بسم الله الرحمن الرحيم
_____
Aku merindukan segalanya yang ada pada dirimu termasuk senyummu dan sekarang aku bisa melihat itu.
_____
"Kak Shaka kodenya keras banget, langsung ajalah, Kak," timpal Sabrina.
"Bukan hanya kode, itu namanya terang-terangan," gumamku dalam hati pastinya.
"Apanya yang langsung?" tanya Arshaka seolah tidak paham.
"Langsung dinikahi dong." Kini Fariha yang membuka suara. Aku hanya bisa pasrah mendengar percakapan yang tidak mengenakkan ini. Kenapa semua orang seakan menjodohkanku dengan Arshaka? Bahkan Arshaka juga masih mencintai seseorang meskipun sudah tiada.
"Emang Shaka mau sama Nayyira?" Dan sekarang ganti Umi yang ikut-ikutan. Dunia memang tidak seluas daun kelor.
"Ya ... tergantung," jawab Arshaka.
"Tergantung apa?" Abi menimpali.
"Nayyira mau nggak," balas Arshaka. Rasanya aku ingin segera meninggalkan tempat ini.
"Idih ... Nggak mau," sahutku.
Sejurus kemudian, seorang santri putra datang menghampiri kami. Ternyata ada tamu untuk Abi. Akhirnya percakapan yang mencengkram itu berakhir. Aku bisa bernapas lega.
Tepat pukul sembilan pagi, keluarga Arshaka pamit untuk pulang. Duniaku terasa sedikit luas sekarang, aku bisa bernapas bebas tanpa beban. Dan aku berharap tidak akan bertemu dengannya atau dengan orang seperti dia selamanya. Orang-orang seperti itu sangat menyusahkan hidupku.
Setelah kepergian keluarga Arshaka, aku menutup gerbang rumah. Mataku menyipit saat melihat sesosok orang yang kurindukan. Atha datang dengan menggunakan stelan ala santri, memakai sarung dan peci. Sepertinya peribahasa habis gelap terbitlah terang, memang benar adanya. Buktinya saja, kemarin hidupku sangat gelap dengan hadirnya Arshaka, sekarang saat melihat Atha kembali hidupku bukan hanya terang tapi bercahaya.
"Ra, Pak Kyai ada?" tanya Atha sambil melangkah menghampiriku.
"Ah ... itu ... tadi dipanggil sama santri putra, katanya ada tamu." Bodoh, kenapa aku mendadak gugup seperti ini. Jantungku berdesir hebat, tubuhku seperti melewati suhu berbeda di setiap detiknya, kadang panas dan terkadang juga dingin.
"Kira-kira lama nggak, ya?" tanyanya lagi.
"Nggak tau juga, mau masuk dulu?" tawarku.
"Boleh, sekalian nunggu." Demi apa Atha mau kuajak masuk ke rumah? Benar-benar keajaiban sekali.
Aku mempersilahkan Atha masuk. Lantas akupun membuatkan minuman untuknya. Aku membuatnya dengan sangat ikhlas, bukan keterpaksaan seperti pagi tadi. Lalu aku mengantarkan minuman itu kepadanya.
Seusai meletakkan air minum itu, aku memanggil Afif untuk menemaniku agar aku tidak berduaan dengan Atha. Setelah membujuk Afif berkali-kali, akhirnya Afif pun pasrah dengan syarat aku harus menuruti perintah dan permintaannya selagi masih masuk akal selama tiga hari. Tidak adil bukan? Aku hanya menyuruhnya menemaniku untuk beberapa menit ke depan, tapi aku harus menurutinya selama tiga hari ke depan. Setidaknya kami terlihat seperti kakak beradik, kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
[AU2] Keikhlasan Cinta✓ [COMPLETED]
Teen Fiction[Sequel Alfiyah Untukmu] ~Belum Revisi~ "Namamu akan selalu ada didalam hatiku, meskipun kau takkan pernah menjadi milikku." Nayyira Huwaida Husna. Cinta memang sudah untuk ditebak. Takdir Tuhan-lah yang mampu menyatukan cinta. Akankan cinta Nayyira...