Keikhlasan Cinta 20

1.4K 91 3
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

_____

Who, when disaster strikes them, say, "Indeed we belong to Allah, and indeed to Him we will return."

[QS. Al-Baqara/ 2:156]

_____

Sejak mimpi yang aneh itu, perasaanku semakin tidak menentu. Seperti ada hal besar yang akan terjadi entah kepadaku atau kepada Atha. Rasa tidak enak itu terus berlanjut hingga hari ini. Aku sudah melakukan apapun yang kubisa untuk menghilangkan rasa ini, tapi tetap saja tidak bisa.

Bahkan setelah semalam dari rumah Rina, aku menyempatkan diri untuk pergi ke tetanggaku yang notabene seorang bidan. Saat diperiksa pun, aku dalam keadaan normal tidak ada sakit apapun. Tapi rasa itu masih ada. Ada apa?

Rasa mengganjal itu sangat terasa hari ini. Hatiku seakan ingin berbicara, ingin mengeluarkan sesuatu tapi tidak bisa. Hari ini membuatku menjadi malas untuk berkegiatan apapun. Perasaan tidak enak ini menghambat semuanya. Pikiranku entah melayang kemana. Intinya hari ini terasa sangat berbeda dari biasanya.

Tubuhku terasa menggigil, padahal suhu siang ini mencapai tiga puluh derajat celcius, tapi aku seakan berada pada suhu di bawah lima belas derajat. Sangat dingin. Aneh bukan jika aku tidak sakit tapi merasakan seperti itu. Selimut tebal menyelimuti ku di siang bolong.

"Mbak Ira," panggil Afif menghampiriku.

"Kalau masuk kamar orang itu ngetuk pintu dulu, atau salam dulu main masuk aja," protesku.

"Hehehe ... Maaf, Mbak. Tumben siang-siang selimutan, kenapa?" tanya dengan nada khawatir.

"Nggak usah sok peduli, butuh apa?" ketusku.

"Tahu aja nih kakakku yang satu ini. Mbak boleh minta tolong nggak?" kata Afif sambil menaik turunkan alisnya.

"Apa?" tanyaku cuek.

"Bantuin ngerjain tugas eksperimen dong," pintanya.

"Kamu nggak tahu Mbakmu ini lagi sakit apa?" geramku.

"Sakit, ya? Maaf, Mbak, aku nggak tahu." Aku mendengus kesal mendapatkan jawaban seperti itu dari Afif. Benar-benar adik menyebalkan.

"Minta tolong siapa gitu, apa-apa Mbak terus," cerocosku.

"Iya-iya," ucapnya lantas meninggalkan kamarku. Aku hanya menggelengkan kepala, datang tanpa permisi dan pergi tanpa pamit. Sopankah adik seperti itu?

Karena rasa penasaranku lebih tinggi daripada rasa gengsiku, akhirnya aku menelpon Atha untuk memastikan bahwa keadaannya sedang baik-baik saja. Berkali-kali aku mencoba menelponnya, namun sama sekali tidak berdering. Kemana dia sebenernya? Tidak biasanya. Beberapa saat kemudian aku mencobanya lagi, panggilannya berdering tapi malah direject . Tidak biasanya dia menolak panggilan. Ada apa? Kemana? Di mana? Mengapa? Pertanyaan itu seakan menjadi beban di pikiranku.

Aku berusaha menghubungi Naja, adiknya. Tapi dia juga sama seperti kakaknya, bahkan nadanya tidak berdering sama sekali. Perasaan tidak enak itu semakin menjadi saja, ini aneh. Tidak biasanya mereka menghilang tanpa kabar. Akhirnya aku memutuskan untuk berwudhu dan melaksanakan salat dhuhur. Lantas setelah itu lanjut tidur. Pikiranku sedang tidak bersahabat kali ini.

[AU2] Keikhlasan Cinta✓ [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang