Keikhlasan Cinta 35

1.4K 92 1
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

_____

Aku tidak tahu bagaimana perjalanan cintamu. Tapi dengan beraninya aku memintamu kepada Tuhan. Apakah aku seegois itu?

_____

Bukan Mira?

Aku terkejut setelah membaca undangan itu. Ini tidak sesuai ekspetasi ku, ternyata jauh lebih rumit. Pertanyaan yang muncul dibenakku kenapa tidak menikah dengan Mira? Ada apa sebenarnya? Apa yang terjadi? Tidak mungkin seseorang akan menggosipkan suatu hal jika tidak ada awalannya. Lalu apa?

Bahkan berita tentang pertunangannya dengan Mira sudah menjadi berita yang terus bergulir setiap saat. Dari kabar pertunangan, pernikahan dan pengunduran, terus saja berita itu. Ternyata calonnya bukan Mira, melainkan orang lain yang aku sendiri tidak mengenalnya.

Hahaha ... Ternyata jodoh serumit itu. Diberitakan dengan siapa, menikah dengan siapa. Ya, jodoh memang tidak ada yang tahu. Tapi siapa sangka akan serumit itu. Secercah harapan pupus karena masa lalu dan dibangkitkan lagi dengan yang baru. Begitulah jodoh.

"Tadi siapa, Ra?" tanya Umi yang datang dari arah dapur.

"Atha, Mi," jawabku.

"Loh, tumben. Ada apa?" tanya Umi lalu duduk dihadapanku.

Aku memberikan undangan tadi, "Cuma kasih ini, Mi."

"Tiba-tiba kok udah tinggal tiga hari aja. Tapi, kenapa mempelainya berbeda, ya? Nama lengkapnya Mira ini?" tanya Umi setelah membaca undangan itu.

"Nggak, Mi. Namanya Mira bukan itu. Jodoh nggak ada yang tahu, ya, Mi," kataku.

"Iya, Ra. Jodoh itu nggak tahu datangnya dari mana, sama seperti Umi dan Abi dulu. Tidak saling mengenal, bertemu dengan kebencian lalu disatukan oleh cinta yang halal," sambung Umi.

"Kenapa tiba-tiba nikahnya nggak sama Mira, ya, Mi? Kan, pastinya ada sebab dibalik itu semua." Aku sedikit berpikir tentang hal ini, karena aneh saja. Sudah kuduga sejak awal, bahwa diantara Atha dan Mira ada suatu hal.

"Umi juga nggak tau. Apa mungkin Mira menolak? Masa iya. Siapa yang berani menolak Atha coba? Kalau Atha ngelamar kamu, Umi bakal marah jika kamu menolak." Aku menahan senyum saat itu. Secara tidak langsung, Umi merestuiku jika aku bersama Atha.

"Umi ini bisa aja. Mana mau Atha sama aku yang modelan seperti ini. Ilmu agama pas-pasan, cantik juga nggak terlalu, pinter juga lumayan. Berbanding jauh, Mi," sangkalku.

"Jangan gitu! Umi dulu juga tidak mengerti agama, suka mengumbar aurat, sering keluyuran nggak jelas, tapi ternyata Allah memberikan Umi jodoh yang Insyaallah akan membawa ke surga-Nya. Ini tergantung jodoh sama nggaknya," ucap Umi. Ada benarnya juga ucapan Umi.

"Tapi kalau aku sama Atha cocok nggak sih menurut Umi?" tanyaku dengan nada bercanda.

"Nggak, kamu manjanya seperti ini masa dapetin Atha yang mandiri," jawab Umi disertai kekehan. Aku mencibik kesal.

"Ih Umi, siapa yang manja? Kadang sih, hehehe." Kamipun tertawa bersama.

_____

Malam ini aku pergi ke kantor pesantren diminta Mbak Sarah untuk mengurus beberapa keperluan di sana. Kebetulan juga, malam ini libur mengaji karena ustadz Alwi ada acara di luar. Jadi, aku bisa tenang mengurus pekerjaan ini.

[AU2] Keikhlasan Cinta✓ [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang