بسم الله الرحمن الرحيم
_____
Ini adalah takdir Allah dan aku harus menerima meskipun semua ini tidak seperti harapan yang kuminta.
_____
Kabar tentang pernikahan Atha sudah menjadi trending topik di pesantren. Terutama di kalangan santri putri yang banyak sekali mengagumi bahkan mencintai seorang Athalla Zhafran Abrisam. Memang kalau dipikir secara manusiawi, apa sih yang kurang dari Atha? Tampan, mapan, berilmu tinggi, berakhlak baik, salih semua terlihat sempurna. Bohong jika ada seseorang yang menolaknya.
Mungkin banyak sekali yang membicarakan sedikit miring tentang Mira. Mereka hanya tidak menyangka jika Atha mampu jatuh hati kepada Mira. Tapi jika dipikirkan baik-baik, cinta itu tidak memandang ia akan jatuh kepada siapa. Toh, Mira juga cantik, salihah apalagi dia seorang hafidzah meskipun sifatnya yang kurang baik. Memang semua orang memandang orang lain dari caranya berkata, berbuat dan penampilan. Bisa dibilang banyak orang yang lebih mementingkan ke cover. Padahal sebenarnya cover itu tidak selalu mencerminkan bagaimana orang tersebut.
Beberapa hari yang lalu, aku berpapasan dengan Mira. Dan anehnya dia tumben menyapaku. Mungkin efek akan menikah, ya? Tidak apa-apalah setidaknya menikah dengan Atha membuat sifatnya sedikit berubah. Artinya Atha membawa dampak baik kepadanya. Namun saat beberapa langkah bertemu denganku, ia berpapasan dengan Atha. Yang menjadi pertanyaanku, Mira sama sekali tidak menyapa bahkan hanya sekedar menatapnya sekejabpun tidak. Aku hanya berpikir jika ia malu dengan calon suami. Segampang itu pemikiran ku.
Hal yang harus kulakukan pertama kali adalah mencoba mengikhlaskan takdir ini. Bahkan Allah lebih tahu apa yang terbaik untuk hamba-Nya. Dan artinya aku bukanlah orang yang terbaik untuk Atha. Bahkan aku sangat jauh sekali dengan Atha dalam hal apapun. Antara angka satu dan seratus, sangat jauh.
Hal kedua yang harus kulakukan adalah merelakannya. Karena mau tidak mau, inilah realitanya, dia tidak akan menjadi milikku. Aku harus merelakan itu dan merelakan dengan siapapun jodohnya. Mungkin Atha bukanlah porsi yang pas untukku. Dan Allah sudah menyiapkannya yang lebih baik lagi.
Pernikahan Atha dan Mira akan digelar beberapa hari ke depan. Namun aku sama sekali tidak menerima undangan darinya maupun dari Mira. Jika aku tidak diundang, setidaknya Abi dan Umi pasti akan diundang tapi belum ada satupun undangan yang tersebar. Padahal kabar ini sudah menjadi topik hangat di pesantren beberapa hari kebelakang.
Kabar simpang siur semakin terdengar di mana-mana hanya karena undangan belum disebar. Banyak yang mengira jika pernikahannya batal dan juga tidak sedikit orang menganggap bahwa mereka akan menyebar undangan mendekati hari H.
"Ra, emang kamu udah rela gitu?" tanya Rina. Saat ini aku sedang bersamanya di gazebo pesantren karena dia tadi ada keperluan dengan salah satu santri putri.
"Rela nggak rela sih, Rin. Relanya dia nikah tapi nggak sama Mira. Yang bikin ganjel itu, nikahnya sama Mira. Ada nggak ikhlas-ikhlasnya," jelasku.
"Sama, Ra. Padahal masih banyak yang lebih dari Mira setidaknya sama seperti Mira lah," gumam Rina.
"Namanya juga udah cinta, Rin. Nggak bisa dipaksa dengan siapa dia akan tersandung," balasku sambil terkekeh.
"Tersandung?" tanya Rina heran.
"Tersandung, kan jatuh, Rin," jelasku sambil tertawa terbahak-bahak.
KAMU SEDANG MEMBACA
[AU2] Keikhlasan Cinta✓ [COMPLETED]
Novela Juvenil[Sequel Alfiyah Untukmu] ~Belum Revisi~ "Namamu akan selalu ada didalam hatiku, meskipun kau takkan pernah menjadi milikku." Nayyira Huwaida Husna. Cinta memang sudah untuk ditebak. Takdir Tuhan-lah yang mampu menyatukan cinta. Akankan cinta Nayyira...