بسم الله الرحمن الرحيم
_____
Ini bukan yang terakhir, tapi ini adalah awal dari sebuah jarak.
_____
Tiga hari demam sangat menyusahkan bagiku. Selain merasa tidak enak di badan, tapi karena ini membuatku tidak bisa keluar rumah. Jangankan keluar rumah, keluar kamar saja tidak boleh. Badanku sudah mulai enak sekarang, meskipun terkadang pusing tiba-tiba menyerang. Akibat berita itu, batin dan fisikku semakin tersiksa.
Malam ini aku memilih untuk pergi mengaji, padahal Umi belum memperbolehkannya. Tahu sendiri bagaimana rasanya saat berada di kamar tanpa melakukan sesuatu apapun. Aku berjalan pelan menuju gazebo, kepalaku masih terasa berat sekarang.
Sesampainya di gazebo, aku duduk dan mengatur nafasku. Padahal aku sudah terbiasa berjalan dari rumah ke sini, tapi mungkin karena tubuhku belum stabil jadi berpengaruh. Nafasku semakin tercekat saat melihat Atha melalui ku begitu saja. Padahal aku berharap semoga tidak bertemu dirinya setelah ini. Bukan apa-apa, aku hanya takut jika rasa ini semakin kuat dan enggan untuk meninggalkannya.
"Loh, Ra, kamu udah sembuh?" pekik Rina membuatku terlonjak kaget.
"Alhamdulillah, udah mendingan," jawabku.
"Bisa-bisanya kamu sakit, kenapa?" tanya Rina, karena sebelumnya aku hanya memberi tahunya jika aku sakit belum dengan alasannya.
"Gara-gara kamu," ujarku disertai tawa.
"Loh, kok aku?" Rina tampak bingung dengan kalimatku.
"Iya, gara-gara kamu kasih tahu kalau Atha mau nikah, aku jadi syok dan sakit," jelasku.
"Mending, dari pada kamu syok tiba-tiba nerima undangan bisa-bisa pingsan seketika," ledeknya membuatku mencibik kesal.
Percakapan kami terpotong saat teman-teman yang lain sudah datang. Akhirnya, kami menuju ke kelas. Aku lupa jika hari ini jadwal Atha untuk mengajar. Seharusnya aku menuruti perintah Umi untuk tidak mengaji. Tapi bagaimana lagi, sudah terlanjur juga, kan?
Tidak lama kemudian, Atha memasuki kelas dengan membawa satu kitab di tangan kanannya. Semakin hari, damagenya semakin bertambah, bukan malah luntur. Ingat, Ra, dia calon suami orang! gerutuku.
Pelajaran malam ini mungkin selalu disukai oleh para santri. Yang terbiasa mengantuk di kelas, akan mendengarkan dengan seksama saat pelajaran ini. Uqudul Lijain karya dari Imam Nawawi al-Bantani, sebuah kitab yang menjelaskan tentang rumah tangga dan hak-hak suami istri.
"Rasulullah Saw, bersabda : Barang siapa bersabar atas keburukan kelakuan istrinya, maka Allah SWT. akan memberi pahala kepadanya seperti pahala yang pernah diberikan Allah SWT. kepada Nabi Ayyub AS. atas cobaan yang diterimanya. Dan barang siapa bersabar atas keburukan kelakuan suaminya, maka Allah SWT. memberi pahala kepadanya seperti pahala yang pernah diberikan kepada Asiyah istri Fir’aun." Atha membacakan arti dari sabda Rasulullah yang ada di dalam kitab.
"Ada pepatah mengatakan bahwa, seseorang yang baik akan mendapat jodoh yang baik. Begitupun sebaliknya, jika seseorang yang kurang baik akan mendapat jodoh yang kurang baik juga. Tapi tidak semua begitu, terkadang ada juga seorang istri salihah, taat agama, tapi mendapatkan suami yang kurang mengerti agama. Kadang juga ada seorang suami yang salih, taat agama dan tidak pernah berkata kasar kepada istrinya, tetapi mendapatkan jodoh yang kurang baik akhlaknya. Akan tetapi, jika kita dipertemukan jodoh dengan tipe-tipe seperti itu, maka bersyukurlah karena Allah akan melimpahkan pahala dari Nabi Ayyub maupun Siti Asiyah kepada orang-orang yang mempu bersabar dengan jodoh yang telah di tetapkan," lanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[AU2] Keikhlasan Cinta✓ [COMPLETED]
Teen Fiction[Sequel Alfiyah Untukmu] ~Belum Revisi~ "Namamu akan selalu ada didalam hatiku, meskipun kau takkan pernah menjadi milikku." Nayyira Huwaida Husna. Cinta memang sudah untuk ditebak. Takdir Tuhan-lah yang mampu menyatukan cinta. Akankan cinta Nayyira...