بسم الله الرحمن الرحيم
_____Maafkan aku yang telah lancang mencintaimu tanpa memikirkan kebahagiaanmu.
_____
Semakin hari, benar saja rasa ini kian berkembang. Apalagi hampir setiap hari bertemu, rasanya jika sehari tidak bertemu waktu berjalan begitu lambat. Hari selanjutnya kian lama daripada biasanya, namun saat aku bertemu dengannya, waktu seakan berputar begitu cepat tanpa beban.
Hari ini adalah hari pertama ujian berlangsung. Sebelum ujian dilangsungkan, aku dan Atha berkeliling dari satu kelas ke kelas lain untuk mengontrol ruangan tempat berlangsungnya ujian.
Aku berkeliling di area santri putri, sedangkan Atha berkeliling diarea santri putra. Aku tidak sendirian, ada Rina dan Alif yang ikut bersamaku. Sama sekali aku tidak mengajak mereka untuk ikut bersamaku. Tetapi mereka memaksa untuk ikut dengan alasan ingin jalan-jalan.
Selama di jalan, banyak santri yang menyapaku atau hanya sekedar tersenyum. Aku-pun membalas sapaan dan senyum mereka. Mereka terbilang sangat ramah kepadaku dan para ustadz maupun ustadzah lain. Aku sangat senang melihatnya.
Saat aku berkeliling, masih ada satu kelas yang ruangannya masih kotor. Aku memerintahkan penghuni kelas tersebut untuk membersihkannya terlebih dahulu sebelum pengawas ujian datang. Tempat belajar yang bersih dan rapi itu sangat diperlukan demi berlangsungnya belajar yang nyaman.
Setelah semua tampak rapi dan terkontrol dengan baik, aku kembali ke kantor pesantren. Aku sebagai ketua sedikit memberikan masukan kepada para pengawas yang akan memasuki ruangan. Sore ini bukan menjadi bagianku menjadi pengawas. Malam nanti akupun juga akan menjadi pengawas.
Semua telah siap, akhirnya para Ustadzah yang menjadi pengawas memasuki ruangan mereka masing-masing. Aku duduk di tempatku lalu membuka laptop yang ada dihadapanku. Aku sedikit mencatat kegiatan yang berlangsung pada hari ini.
"Nay, gimana tadi? Semuanya berjalan dengan baik, kan?" tanya seorang lelaki bersuara bariton membuatku terkejut.
Aku tercengang, saat menatap kedua matanya. Indah sekali.
"Ah, Alhamdulillah, semua baik." jawabku sebiasa mungkin.
"Alhamdulillah kalau begitu. Oh iya, gimana dengan rencana Haflah?" tanyanya lagi.
"Lebih baik secepatnya sih, Tha. Kalau akhir tahun aja, gimana?" tanyaku sambil memberikan pendapat. Pemilik suara bariton itu siapa lagi kalau bukan Atha.
"Nggak di awal tahun aja?" sarannya.
"Kalau menurutku, lebih baik akhir tahun sajalah. Kan, nanti bisa sekalian libur sampai awal tahun. Jadi nanti liburnya bisa jadi satu, nggak awal tahun libur terus nanti setelah Haflah libur lagi." jelasku.
"Iya, benar juga, sih! Masalah itu nanti dibicarakan lagi sama pengurus lain." jawabnya, akupun hanya mengangguk.
Lantas Atha pergi begitu saja. Aku kembali menatap laptopku. Namun, baru beberapa menit menatapnya, kututup kembali. Fokusku terpecah akibat kedatangan Atha yang secara tiba-tiba. Hatiku telah lancang mencintainya. Jantungku sudah bekerja abnormal daripada biasanya.
Semakin hari aku juga merasakan keanehan datang tiba-tiba pada diriku saat bersamanya. Jiwa tidak peduliku seakan sirna saat bersamanya. Biasanya aku adalah tipe orang jarang bicara dan sekali bicara tanpa berpikir panjang terlebih dahulu. Namun saat bersamanya, aku harus memikirkan setiap penggal kata yang akan kuucapkan.
"Woy!" seseorang mengejutkanku hingga membuatku sedikit tersentak.
"Apaan sih kalian! Woy-woy aja, aku punya nama!" protesku.
KAMU SEDANG MEMBACA
[AU2] Keikhlasan Cinta✓ [COMPLETED]
Ficção Adolescente[Sequel Alfiyah Untukmu] ~Belum Revisi~ "Namamu akan selalu ada didalam hatiku, meskipun kau takkan pernah menjadi milikku." Nayyira Huwaida Husna. Cinta memang sudah untuk ditebak. Takdir Tuhan-lah yang mampu menyatukan cinta. Akankan cinta Nayyira...