37. Badai Petir

28 2 0
                                    

~•~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~•~

Er datang ke rumah sakit sesegera setelah dikabari oleh Bu Susi bahwa kini Ar telah siuman. Pria itu datang dengan tergesa-gesa sampai akhirnya terselandung kursi tunggu kamar yang letaknya ada di luar.

Ketika menatap sosok wanita yang dicarinya, Er ingin sekali menesteskan air matanya. Namun ia sekuat mungkin menahan tangisannya di depan Ar.

"Lo? Ngapain lo dateng?" Ar menatap sinis pria itu.

Er mencoba tersenyum, walau sedari tadi masih menahan air matanya agar tak tumpah. "Ar, lo udah sembuh, kan?"

"Hahaha. Lo ... peduli? Ke mana aja lo?"

Er mencoba mendekati wanita itu.

"Lo jangan deket-deket sama gue lagi!"

Hati Er bak tertusuk benda tajam. Sakit rasanya. Gimana cara gue bilang, kalau gue peduli sama lo? Pria itu hanya dapat menatap Ar dari ujung pintu kamar.

"Lo mau jadi menara effel di sana? Hush, pergi aja deh, lo! Lo tau enggak, lo udah enggak dibutuhin lagi!"

Er hanya diam.

"Minggir, Er! Ntar suster lewatnya gimana? Lo goblok apa enggak ngerti, sih? Hahaha." Ar menatap sinis pria yang tak dapat berkata-kata itu. "Lo udah cukup nyakitin gue! Sekarang gue mau berdamai sama diri gue sendiri."

"Ar ...." Er tak melanjutkan.

"SANA PERGI ANJ!" usir wanita itu.

Er tak banyak bicara. Ia langsung pergi. Langkahnya kini terhenti di ruang tunggu tempat resepsionis. Er menangis sejadi-jadinya. Gue sayang sama lo! Gue pingin bahagiain lo, Ar! Gue bakalan buktiin, kalau gue bisa jadi yang terbaik di mata lo!

Setelah kepergian Er, Ar tak dapat menahan rasa sakit di hatinya. Ia menangis sejadi-jadinya. Kini air matanya mulai menetes membasahi pipi. Dadanya tiba-tiba sesak. Napasnya ngik-ngikan. Paru-parunya terasa kosong. Beberapa kali ia bahkan harus menarik napasnya panjang.

Ar berteriak tak kuat sambil melempar barang di sekelilingnya. Ia melempar bantal, mencabut infusnya, kemudian memecahkan gelas minum di meja sebelah ranjangnya.

"GUE ENGGAK KUAT LO GINIIN, ER! GUE ENGGAK KUAT! LO TEGA BANGET SIH SAMA GUE? HA? APA YANG HARUS GUE LAKUIN? GUE UDAH GINI GITU TETEP LO NGGAK PEKA DAN ENGGAK PERNAH NYADAR KALAU GUE CINTA SAMA LO! GUE ENGGAK KUAT LAGI HIDUP! GUE MAU MATI! MATI!"

~*~

Sore ini Er terlihat sedang mengenakan outfit ala-ala pesta ulang tahun. Entah mau ke mana anak satu ini sehingga ia rela mengenakan pakaian serba badut dan topi kerucut bergambar kue.

Er melangkahkan kakinya ke toko kue. Dalam pembicaraannya bersama penjual, ia memesan satu kue ulang tahun bergambar kunang-kunang. Ia memesan satu kue besar untuk malam ini.

Er & Ar  ✔️ [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang