27. Panas

27 3 0
                                    

Happy reading ...
Jangan lupa komen dan vote ya! Ini yang buatku semangat!!

~•~

Kreeek ...

Er membuka pintu rumahnya dalam keadaan mata bengkak. Ia bahkan sempat membanting pintu dengan kuat. Hari ini ia merasa sangat dipermalukan. Er terus saja mengumpat sepanjang perjalanan dari sekolah. Ia bahkan ingin pelakunya mendapat balasan setimpal atas perbuatan tak beretika tadi.

Ia membanting tas dan mengeluarkan baju seragam yang dipakainya. Kini semuanya lusuh. Bahkan Er tidak bisa menghindari bercak cokelat akibat lumpur sial yang membuatnya hampir kepeleset setelah pulang dengan tergesa-gesa. Ini alasannya Er tak menyukai hujan. Udah becek, kebelet beol, kemudian harus mendengarkan suara petir yang tak disukainya sejak kecil.

Bu Mala mengintip Er dari balik ruangan. "Er? Kamu udah pulang?"

Er hanya diam.

Melihat Er yang tak baik-baik saja, Bu Mala mendatangi Er. "Er?"

Er lagi-lagi diam. Sesekali ia menarik napasnya.

Bu Mala lebih mendekat. "Ada apa, Sayang?" Bu Mala mengusap-usap rambut Er.

Er masih diam.

"Cerita dong sama Mama ..."

"Ma, kapan sih Papa pulang?" Er menyahuti.

"Papa lagi kerja, Er ...."

"Justru lagi kerja itu, kapan Papa balik?" Er berbicara dengan nada sedikit tinggi.

"Enggak. Kamu harus cerita dulu sama Mama. Ada apa?"

"Enggak, Ma! Kapan Papa balik? Kalau aja ada Papa, udah enggak diampuni anak yang kunci Er tadi!"

Bu Mala tersenyum sambil menahan tawa. "Oh, dijahili teman, ya? Anak Mama udah gede sekarang."

Er cemberut. "KOK MAMA KETAWA, SIH?"

"Er, denger kata Mama. Kalau Er dijahili seperti ini lagi, Er enggak boleh marah. Er anak yang kuat. Kamu jangan pernah sekali-kali menunjukkan sikapmu yang lemah. Er harus ikhlas. Er harus yakin, bahwa yang berbuat akan mendapat balasan setimpal. Apa yang kita tanam, itulah yang akan kita tuai."

Er sedikit menunduk. Sepertinya kata-kata Bu Mala sangat benar.

"Makasih, ya, Ma!" ucap Er sembari tersenyum.

"Oh, ya. Mana, Ar?" Bu Mala menengok pintu rumah tak ada siapa-siapa.

"Ar mungkin udah di rumah, Ma! Tadi Er pulangnya telat karena dikunciin orang bejat tadi."

Satu jam kemudian Er bergegas ke kamarnya untuk tidur siang. Tak disangka, Ar datang dengan membawa doranya.

"Er sayang?" panggil Ar dari luar.

Er yang masih di luar kamar terceletuk. Gawat! Ini bocah gila ngapain sih, kalau didengar orang gimana? Gak masuk akal! Ortunya ada di rumah, kan? Kalau dia teriak-teriak gini lagi, bakal kena masalah anjm! Lebih baik gue samperin aja nih bocah.

Er dengan cepat keluar dari rumah untuk menemui sahabatnya.

"Er, lo baik-baik aja, kan? Lo enggak mati, kan di sekolah tadi?"

"Otak udang lo! Kalau gue mati, pasti yang dateng arwah gue. Udah gue buat lari lo pasti!

"Masa?" Ar memonyongkan bibirnya. "Gue gak takut setan!"

"Halah lupain. Btw, shitt! Kenapa lo manggil gue sayang di sini? Keras bener! Nanti kalau orang tau gimana?"

"Er bilang aja, Er enggak mau kan Ar manggil Er sama panggilan istimewa itu?" celetuk Ar, kemudian menghela berat.

"Bu-bukan gitu, Ar!"

"Semua laki-laki sama aja!"

"Tapi gue beda, Ar!"

"Laki-laki itu tipenya suka nyakitin."

"Emang gue ngapain? Kalau gue beneran nyakitin, gue bakal tanya sama kamu pertanyaan aneh-aneh."

"Emang pertanyaan kayak apa?"

"Gini. Ar, gue minta tolong sama lo, ya? Gue mau ungkapin perasaan gue ke Fatimah! Gue kemarin cuma canda doang. Ini sebenar-benarnya gue cinta lo! Nah, mungkin gitu."

"Bangsat! Terus lo mau lakuin itu?"

"Yup!"

Plak! Ar menampar Er dengan sangat keras. Ar ingin sekali meneteskan air matanya. Namun ia harus kuat. Dengan cepat ia pergi meninggalkan Er. Jantung Er berdetup cepat. Namun ia sudah biasa menerima tamparan ini dari kecil. Er sempat melongo beberapa detik, kemudian mengelus-elus pipinya yang mulai memerah.

Setibanya di rumah, Ar membanting pintu dan bersandar di baliknya. Ia terjatuh, kemudian menangis sejadi-jadinya. Tega lo, Er! Bercandamu enggak lucu! Gue ngelakuin banyak sekali usaha, tapi lo tetap aja bersikap cuek. Gue bahkan sampe ngefitnah Fatimah yang enggak bersalah! Emang gue tolol, gue bener-bener dibutakan dengan drama klasik kayak gini. Sampai kapan, ha?

~*~

Kuys vote yak!
Komen di sini next!
Love you readers!
Sidoarjo, 25 September 2021

Authormu 💛

Er & Ar  ✔️ [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang