15. Terungkapnya Surat Itu

69 5 8
                                    

Udah siap baca?
Ikuti sampai habis!

~•~

Tangan Alfano gemetar. Ia ingin sekali cepat-cepat membaca surat itu. Bila benar ini adalah curahan hati Er, bagaimana nasibnya?

Help. Jantung Al berdetup semakin kencang. Wajahnya memucat. Jika tidak dihantui rasa kepo, mungkin ia akan lebih memilih menututup mata daripada melihat surat menyeramkan itu.

Al perlahan mulai membacanya dari atas. Keringat dingin tak henti-hentinya mengalir. Seakan ada setan yang terus memeluknya sampai membuatnya sesak.

Al meneguk ludahnya. "Untuk Arve dan rahasiaku yang akan selalu ku pendam. Aku menulis ini karena tak tahan dengan rasa yang ku miliki. Rasa dimana benih-benih cinta mulai tumbuh. Tapi aku tak paham, apakah ini rasa cinta? Cinta sangat rumit. Sampai sekarang ... aku masih ragu, apakah aku mencintaimu? Tidak mungkin! Aku harus tahan rasa ini. Rasa yang tak semestinya ku miliki. Aku adalah laki-laki yang tak pantas menjadi siapa-siapa. Pengecut dan hanya bisa diam. Sedangkan kamu? Kebalikan dari sifatku yang aneh ini. Bahkan aku tak bisa mendeskripsikan sifatmu. Di setiap napasku, selalu memikrkanmu. Benarkah ini cinta? Jika memang ini cinta, ku ingin kubur dalam-dalam rasa ini. Karena ku tak mau, kau semakin menjauh dariku. Ku tak ingin, persahabatan yang terjalin dari kecil, akan hangus begitu saja. Ini tak mudah. Dan ku harap, kau tak mencintaiku, Ar. Ku harap perhatianmu itu hanya sebatas sahabat. Enggak lebih!"

Al terengah-engah. Ia membaca surat itu sampai selesai. Rasa kepo ini telah membuatnya menjadi bak orang gila.

Setelah membaca surat, Alfano mendelik. Bisa-bisannya manusia kodok itu menuliskan surat cintanya kepada Ar? Te-terus nasib gue gimana? Tragis amat hidup gue. Ah, Ar mainin gue atau pangeran mimi peri itu yang sengaja jebak gue? Kurang tulus apa gue sama Ar!

"Al!"

Seorang wanita berhijab kuning menyapa Pria bertubuh langsing itu.

"Bu-bu Mala? Tante sejak kapan di sini?" Pria itu langsung memasukkan surat tadi ke lemari Er semula. Ia menutup pintu lemari dengan cepat.

Jantungnya berdetup lebih cepat ketika tahu Mama Er datang secara tiba-tiba. Bisa-bisa gue ketahuan sama Tante Mala! Gawat, gawat. Tolol amat sih gue!

"Kamu ngapain Al? Stalker Er, ya? Atau ... kamu mau tahu seberapa dalam hubungan Ar dan Er?"

Bruk

Al kehilangan keseimbangannya. Ia terjatuh. Ia meneguk ludahnya, kemudian berdiri lagi menatap Bu Mala canggung.

"Enggak apa, Al?"

"Enggak apa, Tante."

Tanpa banyak bicara, Alfano langsung keluar sebelum Bu Mala berpikir macam-macam. Huft, untung gue gak ketahuan! But ... laknat juga ya, kelakuan Er selama ini? Di sini ada dua kemungkinan. Mereka saling mencintai ... atau salah satu dari mereka mencintai dan yang lain hanya menganggap teman? Ar harus buktiin bahwa dia bener-bener suka gue dan gak permainin gue.

Alfano keluar sambil menatap sejoli itu lekat. Ia melihat banyak tanda-tanda kemesraan di dalamnya. Entah cara bercandanya atau cara mereka mengekspresikan sesuatu. Tatapan Er kepada Ar, menunjukkan butir-butir cinta yang tak semestinya ada. Jadi gue dikacangin terus? Berarti bener ada yang enggak beres di antara mereka. Awas aja lo Er, kalau Ar bener-bener suka sama lo, gue pastiin lo besok udah gue tancepin batu nisan!

"Eh, gue dikacangin nih?" Alfano mencoba basa-basi sambil tertawa pelan.

"Oh, enggak kok, Alkuh. Sini duduk!" Ar tersenyum kepadanya.

"Duduk? Tempat gue aja udah direbut sama, Er!"

Ar berhenti tersenyum. Seketika suasana canggung. Begitu juga Er. Ia hanya menatap Alfano dengan mata menyelidik.

"Maksud lo apa, Al?" Ar mengernyit.

"Ah, gaapa."

"Yang bener?"

"Iyah. Gaapa. Lanjutin aja."

Ar langsung tersenyum bebas. Dia kira ada apa-apa dengan Al. Ar tak dapat membaca hati Al dengan sekejap saja. Tapi ... ia dapat merasakan apa yang Al rasakan. Hatinya tampak sakit dengan hanya melihat Al murung seperti itu.

"Ar, lo bener-bener sayang gue, kan?" Alfano tiba-tiba bertanya di tengah keheningan.

"I-iya, ada apa?"

"Gue sayang lo! Gue boleh pinjem HP lo sebentar?"

"Buat apa?"

"Lo percaya gue, kan?"

Ar membisu. Ada apa dengan Al?

Tanpa banyak bicara, Al menyerahkan Hp-nya. Berharap ada sisi positif yang akan ditimbulkan nanti.

Penyerahan HP itu malah berimbas ke sisi negatif. Al dengan cepat membuka aplikasi WA dan membaca beberapa chat Er kepada Ar.

Dalam pesan-pesan itu, beberapa kalimat kontroversial bertebaran.

Er sahabat kucluk: Udah makan, Ar?

Ar si genit jembatan merah: Ga perlu sok lo. Btw gue udah makan kok!

Er sahabat kucluk: Udah eek?

Ar si genit jembatan merah: Belum kebelet babi. Kalau lo?

Er sahabat kucluk: Udah di masa depan.

Ar si genit jembatan merah: Mengirim stiker.

Ar si genit jembatan merah: Lo ... udah sembuh lukanya?

Er sahabat kucluk: Udah setan, gausah perhatian. Gue bukan siapa-siapa!

Al berhenti membaca. Ia mulai berpikir keras. Bukan siapa-siapa tapi kok mesra?

Alfano menyerahkan HP Ar dengan bengong. Er dan Ar mulai curiga, apa yang terjadi?

~*~

Gimana nasib Al, ya?
Nasib Er?
Duh, ketahuan. Gawat!!

Jan lupa vote dan komen ya!
Sidoarjo, 4 April 2020

Authormu. ❤️💛

Er & Ar  ✔️ [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang