بسم الله الرحمن الرحيم
_____
Mengikhlaskanmu jauh lebih baik daripada aku memperjuangkanmu tapi kita sama-sama terluka.
_____
Kejadian semalam menjadi bayang-bayang yang terus melekat. Kejadian itu masih seperti berada dihadapanku meski sedang tidak menatapnya. Entah bagaimana jika nanti aku harus melihat hal yang sebenarnya, dia harus bersanding di pelaminan. Aku tidak bisa membayangkannya.
Harapanku pagi ini, semoga aku tidak bertemu dengannya untuk hari ini. Tapi bohong jika aku tidak merindukannya. Bahkan di setiap detik waktu yang berjalan, namanya tidak bisa hilang dan terlupakan. Apa aku terlalu berlebihan?
Pagi ini aku harus ke kantor pesantren untuk mengumpulkan lembar ujian semalam yang terpaksa aku bawa pulang. Setelah bersih-bersih aku segera pergi ke kantor pesantren.
"Mi, Ira ke kantor pesantren dulu, ya, semalam lembar ujiannya lupa kebawa pulang." ucapku pada Ummi yang sedang duduk di teras rumah.
"Iya, kalau bawa barang makanya diingat. Jangan sampai lupa!" tegur Ummi.
"Hehehe, iya, Mi." kataku sambil menggaruk kepalaku yang tidak gatal.
"Ira pergi dulu, Mi." aku mencium punggung tangan Ummi sambil mengucap salam.
Jarak rumah dan kantor pesantren tidaklah terlalu jauh. Cukup dengan berjalan kaki saja sudah sampai. Saat sesampainya di kantor, terlihat ada Mbak Intan dan Zalfa.
"Loh, tumben pagi-pagi kesini, ada apa, Ra?" tanya Mbak Intan.
"Ini Mbak naruh lembar ujian semalam." Jawabku sambil meletakkan lembar ujian itu diatas rak.
"Kenapa nggak langsung dibawa ke sini?" tanya Mbak Intan lagi.
"Lupa, Mbak. Kebawa pulang deh!" Alibiku.
Setelah meletakkan lembar ujian tadi di rak, aku segera pergi. Namun langkahku terhenti kala Zalfa memanggilku.
"Ra, nanti malem aku disini. Makan bareng yuk!" Ajaknya.
"Sama siapa?" tanyaku.
"Sama Alif, nanti aku ajak dia." jawabnya.
"Iya, Insyaallah. Tapi aku harus jaga ujian dulu." ucapku.
"Nggak masalah, nanti agak malem juga nggak papa." balasnya. Akupun mengangguk.
Zalfa adalah teman dekatku. Dia juga anak yang paling gaul diantara teman-temanku yang lain. Ia juga punya rasa percaya diri kepada siapapun. Selain itu dia juga cantik diantara teman-teman yang lain. Apalagi publik speaking nya sangat bagus.
Setelah dari kantor, aku kembali pulang ke rumah. Hal semalam teringat kembali saat aku di jalan berpapasan dengan Mira. Rasanya masih ada yang tidak merelakan mereka bersama, hatiku.
Yang tidak disenangi oleh teman-temanku ataupun ustadzah yang tidak terlalu dekat dengannya adalah sikap sombongnya. Dia sangat sombong kepada orang yang tidak dekat dengan dirinya. Dia mengenalku tapi kita terasa asing.
KAMU SEDANG MEMBACA
[AU2] Keikhlasan Cinta✓ [COMPLETED]
Teen Fiction[Sequel Alfiyah Untukmu] ~Belum Revisi~ "Namamu akan selalu ada didalam hatiku, meskipun kau takkan pernah menjadi milikku." Nayyira Huwaida Husna. Cinta memang sudah untuk ditebak. Takdir Tuhan-lah yang mampu menyatukan cinta. Akankan cinta Nayyira...