12

24K 1.2K 43
                                    

"Kak."

"Hm?"

Yani menghela napas lalu duduk di samping Alfa. Lelaki itu menoleh dari ponselnya. Yani menatapnya takut-takut lalu bergeser mengambil jarak.

"Tadi aku ketemu dosen kakak. Kalau gak salah namanya Pak Yayok. Kakak ditanyain kenapa setelah ngajuin judul enggak pernah nemuin beliau lagi."

Meletakkan ponsel, Alfa sepenuhnya menatap Yani. Ah, sial. "Kenapa Lo nemuin dosen gue, heh?!"

"Eh," Yani menggeleng. "Enggak, Kak. Aku enggak nemuin dosen kakak. Kami enggak sengaja ketemu di jalan. Aku aja bingung kenapa Pak Yayok sampai tau kalau kita tinggal serumah."

Alfa masih menatapnya tajam. "Itu dosen pembimbingmu, Kak?"

"Bukan urusan Lo!"

"Beliau bilang Kakak suruh cepet bimbingan."

"Gak usah ikut campur urusan gue!"

"Aku cuma menyampaikan apa yang dosen itu bilang, Kak."

"Udah enggak usah kebanyakan bacot. Mending sekarang Lo bikinin gue mie."

"Em, persediaan mie kita abis, Kak."

Lelaki itu mendengkus, lalu mengeluarkan uang sepuluh ribuan dari kantong celananya.

"Nih, Lo beliin gue mie sama telur juga. Awas Lo!"

"Ka-kalau sama telur kurang, Kak. Daripada beli eceran mahal, mending beli setengah kilo sekalian."

"Lo dikasih hati minta jantung, ya!"

"Kapan Kakak kasih hati ke aku?"

"Bantah teros. Mau gue tabok?"

"Kenyataannya kan begitu." Yani menunduk.

Alfa menggeram, Ia mengambil sisa uang dua puluh ribuan, lalu dileparkan ke Yani.

"Dah, sana pergi! Daripada ni tangan semakin gatal."

Mengambil uang itu, Yani segera beranjak pergi.

*

Alfa mendongak mencium aroma sedap yang menghampirinya. Ia kembali sok membuang muka melihat Yani yang datang bersama semangkuk mie. Perempuan itu meletakkan di hadapan Alfa. Dia hanya berdehem.

"Lama banget."

"Ini juga udah cepet-cepet, Kak."

"Alesan!" ujarnya, mengambil mie tersebut lalu seketika mendengkus.

"Udah gue berapa kali bilang, Yani. Kalau gue kaga suka sayur, masih aja ya Lo!"

"Kakak enggak pernah bilang."

"Emang Lo pernah lihat gue makan sayur?"

Yani menggeleng. Alfa menempelkan telunjuknya ke kepala. "Harusnya dari situ Lo udah ngotak dong!"

Huft, bersama Alfa memang tidak ada benarnya. Memang selama ini Yani kalau membuat mie selalu tidak pakai sayur. Tetapi, hari ini ia hanya ingin improvisasi, siapa tau Alfa suka. Malah akhirnya dimarahin juga.

"Enak kok, Kak. Dicobain dulu jangan protes. Siapa tahu kakak jadi suka sayur."

Alfa tidak menggubris, malah membuangi sawi di mie tersebut sembari mendumel.

"Kak, jangan dibuang dong, aku kan belinya pake duit."

"Siapa bilang pake daun?"

"Ya, setidaknya sayang, Kak. Hargai makanan. Kalau kakak gak mau biar aku yang makan."

Toxic MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang