33. Di Balik Topeng Hitam

19 2 0
                                    

Guiss, ayo vote dan komen ditungguin :')
Semangat guys! Bc jam brp sii

~•~

"Ini adalah saatnya lo culik anak itu!"

Bos besar menatap seorang pria berjaket hitam dengan kain penutup wajah berwarna hitam pula. Tatapannya serius. Tersorot dari kedua belah bola matanya, bahwa ia sedang menjalani misi khusus.

"Bos, saya kasihan dengan anak itu ...." Anak buahnya memelas.

Bos tertawa pelan. "Hahaha, kasian? Apa lo mau gue hancurin rumah lo? Jual rumah lo? Dan nggak bayarin lagi semua kehidupan lo? Inget, rumah lo sudah lo gadaikan lama. Kalau lo nggak mau nurut, terpaksa gue ambil rumah lo!"

Anak buahnya hanya mengangguk pasrah. Ia harus menjalani ini. Perlahan, air mata pria itu menetes membasahi penutup kepala hitam yang dipakainya. Maaf ...

~*~

Pukul 11.00. Arve tengah memotongi tempe yang akan dimasak mamanya setelah pulang dari rumah sakit nanti. Hal ini disampaikan mamanya lewat pesan chat bahwa mamanya akan pulang sekitar jam 15.00.

Tiba-tiba saja ada suara derum kendaraan bermotor yang membuat bising satu perumahan. Satu persatu warga yang penasaran langsung keluar, tetapi mereka memilih masuk kembali karena dirasa tidak ada yang mencurigakan.

Ar yang di dalam dapur masih memotongi tempe, tidak sempat keluar untuk melihat ada apa di sana. Ia hanya fokus kepada apa yang saat ini dikerjakan. Berisik banget, ya? Kira-kira ada apa ya di luar? Enggak biasanya loh!

Sepi. Suara derum motor itu hilang. Mereka terdiri dari sepuluh orang pria berjaket hitam dengan dilengkapi sepada motor besar-besar. Mereka turun di depan rumah Ar saat ini. Perumahan kembali sepi. Tak ada gerak-gerik mencurigakan ataupun gerak-gerik yang aneh.

Dengan cepat seorang pria berbadan besar masuk ke dalam rumah Ar dengan pintu yang tak terkunci diiringi dengan gerak anak buahnya. Hentakan kakinya terdengar dari dalam. Ar curiga, ada apa di luar sana?

Setelah beberapa menit, Ar mulai merasa tidak enak. Keringatnya tiba-tiba saja mengalir membasahi baju kuning yang ia pakai. Ar merotasikan matanya melirik ke samping kanan, kiri, dan akhirnya ke belakang.

Gedebug!

Ar terjatuh setelah sebuah kayu tumpul melesat di kepalanya. Kini darah tercecer di mana-mana. Perlahan, kecap merah itu keluar membasahi rambut Ar yang hitam dan bajunya yang bersih.

Pria-pria itu mengangkat Ar dan mencoba membawanya ke dalam mobil. Ar sudah tak sadarkan diri. Matanya terpejam seakan hari ini hari terakhirnya di dunia.

Preman tadi membawa Ar dengan satu mobil besar yang telah disiapkan dan yang lainnya mengerum sepeda motornya kembali. Suara berisik motor kembali terdengar. Tidak ada lagi masyarakat yang keluar rumah. Perumahan kini menjadi sepi.

Er & Ar  ✔️ [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang