Keikhlasan Cinta 18

1.1K 91 1
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

_____

Aku bingung antara melepaskan atau memperjuangkan.

_____

Sejak di taman tadi, aku dan Rina tidak beralih topik pembicaraan. Membahas tentang 'Atha dan Zalfa', sesekali aku mengalihkan topik, namun selalu saja menjurus ke topik awal. Hidup ini seakan sempit, hanya ada aku, kamu, dia dan orang pilihanmu.

Merasa matahari sudah mulai terik, aku dan Rina memutuskan untuk pulang. Belum afdhal kalau pulang belum dalam keadaan kenyang, akhirnya aku mengentikan motorku di depan pedagang kaki lima yang menjual seblak. Kali ini aku yang mentraktir Rina, sesuai kesepakatan kami bahwa setiap yang mengajak jalan itulah yang harus keluar uang. Begitulah prinsip persahabatan kami.

Setelah puas menikmati seblak hingga membuat bibirku terasa panas, akhirnya aku melajukan motorku untuk pulang. Sebelum pulang, aku mengajak Rina untuk menemaniku membeli oleh-oleh untuk Abi, Umi dan Afif. Aku membelokkan motorku kepenjual bakso langgananku, ya, oleh-oleh yang kumaksud adalah bakso.

"Terus kamu gimana, masih mau perjuangin Atha?" tanya Rina membuka topik tentang itu lagi.

"Nggak tahu juga, Rin, biar berjalan mengikuti alur aja," jawabku.

"Toh, dia juga mau nikah, kan? Jadi malah aku berharapnya nggak cinta lagi sama dia," lanjutku.

"Sadar diri terkadang harus ada dalam mencintai," kataku setelah beberapa saat kemudian.

"Aku nggak ada apa-apanya dibanding dengan Atha, Rin. Ilmuku nggak setinggi Atha, kadang aku sampai insecure sendiri sama Mira, levelnya Atha itu tinggi, Rin. Mira aja  level Hafidzah, lah aku?" kataku selanjutnya.

"Bener juga, Ra, seperti ada rasa nggak percaya diri, ya kan?" tanyanya aku mengangguk setuju.

"Iya, Rin. Aku kadang bayangin kalau aku beneran jodoh sama Atha, bagai bumi sama langit, Rin, jauh. Keluarganya aja dari ibu, ayah sampai adik-adiknya semua alumni pesantren, lah aku? Nggak tau deh kalau masuk keluarganya dia, kek nggak ada apa-apanya banget," jawabku menanggapi.

"Kan, beda sama Mira masih ada derajat-derajatnya sebagi Hafidzah. Mira kalemnya gitu, aku bobroknya gini banget. Nggak bisa bayangin, Rin, mending kalau jodoh Alhamdulillah, nggak juga nggak papa kalau mengingat itu," lanjutku lagi.

"Pas masuk keluarganya dia langsung merasa kamu adalah orang terbodoh diantara anggota keluarga lainnya," timpal Rina.

"Tapi yang namanya mencintai pasti ada rasa nggak ikhlasnya saat orang yang kita cintai jodohnya sama orang lain, kan? Kadang aku juga ngerasa nggak ikhlas gitu kalau Mira sama Atha. Gimana mau ikhlas coba, Atha yang humble meski ke orang yang dikenal sih, eh, sukanya sama Mira yang pura-pura nggak kenal sama orang, jangankan ngajak ngomong, nyapa aja nggak. Tapi ya sudahlah, namanya juga jodoh nggak ada yang tau," sambungku panjang lebar.

"Iya, Ra, kadang aku juga mikir gitu. Masih nggak nyangka aja Atha suka sama Mira. Secara, tahu sendiri Mira gimana, berbanding terbalik banget sama Atha." Rina menambahkan.

Penjual bakso memotong topik kami. Setelah pesananku siap, aku kembali melanjutkan perjalanan.

_____

[AU2] Keikhlasan Cinta✓ [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang