Keikhlasan Cinta 22

1.1K 87 2
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

_____

Banyak orang yang hinggap dalam kehidupanku, tapi hatiku tetap tertuju padamu.

_____

Satu minggu berlalu setelah kejadian meninggalnya ibu Atha. Dan sejak itu juga aku sama sekali tidak bertemu dengannya. Hari-hari berjalan begitu lambat bagiku yang selalu merindukannya. Aku tidak tahu apapun tentang dia, seakan dia hilang begitu saja. Hatiku terus berteriak memanggil namanya, namun dia tidak kunjung datang.

Siang ini aku baru pulang dari toko buku. Kegiatanku selama satu minggu ini adalah menyibukkan diri dengan membaca, setidaknya membuatku tidak terlalu memikirkannya. Aku mengerutkan keningku saat melihat dua mobil terparkir rapi di halaman rumahku. Tampaknya ada tamu. Setelah memarkirkan motorku dengan baik, akupun masuk. Saat menginjak teras terdengar suara ramai di dalam ruang tamu.

"Assalamualaikum," ucapku sontak membuat semua orang yang berada di ruang tamu tertuju ke arahku.

"Waalaikumsalam," jawab mereka serempak.

Di dalam tampak beberapa orang, seorang lelaki paruh baya, seorang wanita paruh baya, seorang lelaki yang mungkin umurnya di atasku sedikit dan dua orang gadis kembar yang duduk berdampingan. Aku menyalami Umi, Abi dan wanita paru baya dan dua orang gadis kembar itu lantas tersenyum dan menelengkupkan kedua tanganku di dada kepada lelaki paruh baya dan mungkin anak laki-lakinya itu.

"Ira ke kamar sebentar, Mi, ini mau naruh buku dulu," ucapku sambil memperlihatkan tumpukan buku yang ada di tanganku.

"Iya, setelah itu ke sini lagi, ya," kata Umi lantas aku mengangguk lalu melenggang menuju ke kamar.

Aku menata buku-buku yang kubeli tadi di rak. Setelah itu aku mencuci wajah lantas langsung kembali ke ruang tamu. Sepertinya aku tidak pernah tahu tamu Abi yang satu ini. Mungkin mereka baru pertama kali datang kemari.

Sesampainya di ruang tamu, aku duduk di sebelah kanan Umi dan berhadapan dengan laki-laki muda itu. Kuakui memang dia tampan dan sepertinya dia orang berpendidikan serta berilmu tinggi. Aku hanya menjadi pendengar percakapan diantara mereka yang membahas tentang pesantren, pendidikan dan banyak lagi.

"Putrimu ini cantik ya, Kay," ucap wanita paruh baya yang tadi kutahu namanya adalah Hamida.

"Alhamdulillah, Da," balas Umi.

"Sepertinya cocok dengan putraku ini," lanjut Bu Hamida membuatku dan lelaki yang kutahu namanya Arshaka itu sama-sama menoleh ke arah Bu Hamida. Aku mengerutkan keningku, kenapa pembahasannya jadi ke sana?

"Kalau jodoh pasti cocok saja, Da," timpal Umi membuatku membulatkan mata. Jodoh? What? Oh, tidak aku. Aku tidak pernah membayangkan akan berjodoh dengan orang yang tidak kukenal sama sekali.

"Ira," panggil Abi sontak membuatku menoleh.

"Iya, Bi?"

"Ajak Arsha keliling pesantren, Ra," pinta Abi.

Aku menatap Abi dengan tidak percaya, "Berdua?"

"Nggaklah, sama adik-adiknya sekalian," jawab Abi membuatku sedikit lega.

"Iya, Bi. Ya sudah ayo!" kataku lantas berdiri dan berjalan mendahului mereka.

[AU2] Keikhlasan Cinta✓ [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang