Keikhlasan Cinta 19

1.1K 88 0
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

_____

Semoga tidak terjadi apa-apa padamu.
Aku khawatir.

_____

Dadaku terasa sangat sesak. Air mata terus menetes membanjiri pipiku. Aku tengah terduduk di lantai sambil memeluk lututku dan menenggelamkan wajahku di sana. Saat ini aku sedang berada di sebuah kamar, yang aku tidak ketahui ini milik siapa. Gelap, itu yang kulihat saat ini. Pasokan oksigen sangat minim di sini hingga membuatku sulit untuk bernafas.

Lantas aku berdiri dan menuju ke pintu kamar itu. Namun, saat ingin membukanya, ternyata pintu itu terkunci. Benar-benar rasanya aku hampir tidak bisa bernafas di sini. Aku menggedor pintu berkali-kali, tapi tidak ada respon apapun dari luar. Sebenarnya aku di mana? Tubuhku sudah melemah hingga membuatku merosot dan terduduk di lantai sambil bersandar di pintu.

"Atha, buka pintunya! Jangan giniin aku!" teriakku sambil menggedor-gedor pintu dengan keras namun tidak ada respon sama sekali.

"Atha! Kamu sudah cukup menyiksaku dengan cintamu, apa kamu masih ingin membunuhku dengan cara seperti ini?" teriakku lagi masih saja tidak ada respon apapun dari luar.

Seketika itu juga kepalaku terasa sangat sakit dan tidak berselang lama, kesadaran menjauhiku. Aku tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya, yang kuingat hanya aku terkunci di kamar yang sangat gelap sambil menangis.

Perlahan aku membuka mata. Kepalaku masih terasa berat dan sedikit sakit. Aku melihat sekeliling, ini sudah tidak gelap lagi. Saat bangun, seketika aku terkejut saat melihat diriku sudah ada di atas kasur. Aku mengingat-ingat kembali, yang terakhir kuingat adalah aku duduk di lantai sambil menggedor-gedor pintu lantas aku tidak sadarkan diri. Lalu siapa yang membopongku tidur di atas kasur?

Aku berjalan ke arah pintu, seingatku semalam aku terkunci di dalam kamar ini. Saat aku mencoba membukanya, ternyata pintunya sudah tidak dikunci lagi. Akhirnya aku langsung bersih-bersih dan memasak. Setelah mengerjakan semuanya, aku membersihkan diriku.

Dengan mengenakan gamis berwarna cokelat dengan jilbab yang senada, lalu aku mengambil tas bahuku. Aku tidak tahu sedang berada di mana, tapi sepertinya aku sudah terbiasa berada di sana. Saat hendak keluar, aku mendapati seorang wanita paruh baya yang tengah duduk di kursi teras.

"Bu, Ira mau pergi dulu. Oh iya, nanti kalau Atha mencari, bilang saja Ira ada urusan," kataku pada wanita paruh baya itu.

"Iya, hati-hati, Ra," balas wanita paruh baya itu.  Lantas aku mencium punggung tangan wanita paruh baya itu sambil mengucap salam. Setelah beliau menjawab salam, akupun pergi entah kemana.

Setelah kepergianku, tidak lama kemudian Atha menghampiri wanita paruh baya tadi. Aku sama sekali tidak mengenalnya, tapi sepertinya aku sudah tampak akrab. Bahkan aku memanggilnya dengan sebutan 'ibu'.

"Bu, Ira kemana?" tanya Atha pada wanita paruh baya tadi.

"Tadi katanya ada urusan. Dia tidak pamit kamu?" tanya balik wanita paruh baya itu. Atha hanya menggeleng.

"Dia tidak pamit ke Atha, Bu. Atha ke dalam dulu," ucapnya.

Lantas aku tidak tahu apa yang terjadi seterusnya saat merasakan seseorang menggoyahkan tubuhku dengan sedikit keras. Aku membuka mata perlahan dan menetralkan cahaya yang masuk. Saat mataku benar-benar terbuka, aku melihat sesosok Umi yang berada di sampingku.

[AU2] Keikhlasan Cinta✓ [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang