Ternyata bener ya, cowok ganteng bakal tetep dipilih meski dia psiko, creepy, stalker, gak jelas, suka maksa, kasar kalo ngomong.
Padahal aku juga udah lihat gimana kelakuan dia ke kamu gak ada baik-baiknya. Gak ada sopan-sopannya, tapi kamu tetep mau sama dia, Yan.
Kamu tetep luluh sama omongannya, aku nggak nyangka. Padahal aku yakin kamu tau kok gimana perasaan aku ke kamu. Kamu nggak mungkin sebodoh itu kan mengartikan tindakan seseorang selama ini. Heheh, kalah tampang bisa apa. Selamat ya atas pacar barunya, semoga langgeng. Tapi, kalau disakiti jangan bilang semua cowok sama aja.
Yani tidak tahu harus merespons apa pada sederet pesan yang dikirimkan Tomi itu. Bahkan pesan itu hanya terbaca dari semalam, bingung harus membalas bagaimana.
Pasti sekarang Tomi sangat merasa diabaikan. Padahal Yani sangat ingin membalas, tetapi masih bingung harus menjelaskan bagaimana. Wajar jika lelaki itu sakit hati.
Sebelum pulang ke Jakarta, Alfa memang sempat menemui Tomi, meminta teman kerjanya itu untuk tidak dekat-dekat dengannya. Meski Yani sudah melarang, Alfa mana mau dengar. Dia hanya melakukan apa yang menurutnya benar.
Yani paham sekali tabiat Alfa, ia mengerti mengapa Tomi berkata seperti itu. Pasti pertemuan mereka tidak berlangsung baik. Alfa tidak akan sebaik itu untuk bicara sopan apalagi pada orang yang sedari awal tidak disukainya.
Pada akhirnya Yani hanya mengetik,
'Maaf'
'Maaf'
'Maaf, Tom'
'Maaf'
Sebagai balasan. Beberapa menit kemudian pesan itu terbaca. Sampai menit ke sepuluh tidak ada tanda-tanda akan dibalas. Yani menghela napas, lalu menyimpan ponsel itu di atas meja.
Entah bagaimana hari ini ia akan bertemu Tomi. Pasti akan canggung sekali. Padahal lelaki itu sangat baik. Dirinya memang bodoh, sering melewatkan orang-orang baik dalam hidupnya. Ia ingat bagaimana dulu membuat Ifan patah hati, dan sekarang Tomi.
Yani mengambil sisir, lalu merapikan rambutnya di depan kaca. Ia menatap wajahnya, dan merasa masih tidak cantik. Ia juga heran mengapa Alfa berbalik mengejar dan memaksa hubungan dengannya. Padahal ia ingat betul bagaimana lelaki itu menghina dan mengatakan ia bukan tipe-nya.
Apa hati manusia memang mudah berubah, atau ada maksud tersembunyi di dalamnya. Yani baru mengoleskan pelembab di wajah ketika ponselnya berdering. Ia cepat-cepat meratakan krim wajah itu, lalu mengambil ponsel tetapi panggilannya sudah terputus.
Tidak beberapa lama ponsel itu kembali berdering, Yani menghela napas hanya terdiam menatap nama yang tertera di layar, dan panggilan itu kembali terputus. Sampai panggilan ke empat Yani baru mengangkat.
Tampak wajah masam Alfa di balik layar itu. "Darimana sih, daritadi dipanggil juga."
"Lagi siap-siap mau kerja."
"Ngapa muka Lo kayak cucian baru diperas gitu? Nggak ada semangat-semangatnya jadi manusia pagi-pagi gini."
Yani memang sedang tidak mood sekali pagi ini. Sebenarnya ia juga malas untuk mengobrol, tetapi jika tidak diangkat lelaki itu pasti akan marah.
"Nggak apa-apa, Kak."
"Ada masalah?"
Yani menggeleng, lalu segera mengalihkan topik. "Kakak tumben udah bangun pagi-pagi?"
"Jadi Lo mau bilang gue pemalas?"
"Huh." Ia sedang malas sekali berdebat.
"Iya, gue kan udah biasa bangun pagi semenjak di Bogor."
KAMU SEDANG MEMBACA
Toxic Marriage
RomanceMenikah dengan kakak tingkatnya yang kasar hanya karena salah paham dan kena grebek warga, bukan hal yang Aryani inginkan dalam daftar hidupnya. Note; kurang cocok untuk anak dibawah umur, karena mengandung kekerasan dan banyak kata kasar. Selamat m...