Pak Joko sudah berangkat ke Belanda sejak pagi tadi. Sebelumnya ia sudah berpamitan kepada Ar dan Er. Ia menitipkan pesan, agar Ar selalu mencintai wayang seperti saudaranya sendiri.
Pagi ini cuaca agak mendung. Rintik hujan mulai berjatuhan. Sekolah sudah dibuka kembali. Pukul 06.30.
"Er, enggak sarapan?" Bu Mala, Ibu Er mengernyit keheranan.
"Enggak, Ma!" singkat Er.
Tanpa banyak bicara, Er langsung pergi ke rumah Ar. Tak sampai mengetuk pintu, Ar membukanya. Er meneguk ludah. Cepat sekali ia bersiap?
Er menatap detail lengan Ar. Ia membawa Dora dan menggendongnya dengan selendang bayi. Gila! Sungguh gila! Er hanya membatin.
"Ayok, Er!" ajak Ar, kemudian tersenyum.
"A-ayo!"
Mereka berdua berangkat bersama. Tiba-tiba saja Al datang membawa motor ninjanya. Ia menebar senyum kepada Ar.
"Ar, mau ikut?"
Er menatap Al gusar. "Dasar lo tukang ganggu! Ah setan, iblis, kodok!"
Al menatap Er kebingungan. "Dasar kebo, tolol, goblok, hina?!"
Ar hanya diam. Ia tak tau bagaimana cara mengatasi mereka berdua.
"Gimana, Ar? Lo ... mau ikut?" tawar Al, lalu mengangkat satu alis kanannya.
Ar menggaruk dagunya. Ia sebenarnya ingin sekali berangkat bersama Er. Tapi ... demi meningkatkan rasa cemburu Er, Ar harus menerima ajakan Al. Ah, gue mainin Al lagi! Cewek apaan anjim!
"Gue ikut, Al?!"
Er mendelik. Ia ingin berontak, tapi tak jadi. Ia langsung tertunduk lesu. Ar yang melihatnya, merasa tak enak.
"Sepertinya lo udah berubah, Ar."
Er langsung melanjutkan langkah kakinya. Dari matanya, tampak air mata yang tertahan. Namun ia harus kuat. Demi menjalani persahabatan, dibutuhkan pengorbanan.
~*~
Semua siswa sudah berada di kelasnya masing-masing. Er dengan buku-bukunya, segera disiapkan ke meja. Hari ini ketepatan dengan mata pelajaran bahasa Inggris. Ya, mata pelajaran yang menuntut muridnya suka-suka.
"Woi, Pak Toto datang!" Bayu meneriaki teman-temannya, agar mereka segera duduk.
Er menghembuskan napas panas. "Si guru itu lagi ...."
Kepalanya yang gundul, bak menyilaukan mata murid-muridnya. Ia masuk dengan hentakkan bak gajah beranak di kantung kangguru. Ya, sangat berisik dan terasa seperti gempa bumi Aceh 2004.
"Salam gundul anak-anak?!"
Semua murid mulai menimpali. "Salam ikan duyung!"
Ya, salam itu sudah biasa dipergunakan anak-anak jika dihari itu ketepatan pembelajaran Pak Toto.
"Ok. Buka HP kalian! Pembelajaran pertama adalah selfi bareng Bayu?!"
Bayu mendelik. "Lalu pembelajaran kedua, Pak?"
"Selfi bareng bapakmu?!"
Seluruh kelas tertawa. Tak terkecuali Bayu. Er hanya diam, dan memperhatikan orang aneh itu.
Setelah ini pembelajaran Bu Dewi. Ada tugas matematika yang sangat ngeri. Untungnya Er sudah selesai. Eits, justru karena udah selesai duluan, banyak tantangan yang harus Er hadapi.
Pak Toto hanya sefli 20 menitan. Dan sisa jam dari Pak Toto, membuat tingkah warga sekelas menjadi buas. Mereka mencari contekan dari anak-anak pintar. Siapa lagi jika bukan Er?
"Er, mana buku lo?" Bayu melirik tajam anak pintar itu.
Er hanya diam sambil menopang dagu.
Dengan cepat, teman Bayu (Firman) menarik kera baju Er. Tentunya Er tersentak. Ia meneguk ludahnya. Geng ini benar-benar berbahaya.
Buk!
Bayu, Rangga, dan Bima langsung menghajar Er sampai Er mengelus perutnya berkali-kali. Ia mendesis. Tampaknya, perutnya itu sudah biru karena gebukan ketiga teman laknatnya. Hari ini adalah hari yang sangat sial. Sudah ditinggal Ar, digebukin lagi.
Cekgu Sundari, guru Bk datang dengan cepat setelah salah satu anak perempuan melapor. Biasa, caper!
Cekgu Sundari menangkap Geng Bayu, dan tentunya Er. Kasihan Er, harus berurusan dengan cekgu dari Bimbingan Konseling. Bisa mati!
Cekgu Sundari langsung mengelurkan kartu andalannya. Kartu SPO (Surat Panggilan Orang tua), Ya, kartu yang sangat ditakuti semua murid di sekolah.
Er meneguk ludahnya. "Duh, mati aku?! Mama bakal dateng ke sini."
Cekgu Sundari langsung menggenggam telepon khusus ruang BK berwarna merah. Ia tampaknya telah siap menelpon satu-satu orang tua bocah nakal itu. Biasalah, bocah-bocah OMG.
08*******17. Ah, nomor yang sangat panjang. Butuh waktu 20 menit hanya untuk mencari nomor tadi di ruang arsip.
"Hallo, Bu Mala?"
"I-iya, Bu? Ini Ibu Sundari, kan? Ada apa, ya?"
"Ibu gak becus?! Ada apa, ada apa. Anakmu bertengkar di sekolah. Cepat ke sini, saya tunggu!"
Bu Mala menutup telponnya. Ia menarik napas panas. Matanya memerah. Dasar anak itu!
Bu Mala langsung naik ke mobilnya, kemudian cus pergi ke sekolah.
Sesampainya di sekolah, Bu Mala menatap Er bak pisau yang ingin membelah semangka. Tentunya Er bersikap santai. Toh nanti bakal dijewer atau dicium seratus kali? Hah ... Er sudah terbiasa.
"Bu Sun, bagaimana kronogi pertengkarannya, ya?" Bu Mala tampak ngos-ngosan.
"Kata Er, Geng Bayu memaksanya agar ia mau mencontekkan tugas matematikanya yang belum selesai! Dan Geng Bayu, tidak mengatakan sesuatu."
Ibu Bayu langsung menjundul kepala Bayu. Ia terus saja mengatakan hal-hal buruk tentang anaknya itu. Sangat memalukan.
"Maaf, Ma!" sahut Bayu.
Cekgu Sundari menatap Bayu. "Bayu, kamu dapat poin pelanggaran 10."
Bayu hanya mengangguk. Begitupun dengan Firman, Bima dan Rangga yang ada di belakangnya.
Cekgu Sundari kemudian menatap Er. "Kamu boleh kembali ke kelas, Er. Biar Cekgu Sundari yang menyikat anak-anak brandal ini. Mereka akan ibu hukum membersihkan selokan di depan sekolah!"
Mampus lo! Er hanya membatin, kemudian pergi meninggalkan ruang BK. Huft, rasanya sangat lega.
"Gue harus masuk kelas, habis itu nemuin Ar!"
~*~
Hah up lagii yey!!
Barusan sempet ges wkwk
Kesan dan pesan?
Jangan lupa vote and komentarnya yang banyak ya!!
Ntar kalau udah ada komen bisa mempersiapkan diri up part selanjutnya.Sidoarjo, 22 Maret 2021
Athormu 💛☺️
KAMU SEDANG MEMBACA
Er & Ar ✔️ [SELESAI]
Novela JuvenilKANG PLAGIAT MINGGIR! DI LINDUNGI UNDANG-UNDANG. DENDA DAN UU MASIH BERLAKU! CAMKAN! MAU DIPENJARA?! #REVISI GA DIMASUKKAN WP YA! Kisah persahabatan, cinta, dan pengorbanan membuat Ar dan Er terjebak dalam kisah friendzone yang toxic:') Bagaimana m...