Keikhlasan Cinta 12

1.4K 108 4
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

_____

Bersamamu dunia seakan menjadi lebih indah.

_____

Matahari kian naik menjadi sangat terik. Namun itu bukan penghalang bagi semangat para santri. Dari tadi pagi aku duduk di belakang bersama teman-temanku. Sedangkan Atha tadi pamit ke depan untuk mengarahkan berjalannya acara ini.

Kami sangat menikmati semua acara yang telah disusun jauh hari. Bahkan dari sebelum ujian dimulai. Para santri sangat bersemangat dengan acara ini. Aku bersyukur karena acaranya berjalan dengan lancar.

Dari kejauhan aku melihat sesosok orang yang sejak kemarin tidak aku temui. Dia Mira. Sejak Atha susah untuk dihubungi, Mira pun juga tidak tampak keberadaannya. Bahkan semalam pun dia tidak ada padahal seluruh pengurus pesantren bersiap-siap untuk acara hari ini.

Tanpa sengaja Mira juga menatapku saat aku menatapnya. Tatapannya seperti ada sirat kebencian kepadaku. Tapi aku salah apa kepadanya? Sudahlah aku tidak berpikir panjang, memang dia juga seperti itu.

"Itu Mira!" seru Shafa.

"Tahu nggak, Ra, kalau dia mau nikah sama Atha dua bulan lagi? Aduh bakal jadi adik sepupu aku dong." sambung Shafa.

"Iya, masalah itu semua penghuni pesantren aja udah tahu. Cie yang mau punya adik sepupu baru." kataku sambil meledek.

"Apaan sih, Ra! Sebenarnya aku nggak ikhlas-ikhlas banget sih kalau dia nikah sama Atha. Atha itu terlalu sempurna untuknya. Iya sih, emang dia juga cantik anaknya Kyai apalagi dia Hafidzah. Tapi orang memandang bukan dari arah sananya, orang memandang itu dari akhlaknya. La dia aja nggak mau nyapa orang, sok nggak kenal. Sedangkan Atha, dia aja humble kepada siapapun. Care kepada siapapun. Ih!" ujar Shafa panjang lebar.

"Hus! Nggak boleh gitu sama calon adik sepupu baru!" ledekku lagi sambil terkekeh kecil.

"Ck! Nggak ikhlas aku! Gimana sih, Atha!" ujar Shafa dengan geram.

"Ya kalau memang Mira yang bisa bikin dia bahagia, kenapa nggak sih, Fa? Atha bahagianya sama Mira, terus kita bisa apa? Yang menjalani kehidupan, kan, juga Atha." jelasku.

"Iya sih, kamu bener juga, Ra!" ucap Shafa.

"Eh, tapi mereka udah tunangan, kan?" tanyaku memastikan. Karena sejak beberapa tahun belakangan, aku mendengar suara-suara dari pesantren kalau Atha sudah bertunangan dengan seseorang. Tapi aku baru tahu kalau itu Mira.

"Kalau itu aku nggak tau, Ra. Kalau perasaanku sih belum, Ra. La gimana, ya, mereka kalau ketemu aja nggak pernah saling sapa. Senyum aja nggak, masa kalau udah tunangan diam-diaman satu sama lain?" kata Shafa.

"Iya bener juga sih. Aku kalau lihat mereka nggak pernah saling sapa. Atau mungkin khitbah langsung nikah?" terkaku.

"Mungkin saja sih. Tapi gelagat mereka itu seperti ada yang dipendam satu sama lain gitu. Iya nggak sih? Mereka itu kayak nggak ada hubungan apa-apa." jawab Shafa.

"Udah, ah, ngomongin orang lagi. Tuh nikmati aja acaranya." kataku.

Apa yang dikatakan oleh Shafa semua hampir benar. Saat aku melihat raut wajah mereka saat bertemu seperti ada suatu hal yang dipendam dalam. Bahkan saat mereka bertemu pun, mereka seperti orang asing yang tidak pernah kenal sama sekali. Atau mungkin hubungan mereka tidak di publikasikan ke orang lain? Tapi semua orang sudah tahu tentang mereka.

[AU2] Keikhlasan Cinta✓ [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang