22. Study Museum

43 5 2
                                    

Pagi ini Ar melihat Er membawa tas hitamnya sendirian saja. Biasanya setiap mau berangkat ke sekolah, Ar selalu menemaninya. Ar menghembuskan napas panas. Mungkin Er belum memaafkannya!

"Er!" sapa Ar menyeringai, kemudian melambaikan tangan. "Sini!"

Er menoleh dan hanya diam. Kini ia kembali ke sikap aslinya yang dingin bak Es. PR Ar selanjutnya adalah mencairkan hatinya yang dingin. Ya! Gue harus bisa!

Sayang beribu sayang, Er pergi tanpa balas senyum sedikitpun. Sontak Ar memunyun. Huh! Kapan sih bisa ceria lagi kayak dulu? Gue enggak mau hubungan kita berakhir, Er!

Sebenarnya Er ingin sekali memaafkan sahabatnya itu, tetapi teringat kata-kata Fatimah, Er jadi enggan berbicara pada Ar.

Beberapa langkah maju, Er menoleh ke belakang lagi menatap lurus Ar yang juga sedang mengawasinya daritadi. Ah setan, ngapain gue ngeliatin Ar? Komitmen dong, Er! Hanya kata sumpah serapah saja yang diucapkan Er.

Er kemudian tersenyum. Mukanya memerah. Melihat rambut Ar yang terurai kemudian teribas angin, Er seakan berbunga-bunga dan tak berhenti menatapnya. Ah, ngapain sih lo, Er! Dah, jalan aja. Er kemudian membalikkan kepalanya lagi dan jalan tak mempedulikan wanita itu. Sementara Ar, menatapnya kikuk. Ia nanar dengan apa yang terjadi sekarang. Sungguh pria yang aneh!

~*~

Sekolah kini tengah ramai. Pasalnya, siswa-siswa di SMA ini sangat antusias sekali mendengarkan wali kelas menyampaikan sesuatu. Bukan tanpa sebab, senyum siswa-siswi ini datang dari kepala sekolah yang kini membuat papan bertuliskan study museum besar di pojok lapangan upacara.

"Ar, Ar! Hore, Ar Hore!" Mimi tiba-tiba datang sembari menampol wajah Ar.

"Eh, bajing lo! Sakit tolol!" Ar mengusap pipinya yang merah karena tampolan temannya itu. "Lo ... kesurupan jin ifrit, ya? Why?"
Teman sebangku Ar yang baru, Mimi menyeringai tampak gigi gingsulnya. "Lo tau, enggak? Aww, gue seneng banget!"

Ar menghela napas. "Enggak tau lah bodo. Kan lo enggak ngomong! Jadi anak gak usah tolol-tolol bisa gak, sih?"

"Yeilah daripada lo lemot." Kemudian Mimi duduk di samping Ar sembari mengetikan sesuatu di Mbah Google. "Wait!"

Ar menarik napas. "Dahlah Mikk, lo tau kan gue gak mood?"

"Dahlah Vekk, gue cuma mau ngasih info. Gue tau lo galau. Er bunuh diri kan kemarin?"

Ar langsung melotot menjundul kepala Mimi. "NAUZUBILLAHIMIDZALIK AMIT-AMIT ANAK KUNYANG. DEMI ALEX. MANA ADA ANJING!"

Mimi tertawa kecil. Beberapa detik kemudian, Mimi memberikan HP-nya kepada Ar. "Nih! Liat sendiri kalau mata lo enggak picek!"

Ar mengambil ponsel Mimi. "What the hell!? Jadi kepsek rencananya mau ajak siswa-siswinya belajar di luar sekolah? Ke Museum?"

Mimi menghela napas. "Iya Babi! Mata lo picek, ya? Liat tuh website-nya baik-baik. Udah dikasih info malah kaget. Ya, gue tahu lo marahan sama kakak lo! Tapi ya jangan buat diri lo picek kek babi gini!"

Mata Ar membuka cemerlang. Otaknya berusaha mencerna perkataan temannya itu. "Wait, lo bener! Makasih Mimi! Yes, gue akan gunain kesempatan ini buat deket lagi sama Er!"

"Apa lo bilang?"

"Eng-gak apa kok hehe ...."

"Ar, Bu Reni datang anjim! Ayo duduk! Liat aja, habis ini pasti Bu Reni bakalan ngasih tau tentang acara konyol ini!"

~*~

Huft ... Er membuang napasnya kemudian menghela berat. Dia tersungkur dan terpelungkup, kemudian menguap sambil memejamkan matanya. Sementara teman lain sangat sibuk bermain pesawat-pesawatan bahkan lempar-lemparan penghapus.

Saat itu juga Bu Dewi datang dengan wajah bak Malaikat Malik. Bagaimana ia bisa tersenyum? Kelasnya saja sudah dipenuhi calon dajjal.

Bu Dewi dengan membawa 5 tumpukan buku matematika itu kemudian duduk di bangkunya yang ternyata sudah disebar lem dan permen karet. Ketika mengetahui itu, Bu Dewi hanya menghela kemudian berdecak pinggang.

"CEPAT CARIKAN IBU BANGKU YANG BARU!"

Sontak saja ada yang menjundul Er dari belakang. Bayu. Ia membuat kode dengan mengedipkan satu matanya. Memberi petunjuk tuk Er segera cepat mencarikan bangku itu. Er hanya menghela napas. Ia kemudian berdiri dan berjalanan membawa bangku yang ada di belakang kelas.

Setelah keadaan mulai tenang, Bu Dewi menyebarkan edaran yang berisi perizinan orang tua untuk pergi ke musem. Kemudian Bu Dewi pun duduk kembali dan mulai menjelaskan hal-hal yang penting dari surat edaran tersebut.

"Ok. Seperti yang sudah kalian terima, kita akan mengadakan Study Museum di museum Mpu Tantular, Sidoarjo. Sebelumnya kalian juga sudah pernah pergi ke museum di daerah Surabaya. Untuk itu, pada kesempatan kali ini kita akan belajar bersama dibimbing oleh guru sejarah kalian menjelajahi museum di luar Kota Surabaya."

Sontak seluruh murid bersuitan gembira. Bibir mereka menyeringai, tubuh mereka melenggok-lenggok, kemudian beberapa anak laki-laki menerbangkan pesawat kertas buatannya. Bu Dewi hanya menghela. Sudah biasa hari-harinya menghadapi anak-anak nakal seperti dajjal ini.

Huft, museum Mpu Tantular? Okelah. Tapi Ar! Pasti anak IPS bakal sebis lagi sama anak MIPA 7. Alasannya sih, anak IPS rajin-rajin, jadinya ya ... digabung deh sama mereka. Hah ... liat aja nanti!

~*~

Siap study museum bareng Er and Ar? ^^
Jangan lupa vote dan komentar ya!
Sidoarjo, 19 Agustus 2021

Authormu! 💛

Er & Ar  ✔️ [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang