Keikhlasan Cinta 2

3.1K 182 10
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

_____

Maafkan aku, diam-diam aku mengagumimu. Semoga rasa ini tak berkembang seiring berjalannya waktu.

_____

"Nayyira?"

Panggilan itu sontak membuat jantungku berdegub kencang. Darah yang ada ditubuhku seakan berdesir hebat. Keringat dingin mulai bercucuran. Mendadak aku terpaku pada dirinya.

"Atha!"

Dia tersenyum ke arahku membuatku sedikit salah tingkah. Ada apa denganku? Dia Atha, salah satu ustadz di pesantren Abi. Sejak awal bertemu, aku memang sudah mengaguminya. Ilmunya tidak perlu diragukan. Tutur katanya serta sikapnya yang sangat sopan membuatku lebih mengaguminya.

Atha memang lebih tua dari aku. Kami terpaut 3 tahun, tapi Atha tidak ingin kupanggil dengan sebutan 'Mas' . Yang membuatku sangatlah mengaguminya adalah dia seorang yang sangat menghargai wanita. Selain itu dia juga orang yang bertanggung jawab. Sifatnya memang dingin dan cuek, tapi itu semua tidak terlalu berarti jika dia sudah bersama keluarga atau teman terdekatnya.

Yang kutahu, Atha adalah anak ke-dua dari empat bersaudara. Dia dari keluarga yang sederhana, tapi disanalah dia mendapat kebahagiaan. Setahuku juga, keluarga Atha adalah keluarga yang kental akan agamanya. Tidak heran lagi jika ilmu agamanya tinggi. Selain itu juga, dia alumni dari pondok pesantren.

"Makasih, ya." ucapnya. Aku hanya mengangguk, entah mengapa bibirku seakan terkunci hingga tidak bisa mengeluarkan kata-kata.

"Kamu sama siapa disini?" tanyanya.

"Sa-sama Afif." duh memalukan! Kenapa aku jadi gagap begini? Dia hanya mengangguk.

"Kalau begitu, saya permisi." kataku selanjutnya. Aku tidak ingin berlama-lama dengan dia. Semakin lama dengan dia, jantungku tidak bisa terkontrol dengan baik.

"Iya." jawabnya lalu tersenyum ke arahku dan aku-pun membalas senyumnya.

Lantas aku pergi meninggalkan Atha dan adiknya itu. Saat bayangannya sudah tidak terlihat, seakan aku berada di tempat yang luas hingga aku tidak merasakan sesak. Perlahan, degup jantungku mulai terkontrol kembali. Rasa apa ini?

Aku mengabaikan semuanya. Aku tidak ingin berpikir yang tidak-tidak. Apalagi berpikir jika aku mulai mencintainya. Rasanya itu tidak mungkin. Akhirnya aku menuju ke arah Afif yang sedang berada di rak buku Antologi.

"Fif, pulang yuk! Udah belum?" tanyaku.

"Sudah kok, Mbak. Aku malah nunggu Mbak lama banget." jawabnya.

"Iya, tadi nggak nemu-nemu bukunya." alibiku.

"Ya, sudah ayo!" ajaknya, aku-pun mengangguk.

Kami menuju ke kasir untuk membayar buku. Setelah selesai membayar, kami menuju ke tempat parkir yang berada di lantai dua.

Selama di jalan, tubuhku gemetar. Jantungku berdetak kencang. Darahku berdesir mengalir dengan tidak menentu. Keringat dingin mulai bercucuran. Aku menganggap saat ini aku sedang tidak enak badan.

[AU2] Keikhlasan Cinta✓ [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang