Keikhlasan Cinta 29

1.1K 94 2
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

_____

Kamu percaya kebetulan? Tapi aku hanya percaya ini adalah takdir yang telah ditentukan.

_____

"Siapa yang akan menjauhimu, Atha?" tanyaku.

"Kamu. Karena aku merasa kamu menjauhiku, Ra. Aku punya salah apa sama kamu, Ra?" tanyanya.

"Itu perasaanmu aja, Tha. Aku kemarin itu lagi marah sama Afif jadi aku males ngomong sama siapapun." Jelas sekali aku berbohong.

"Oh ... Aku kira kamu jauhi aku, Ra," katanya sambil tersenyum.

"Nggak," balasku.

Tidak terasa, kami sudah sampai di depan aula. Aku dan Atha masuk bersama dan ternyata di sana sudah ada beberapa pengurus yang datang hingga tatapan mereka tertuju kepada kami. Aku hanya tersenyum kepada mereka, karena aku tidak terlalu akrab. Aku dan Atha berpisah tempat, dia bersama pengurus putra dan aku bersama pengurus putri meskipun masih dalam satu ruangan, kami terpisah sedikit jauh.

Tidak lama kemudian, pengurus yang lainnya mulai berdatangan. Saat dirasa semuanya sudah hadir, maka rapat pun dimulai. Ustadz Alwi, sebagai guru senior membuka rapat siang ini. Rencananya, rapat kali ini akan membahas tentang pembangunan pesantren. Ada beberapa kelas yang akan direnovasi dan menambah beberapa kelas lagi berhubung santri semakin banyak hingga kelas yang ada tidak mencukupi.

Seperti biasa, kami akan membentuk panitia. Jangan kaget jika aku akan masuk ke dalam struktur kepanitiaan tersebut. Aku ditunjuk sebagai sekretaris bersama Aisyah dan Atha menjadi bendahara bersama Ustadz Fadil dan dua lainnya. Rapat berjalan sangat lama hingga tanpa disadari akan memasuki waktu asar, Ustadz Alwi pun menunda rapat dan dilanjutkan nanti malam.

"Baiklah, berhubung sudah masuk waktu asar, rapat kita tunda dulu sesudah magrib," ucap Ustadz Alwi.

"Maaf Ustadz, apa tidak setelah asar ini sekalian?" usul salah satu pengurus.

"Saya setuju, karena saya ada acara setelah magrib." Kini Atha yang berpendapat.

"Baiklah kalau begitu, rapat akan dilaksanakan kembali setelah salat asar. Silakan, sekarang boleh meninggalkan tempat!" Kamipun bubar dan menuju ke masjid untuk salat.

Saat aku akan ke rumah, aku melihat Atha menuju ke parkiran. Akupun menghampirinya. "Atha, mau ke mana?" tanyaku.

"Pulang sebentar, Ra. Ini adikku nyuruh pulang, setelah salat asar nanti aku ke sini lagi," ucapnya sambil menyalakan mesin motor.

"Hati-hati, ya," kataku lalu dia mengangguk lantas hilang dari hadapanku.

Lantas akupun kembali ke rumah. Bisa-bisanya Atha tahu jika aku berniat menjauhinya. Padahal tidak seorangpun yang tahu selain Rina. Apa dia merasakannya? Tapi bagaimana dia bisa merasakannya? Aku menghilangkan pikiran yang terlalu berjalan jauh ini, aku hanya takut tiba-tiba ditarik keras oleh kenyataan yang tidak sesuai ekspektasi.

_____

Setelah salat asar, aku mengganti gamisku dengan yang lain, karena tanpa sengaja tadi tersiram air saat wudhu. Aku memakai gamis berwarna abu-abu tua dan mengenakan jilbab segi empat berwarna abu-abu muda. Tidak lupa memoles sedikit bedak dan liptint di bibir agar tidak tampak pucat. Setelah siap, aku langsung menuju ke aula.

[AU2] Keikhlasan Cinta✓ [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang