35. Timbun Tanah

30 2 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


~•~

Happy reading all!
Kayaknya ga bakal happy si di part ini:))

~•~

Ar, Al, Rama, dan semua orang yang terluka kini dibawa ke rumah sakit. Termasuk Pak Karim. Sementara ini jenazah Alfano dam Rama masih di simpan di ruang jenazah sebelum akhirnya nanti dibawa ke rumah duka.

Kini Er dan Dewa berada di luar ruangan Ar, menunggu kabar bahwa sahabatnya itu baik-baik saja. Tak terdengar suara apa-apa. Yang ada hanyalah sunyi, berharap Ar tidak bernasib seperti teman-temannya yang lain.

Seorang wanita dewasa kini berlari sambil mengusap-usap air matanya. Wajahnya memutih pucat, badannya menggigil. Ia menatap wajah Er yang masih termangu tak berani menatap wanita itu.

"Er, liat saya!"

Er yang masih tertunduk kini menghadap wanita itu. Di matanya masih ada sisa-sisa air mata yang belum kering. Er kemudian berdiri mensejajarkan posisinya dengan orang yang kini sedang ada di hadapannya.

"Tante?" Jantung Er berdetup kencang tak siap bilang bahwa anaknya sedang dalam masa-masa sulit karena dirinya.

"Jawab Er, Ar kenapa?" Bu Susi menatap Er tajam. "Saya tanya sekali lagi, KENAPA?"

"Ta-tante ... Er yang salah Tan ...."

"SAYA ENGGAK TANYA SIAPA YANG SALAH! SAYA TANYA KENAPA?! KENAPA ADA DARAH! KENAPA DAPUR BERANTAKAN? HAH!" Bu Susi naik darah. Matanya memerah yang satu persatu air matanya tumpah. Ia berusaha mengusap air matanya sedari tadi.

Keluar uap panas dari hidung wanita itu. Telinganya tak siap mendengar proses kejadian mengerikan malam ini. Pembunuhan terjadi sekitar pukul 20.00. Sementara sekarang sudah pukul 23.01.

"Er yang salah, Tan ...." Muka Er tampak berkaca-kaca. Ia merasa berdosa.

Bu Susi mendecak sebal melihat tingkah anak ini yang menyalahkan diri sendiri akibat kelakuan yang menurutnya sudah di atur dan sudah takdir.

Dewa yang melihat situasi mulai runyam mengambil alih suasana. Kini Dewalah satu-satunya orang yang sudah siap bercerita di hadapan Bu Susi. Er yang sedari tadi rumit, tak ingin bercerita. Menurutnya, jika ia yang bercerita akan menambah lagi goresan luka yang sulit hilang.

"Tan, sebetulnya Ar sore tadi telah diculik oleh ...." Dewa tak meneruskan kata-katanya. Ia takut Bu Susi terperanga oleh tingkah bejat suaminya itu.

"Oleh?" Bu Susi mengernyit heran.

"Papa, Ar!"

Bu Susi mendelikkan matanya. Wajahnya kini memerah. Hatinya seakan terbakar. Orang yang selama ini masih ia pertahankan malah berbuat keji dengan anaknya sendiri.

Er & Ar  ✔️ [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang