8. Siti Fatimah Az- Zahra An- Nisa

68 11 0
                                    

Banyak orang berkerumun untuk membeli tiket. Bioskop dibuka pukul 10.00. Tentunya, Ar dan Er tidak akan melewatkan kesempatan berharga ini. Berlokasi di salah satu mall Surabaya, tempat ini cukup memikat hati para penonton.

"Tempatnya indah, ya?" Ar tersenyum kecil. "Di sana ada pintu, ada eskalator, ada pohon jadi-jadian, bahkan di bawah ada yang promosi mobil dan rumah. Semoga aja lo nanti beliin gue mobil ...."

Er tercekat. "Ya Tuhan, apa dosa gue? Lo bilang pohon jadi-jadian? Itu cuma pohon palsu, Ar. Dan lo bilang pingin dibeliin mobil? Gue bakal bunuh diri dulu sebelum gue beliin mobil?!"

"Kalau lo bunuh diri, gak ada yang beliin Ar mobil dong?"

"DASAR MATA MOBILAN!" tancap Er.

"MATA DUITAN?!" balas Ar.

"KHUSUS LO MATA MOBILAN!"

Ar mulai munyun lagi. Belum ada satu menit, seorang wanita berhijab abu-abu datang bersama ketiga puluh temannya.

"Er, i-itu kan OSIS congok yang waktu itu ketemu?" Ar mengernyit, mencoba melihatnya lebih jelas.

Er mengangguk. "Dia bawa rombongan OSIS-nya buat nonton ...."

"Kenapa sih, si curut itu selalu ganggu kita?"

Er menyumpal mulut Ar dengan uang yang ada di tangannya. "Hush ...."

Tak butuh waktu lama, wanita beralis tebal plus hijab itu datang menemui Ar dan Er bersama rombongannya.

"Assallamualaikum ..., Aku Fatimah. Siti Fatimah Az- Zahra An- Nisa." Wanita itu berusaha meraih tangan Er.

"Gue Er ...," balasnya sambil menghela napas, kemudian membalas salam darinya dan meraih balik tangannya.

Ar yang berada di belakang, merasa bak kacang tanpa kaleng. Buat apa gue ke sini cuma karena wanita sok suci ini? Gelay!

"Gue ... mau pesen tiket nonton dulu, ya?" tanya Er kepada Fatimah.

"Ok. Aku masuk dulu, ya? Tenang aja, aku akan sedikan 2 bangku khusus kalian di sebelahku. Kebetulan aku dan temen-temen udah pesen tiket lebih awal."

"Dia sangat pramitif?! Aksennya aja pake aku? Gelay!" batin Ar, lalu menatap tajam wanita bermata hitam itu.

Tanpa menjawab, Er langsung menarik lengan Ar. Ini adalah kebiasaan Er dari kecil. Tentunya, Ar paham seluruh sifat Er. Ya, cuek-cuek dingin.

Fatimah pun pergi. Kedua sahabat itu sudah memesan tiket. Mereka pun masuk ke dalam bioskop. Benar-benar luas! Kursi merah berjejeran layaknya pepes ikan pindang.

"Fatimah dibangku tengah, lo mau ikut enggak? Kasian dia karena udah rela sisain dua bangku buat kita." Er menarik satu alisnya.

"Ngapain sih. Harus ya duduk sama wanita kek gitu? Di-dia itu ... apa sih yang istimewa?"

"Ya ... gaada sih ...."

Daripada menunggu Ar ngebacot, Er menarik lengan Ar. Cewek itu berusaha melepaskan diri dari Er, tapi tak bisa. Ia harus menurutinya untuk duduk bersama wanita muslim itu.

Er duduk di samping Fatimah. Setiap kali Ar meminta Er pindah, selalu saja tak mau. Seakan ada sebuah magnet yang enggak bisa memisahkan mereka.

"Ar, pindah, yok?"

"Mls," singkatnya.

"Dasar tukang krupuk," gerutu Ar.

"Apa lo bilang?"

"Gak?!"

~*~

Film sudah dimulai. Pembantaian, dan hantu-hantu mulai bermunculan.

"Er, kok serem?" tanya Ar.

"Namanya film horor. Dasar penakut."

Duar!

Hantu muncul lebih dekat. Sound-nya sangat keras. Membuat Ar dan Fatimah memeluk Er secara bersamaan.

Er terkejut bukan main. Ini apa-apaan sih? Dikira gue guling apa? Kayak nyaman banget meluk-meluk?!

Kebetulan Er duduk di tengah, antara Fatimah di sebelah kiri dan Ar di sebelah kanan.

Ar tersadar. Ia mulai melepas pelukannya. Ia melihat Fatimah memeluk erat Er seakan Er adalah pacarnya. Dia kelihatannya aja ya, alim?

"Huft ..., emang gue siapa? Pacarnya? Cuma sahabat 'kan?" batin Ar, lalu mengelus dadanya.

Fatimah juga tersadar. Ia mengucapkan maaf atas kekhilafannya. Namun Er hanya terdiam. Cowok itu enggak sama sekali peka, karena cewek lain di sebelahnya sedang gusar.

Ar berdiri mendadak. "Gue salah setujuin lo nonton film horor?!"

Ar langsung pergi meninggalkan bioskop.

Er tersentak. "Loh, Ar?"

~*~

Bagaimana setelah kalian membaca ini?
Jangan lupa vote dan komentar kamu kalau kamu suka ya^^
Terimakasih banyak buat supportnya!!

Lasmana Fajar Hapriyanto

Sidoarjo, 5 Maret 2021

Er & Ar  ✔️ [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang