بسم الله الرحمن الرحيم
_____
Jika mengikhlaskanmu adalah cara terbaik, maka aku akan melakukannya. Karena titik cinta tertinggi adalah mengikhlaskan sesuatu yang bukan miliknya.
_____
Menit demi menit berlalu hingga tanpa disadari semakin dekat dengan waktu itu. Aku menatap kosong ke layar laptop yang ada di hadapanku. Sungguh ini terasa mimpi bagiku. Aku sedang tidur dan berada dibawah mimpi sekarang. Mimpi buruk yang tidak akan kulupakan. Tolong siapapun, bangunkan aku dari mimpi ini, aku tidak sanggup lagi.
Anganku melayang bersama burung yang berterbangan dan dipudar bersamaan dengan senja yang hilang. Harapanku sudah habis, putus seketika. Berharap saja tidak akan merubah kenyataan ini. This is real life. Aku menutup layar laptop dan berdiri di balkon kamar memandang senja yang datang. Senja yang datang untuk menyapa bukan menetap bersama. Setelah keindahan akan ada di mana kegelapan akan datang. Dan tidak selamanya kegelapan akan menetap, ia akan kembali tergantikan dengan sinar yang hadir bersama dengan bahagia.
"Loh, kok belum siap-siap?" pekik Umi dari mulut pintu membuatku terkejut.
"Mau kemana sih, Mi? Ini masih sore juga," jawabku dengan nada malas.
"Kamu ini gimana? Ya kita mau ke rumah Atha," ujar Umi.
"Ini masih sore, Umi. Acaranya jam tujuh malam, masih lama kurang dua jam setengah," gerutuku.
"Acaranya jam tujuh udah mulai, Ra. Jadi kita harus datang sebelum jam itu, sehabis maghrib nanti kita langsung berangkat, jadi cepat siap-siap," perintah Umi, aku hanya meng-iyakan.
Bukannya bersiap-siap, aku malah kembali duduk di meja belajar dan menatap nanar layar laptop yang mati itu. Dadaku terasa sesak, tapi air mataku tidak mampu lagi untuk turun. Semua telah berakhir, termasuk tangisku. Aku benar-benar masih tidak menyangka jika ini adalah kenyataan yang sebenarnya.
Aku kembali membuka laptop. Menatap wallpaper laptop yang sengaja kupasang dengan sebuah kalimat. Titik tertinggi mencintai adalah mencintai apa yang dicintai seseorang yang kau cintai. Oke, dari sini aku akan berusaha mencintai apa yang dirinya cintai.
Setengah jam kuhabiskan begitu saja tanpa melakukan apapun. Akupun bingung harus berbuat apa sekarang. Suasana hatiku sedang tidak menentu, antara tertekan dan senang. Bahkan akupun juga tidak tahu nanti saat aku menyaksikan langsung orang yang kucintai mengucap janji kepada orang lain. Sungguh, aku tidak bisa membayangkannya. Membayangkan saja sulit, bagaimana menjalaninya?
Aku meraih buku diary di belakang laptopku. Sejenak aku membacanya, sambil tersenyum kala mengingat setiap kejadian yang kucurahkan. Kubuka lembar demi lembar hingga aku menemukan satu ungkapan yang menarik untukku.
Rabu, 26 Agustus 2020
20.32 WIBDari tatapanmu membuatku terpaku dan membisu. Sorot tajam dari matamu terus terngiang di pikiranku. Bagaimana caraku melupakanmu sekarang? Apa aku mampu mengikhlaskanmu?
Jika memang kamu bukan takdirku, kenangan yang paling melekat di pikiranku hanya tatapan serta senyummu. Keindahanku hanya sebatas semu. Inginku menjauh darimu, tapi jujur aku tidak sanggup melakukan itu. Biarlah kisah ini terus mengalir apa adanya. Dan biarkan waktu yang menjawab semuanya. :)
KAMU SEDANG MEMBACA
[AU2] Keikhlasan Cinta✓ [COMPLETED]
Teen Fiction[Sequel Alfiyah Untukmu] ~Belum Revisi~ "Namamu akan selalu ada didalam hatiku, meskipun kau takkan pernah menjadi milikku." Nayyira Huwaida Husna. Cinta memang sudah untuk ditebak. Takdir Tuhan-lah yang mampu menyatukan cinta. Akankan cinta Nayyira...