilu. Ia bahkan sudah berusaha semalam. Namun, ini semua memang diluar kemampuannya. Ia bahkan tidak menguasai sama sekali materi milik Alfa.

"Lo mau balas dendam, kan? Lo sengaja bikin gue malu di depan dosen, biar Lo puas, iya kan?"

"Asal Lo tau, bitch. Gue bahkan diketawain gara-gara latar belakang sialan yang Lo buat. Mereka semua di ruangan itu ngeremehin gue!"

Yani menggeleng cepat. Tidak pernah terlintas niatnya seperti itu. Ia bahkan menghormati Alfa, meski lelaki itu selalu kasar padanya.

"Enggak, Kak."

"Sialan!" Alfa mencengkram lengan Yani, lalu menyudutkan perempuan itu di tembok. Yani hanya dapat terisak, tubuhnya menggigil. Sorot tajam Alfa seolah mengulitinya.

"Kak ...." lirihnya takut.

"Dengerin aku-aku dulu," lanjutnya, terbata.

"Dengerin apa, heh?!" Jemari Alfa menekan pipinya. Yani hanya dapat merasakan perih di pipinya akibat tekanan Alfa yang begitu kuat. Ia berusaha membebaskan diri, tetapi Alfa malah mengunci pergerakannya. Lelaki itu menatapnya intens, lantas  menempelkan bibirnya, melumat kasar.

Tiba-tiba tubuhnya membatu mendapat perlakuan seperti itu. Tubuhnya terasa panas. Hatinya sakit sekali. Semakin Alfa menjelajah rongga mulutnya, semakin Yani merasa dirinya dilecehkan, meski di mata masyarakat Alfa adalah suaminya.

Tetapi, entah mengapa ia bahkan tidak dapat melawan. Tenaga Alfa terlalu kuat dan tubuhnya terlanjur lemas, kakinya layu. Ketika dirasa oksigen menipis, dan pangutan itu akhirnya terlepas, Yani segera menggunakan kesempatan untuk mendorong Alfa.

"Kak!" bentaknya menangis.

"Aku manusia!"

Tubuhnya merosot. Pertahanannya runtuh. Ia seperti sudah tidak memiliki tenaga untuk berdiri.

"Kak!"

"Kakak punya otak gak?!"

Alfa menatapnya bengis. Ia sudah mengepalkan tangan. Napasnya memburu. Namun, ia masih memberi perempuan itu kesempatan untuk meneruskan ucapan.

"Kakak suruh aku ngerjain tugas yang semestinya jadi tanggungjawab kakak sendiri!. Kakak bahkan gak menjelaskan apapun. Aku ini bukan robot, aku jelas gak akan ngerti apa yang kakak maksud dari skripsi itu!"

"Aku udah berusaha semalem. Tapi kapasitas otakku gak seluar biasa itu. Selain gak punya otak, kakak juga gak punya hati. Kakak perlakukan aku kayak pelacur begini. Aku jijik sama kakak!"

Toxic MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang