26. Jebakan Al

36 3 0
                                    

Happy reading!
Jangan lupa vote dan komentarnya ya supaya semangat buat lanjut lagi 🥰

~•~

Er melenturkan badannya setelah sehari yang lalu bersenang-senang. Pagi ini ia duduk di ruang tamu rumah sambil menyeruput susu coklat kesukaannya. Seperti biasa, Bu Mala sibuk mempersiapkan sarapan yang akan dibawa Er ke sekolah. Hanya menunggu 5 menit saja, Bu Mala sudah siap dengan segala masakan enaknya. Yap, pagi ini tampaknya Bu Mala mempersiapkan lontong kupang sebagai menu utama. Entah kenapa masakan khas Sidoarjo ini begitu menggugah selera Er.

"Er, cepat sarapan!" Bu Mala menepuk bahu Er saat sedang duduk sambil makan keripik kentang.

Er hanya mengangguk.

"Er? Mama ngomong setidaknya dijawab!"

"Hemmm, iya, Ma!"

Dari luar terdengar sepuluh kali suara ketukan pintu. Ini membuat Er risih. Siapa sih makhluk aneh itu? Pagi-pagi udah gak jelas aja!

"Er!" Seseorang dari luar menyebut nama Er dengan keras beberapa kali.

Seperti suara cewek? Siapa, ya? Kayaknya gue kenal nih sama makhluk astral satu ini! Huft. Er menraik napas, kemudian membuangnya. Ia menghela berat, disusul garuk-garuk kepala.

Bu Mala menatap Er. "Er, tuh dijemput."

"Apaan sih, Ma!"

Bu Mala ketawa cekikikan. "Bukain dong pintunya! Masa temannya datang dibiarkan di luar?"

Er menghela napas. Terpaksa ia harus bungkam di hadapan Bu Mala. Dengan cepat Er beranjak dari tempat duduknya yang empuk. Tak sampai dua menit, Er membuka pintu itu.

Er menghela napas. Setiap hari dia sudah melihat makhluk ini. Hanya saja kali ini tidak lagi. Er sangat bosan jika harus berhadapan dengan si mulut cerewet ini.

Si cerewet ini membawa satu botol kunang-kunangnya. Tentunya tak lupa membawa dora. Sungguh hari ini sangat tidak menyenangkan!

"Hallo, Er! Lo udah sarapan? Udah mandi? Udah eek? Udah bersin? Udah sembuh sakitnya? Udah enggak ngantuk? Udah gak ditelpon Bu Dewi? Atau udah ga ditelpon doi? Lo udah putus sama dia, kan? Iya, dia! Fatimah, Er! Lo udah move on kan? Lo udah jomblo, kan? Lo gak nangis, kan semalam? Lo enggak diapa-apain kan sama dia? Mana sini kalau lo diapa-apain gue mau pacaran sama lo! Eh, gak jadi! Maksud gue, gue mau labrak tuh orang. Kalau lo ga keberatan, sih ..."

Er menghela napas. Ternyata benar dugaannya. Wanita ini sudah kena pelet dukun di ujung perumahan ini.

Ngomong-ngomong gue jadi inget sama Fatimah! Dia marah gak ya, kalau gue deket lagi sama Ar? Tapi gue beneran gak bisa jauh dari dia! Gimana, ya? Dia itu cinta gue. Dia kasih sayang gue. Dia segalanya buat gue. Kalau gue gini terus, gue sama aja bohongin perasaan diri gue sendiri. Gue enggak sanggup Ar pergi. Dia pergi sedetik aja, gue enggak akan mampu. Tanpa celotehnya, cerewetnya, dan segalanya yang indah tentang dia.

"Ar, maaf, ya. Bukannya gue enggak mau. Ta-tapi gue ..."

"Tapi apa, Er?"

Er langsung menutup pintunya kuat-kuat. "Lo pergi aja, Ar!"

"Er?" Ar mulai meneteskan air matanya. Hatinya bak tertusuk pisau.

Di balik pintu, Er mulai terjatuh. Ia meneteskan air matanya. Ia berusaha mengusapnya, tapi tak bisa secepat itu hilang.

Ar mulai mundur dua langkah ke belakang. Ar membalikkan badannya – berusaha lari secepatnya ke sekolah. Tiba-tiba Er membuka pintu rumahnya.

"Tunggu!"

Ar tersenyum. Ia memutar badannya dan berlari memeluk Er. "Gue enggak sanggup hidup tanpa sahabat, Er. Gue enggak sanggup."

"Gue juga. Lo adalah peri kecil gue yang selalu ada buat gue, walaupun gue sedingin ini, gue enggak bisa lama-lama nunjukin sikap ini."

"Jangan menjauh, ya, Er?" Ar menatap Er dengan penuh timbunan air mata.

Er hanya mengangguk. Ia langsung masuk ke rumah dan menyiapkan alat-alat belajarnya. Kemudian ia berangkat bersama Ar ke sekolah.

~*~

Huft dingin banget! Er menggigil di jam segini. Masih pukul 08.00, tapi rintik hujan yang jatuh dari langit masih membasahi tanah. Aroma segar tercium dari luar. Sejuk, tapi menakutkan. Hujan kali ini adalah hujan dengan petir-petir yang bersautan. Ish, ini membuat Er mengingat traumanya kembali. Ia takut petir. Mana kebelet be'ol.

Hari ini kebetulan masih jamnya Bu Dewi. Er minta izin keluar sebentar ke kamar mandi. Sebelumnya Er tidak pernah buang air besar ke kamar mandi. Namun apa daya, karena hujan begitu deras Er terpaksa melakukan ini.

Er cepat-cepat berlari ke kamar mandi. Ia sudah tak tahan. Alfano yang baru saja melihat Er cepat-cepat sambil kentut, langsung memikirkan rencana jahat. Ia tersenyum licik sambil menatap Er dengan tajam. Ia kemudian keluar dari kelas yang masih jamkos dan langsung membuntuti Er dari belakang.

Er yang sudah sampai kamar mandi, melihat kamar mandi sudah penuh semua. Hanya tersisa kamar mandi paling pojok yang memiliki fasilitas kurang terawat. Er terpaksa masuk ke kamar mandi itu. Tidak ada gantungan celana sama sekali, Er langsung menggantung celananya di atas pintu. Ini membuat Al berkesempatan mengambil celana Er.

Rasain lo, Er! Alfano langsung pergi dan membuang celana itu di tong sampah depan kamar mandi.

Begitu Er selesai, Er tak menemukan celananya dan berteriak minta tolong. Sampai kelas berakhir, tidak ada siswa yang mau menolongnya. Er dikenal sebagai siswa dingin dan pendiam, bahkan dalam satu sekolah ini hanya mengenal guru, teman sekelas, Ar, Al, dan Fatimah.

Untungnya Pak Sulaiman datang tepat waktu dan membantu Er mendapatkan celananya kembali. Menyebalkan! Siapa sih yang berbuat jail seperti ini?

~*~

Vote yukk! Maaf ya Hiatus:(

Sidoarjo, 19 September 2021

Authormu 💛

Er & Ar  ✔️ [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang