10. Karena Dia yang Baru

54 9 2
                                    

Er mengacak-ngacak rambutnya, Ia terus memukuli kepalanya. Ia tampak frustrasi berat, seakan ia telah membohongi perasaannya sendiri. Tapi ... bagaimana bisa ia menolak Fatimah? Dia adalah wanita yang baik.

"Kalau Fatimah wanita baik, Ar juga baik kok. Ta-tapi ... gue kok gak enak ya sama Fatimah?" batin Er, kemudian menarik napas panjang.

Er ingin pergi menemui Arve, tetapi Fatimah terus saja menggelayuti tangannya. Kali ini, ia harus apa? Keputusan yang sulit.

"Maaf Fat, ta-tapi Arve marah ...."

"Ada hubungan apa sih kamu sama Arve? Apa kamu suka dia?"

Er terdiam. Ia harus apa? Jika berkata iya, maka ia akan kehilangan persahabatannya. Namun jika berkata tidak, semua akan berjalan seperti biasanya. But, tanpa cinta.

Er masih belum paham, apakah Arve juga mencintainya? Ia sama sekali tidak peka. Ar sangat sulit ditebak. Toh jika Arve mencintai Erhone, mana mungkin Er menerima semuanya begitu saja? Diakan anti pacaran dan anti cinta. Yang ia mau hanya sahabat. Enggak lebih.

Fatimah memperjelas kata-katanya. "Kamu suka dia? Atau kamu juga suka aku? Aku enggak mau ngejalanin hubungan ini berlandaskan kebohongan?!"

"Gu-gue juga suka lo."

Seluruh warga kantin terdiam. Hening. Tentunya, di sana ada beberapa teman kelas Arve. Kapanpun mereka siap melaporkan kejadian panas ini ke sahabat Er itu.

"Beneran kamu suka aku?"

Er hanya mengangguk. Ia tak berdaya. Apa yang harus ia lakukan? Bisa-bisanya cewek nembak cowok duluan? Wajah Er tertunduk malu.

~*~

Matahari mulai terbenam, seperti hubungan mereka yang kian menjarak. Entah kenapa semenjak datangnya Fatimah, konflik akan terus memuncak.

Er tak sengaja bertemu Ar di parkiran. Ar menatap Er dengan senyum tak ikhlas, seakan hari-harinya akan semakin mendung dan tak terbendung.

"Selamat ya?! Kata Pak Dodo, lo udah resmi pacaran sama tuh anak. Sementara ... gue jomblo. Gue iri sama lo. Tapi ... enggak apa, mungkin ini udah jalan terbaik."

Er tersenyum canggung, sembari membalas salam dari Ar. "Ma-makasih Ar. Emm maksud lo ... Pak Dodo tukang kebun itu?"

"Ya iyalah, masa Pak cangkul? Dasar unyil?! Wajah batu lo ini ... ternyata gak sia-sia. Ada aja yang suka?!"

"Ngejek ya, lo?"

"Enggak. Dahlah. Daripada mikir cinta, mending mikirin kecoanya Pak Dodo?! Baru lahiran katanya."

"Ya Tuhan, apa dosa gue? Pak Dodo punya hewan peliharaan?"

"Iya, kecoanya dikerangkeng pake tali biar kaga ucul."

Er heran, bisa-bisanya Ar bersikap seperti ini? Padahal tadi itu dia marah. Ah, emang cewek, suka tersenyum walau tersakiti. Benar nitizen?

"Ya-ya biarin tuh kecoa lahiran. Emang apa urusannya sama gue? Gue malah pernah nungguin tikus lahiran. Dan ... masalah lo jomblo, emang masalah, ya? Bukannya mantan lo ada 100 lebih? Gue aja baru pacaran. Dan gue ... gak pernah iri sama lo."

"Iya, nungguin orang dingin itu emang gak pasti. Gue baru dapet cowok?!"

Er terbelalak. Gue baru pacaran? Tapi ni tengik dah dapet couple aja? Wah beneran lulusan sekolah sihir tuh babi. Habis marathon Harry Potter kali, ya?

"Pasti lo mikir ... gue pake jampi-jampi? Bener ta enggak?"

Er tersekat. "Lo tau dari mana?"

"Dari guru sihir gue. Dia belajar ... dari film Harry Potter."

Er meneguk ludah. Wah bener-bener nih anak punya ilmu babi eek di sawah!

Ar hanya tersenyum, sampai seorang cowok datang dan menyapanya.

"Oi iblis cantik, lo di sini?"

"Oh kuntilanak laki? Udah sampai aja ya, lo?" balas Ar, lalu mendorong pelan tubuh Er.

Ar menggoyangkan tubuh Er. "Er Er, kenalin cogan baruku."

Er sempat ingin ngakak. Namun tertahan, sekaligus lega. Berarti Ar enggak punya rasa apa-apa ke gue? Keputusan gue pacaran sama Fatimah udah bener? Yes. Gue terbebas dari siksa neraka ini?!

"Er, lo jangan bengong aja kayak bagong!"

Er menghela. "Emang lo tau bagong?"

"Tau," singkatnya. "Racun yang ada di dalam mulut, kan?"

"Itu jigong anying?!" Er menatap tajam wajah Ar yang mulai ngakak.

"Bengeknya sampai kebelet eek?!"

Dalam batin Ar, hanya satu pikiran yang daritadi mengganjalnya.

"Gue dapet cogan biar lo cemburu Er, bukan buat lo lega dan akhirnya lo putus ngejar gue? Terus gue harus gimana?"

Pria yang bersama Ar harus diam dulu mendengar ocehan kedua papi dan mimi peri ini. Setidaknya ia akan memahami, cinta itu seperti apa.

"Sebenarnya kamu itu bisa saja berubah, tapi rasa malumu itu menghentikan dirimu untuk maju. Dan karena rasa malumu itu, dirimu kian menetap tanpa kejelasan yang pasti."

~Ar kepada Er

~*~

Gimana guys? Mau ngakak apa mau sedih? Aku tuh suka kesel sama Er. Kenapa sih dia ga ungkapin aja apa yang ada di hatinya? Kalau udah gini, terus gimana? Emang ya, yang dingin itu bakalan lebih dingin, ga berubah!

Komen di sini, apa yang kalian pikirkan tentang Fatimah? Sepertinya dia bener-bener cinta sama Er.

Tapi Ar?

Penasaran? Yuk ikuti keseruan kisah Er & Ar
Dijamin baper, kesel, kocak, dan habis baca bawaannya pengen lempar HP

Jangan lupa vote dan komentar kamu ya!
Karena malam ini ada yang beri support, makannya aku up lagi.

13 Maret 2021

Authormu ~

Er & Ar  ✔️ [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang