renjun menaruh kedua tangannya di pagar rooftop. melihati rumah rumahan dan gedung lainnya dari atas sehingga terlihat jauh lebih kecil.
renjun menekuk kepalanya, menghembuskan nafas panjang sambil menikmati angin angin yang bertiupan berlawanan arah. memejamkan matanya di suasana yang hening tanpa suara selain suara angin.
bomin yang entah darimana tiba tiba menghampiri renjun, menepuk pundaknya pelan membuat renjun membuka matanya.
renjun berbalik, melihat sosok bomin di depannya. renjun berusaha bersikap tenang. renjun mulai menarik nafas, dan membuangnya kembali. "kenapa lu disini?"
bukannya menjawab, bomin mengulur tangannya. mengusap pipi renjun, sehingga nafas renjun tercekat mihat tangan lentik bomin menyentuh wajahnya.
renjun sedikit mundur, menepis pelan tangan bomin dari wajahnya.
"m-min.."
bomin membuang nafas kasar, "lu masih gak bisa lepasin guanlin?"
ucapan bomin membuat renjun mulai emosi. tangannya mengepal kuat, memberi tatapan mata elangnya pada bomin dengan penuh dendam.
"dia koma, bukan mati. jaga ucapan lo."
BRAK!
"JUN JUN! GUANLIN UDAH SADAR"
"Sho," sungchan memberhentikan langkahnya. menarik tubuh shotaro untuk berhadapan dengannya.
sungchan tersenyum, ia merapikan rambut rambut shotaro yang berantakan. hal itu ternyata membuat shotaro menahan nafasnya.
jantung shotaro berdetak 2 kali lebih cepat dari biasanya. sungchan tertawa kecil lalu mencubit pipi shotaro.
"salting hm? lucu banget."
"ayo," sungchan menggenggam tangan shotaro berjalan mengelilingi dufan. rencana jalan mereka akhirnya diputuskan buat ke dufan, attas kemauan shotaro sendiri. sungchan pun mau mau aja, bahkan dia yang bayarin tiketnya.
sungchan dan shotaro berjalan liat liat wahana apa yang mau dimainin. tapi daritadi mata shotaro mengarah ke bazar bazar atau outlet store yang ada di sekeliling mereka.
bahkan sampai sampai gak sadar kalau sungchan perhatiin wajah shotari yang kagum liat mainan mainan dan lainnya di sekitar mereka.
"mau kesana?" tawar sungchan menunjuk salah satu bazar toko aksesoris. shotaro menyengir, dan mengangguk.
senyuman sungchan melebar, lalu mengajak shotaro mengunjungi bazar itu. shotaro lansung tersenyum lebar melihat bunny hat di salah satu sudut bazar itu.
tangannya lansung mengambil cepat, dan memasangkannya di kepala sungchan. senyuman shotaro tambah melebar saat shotaro memompa telinga panjang di bunny hat itu dan membuat kedua telinganya naik.
sungchan mengambil salah satu bunny hat dibelakangnya yang berwarna pink, lalu memasangkannya juga di kepala shotaro. keduanya menjadi saling memompa telinga orang yang dihadapannya. tersenyum dan perlahan menertawakan wajahnya.
"mau beli ini?" shotaro mengangguk cepat dengan tersenyum sampai matanya nyaris tidak terlihat.
sungchan tertawa gemas, lalu berjalan menuju kasir bersama shotaro. ditengah jalan shotaro melihat gelang bracelet berwarna baby blue untuk pasangan.
shotaro mengigit bibirnya, bukan swagjutsu.
tangannya yang tenggelam dalam cardigan besar miliknya menarik ujung baju sungchan. sungchan yang sedang membayar membalikkan badannya.
shotaro menunjuk kecil kearah rak berisi gelang gelang pasangan. sungchan menaikkan kedua alisnya, seakan memberi telepati berkata, mau beli?
seolah olah paham, shotaro mengangguk gemas untuk yang kesekian kalinya.
"mba, sama gelang itu 2 ya."
renjun berlari menyusuri lorong rumah sakit. berlari sekencang mungkin bersama bomin. pintu kamar pasien dibuka, renjun lansung berlutut karna jantungnya nyaris meledak.
renjun berusaha menetralkan nafasnya yang engap rasanya. perlahan, renjun berdiri. berjalan mendekati guanlin.
sedari tadi renjun tidak bisa berhenti tersenyum. ia menyentuh tangan guanlin, namun ditepis kasar oleh guanlin.
"lu siapa?"
seketika senyuman renjun memudar, mendengar kata kata dari guanlin, lu siapa?
"l-lin?"
"aku pacar kamu!" mata renjun melotot besar. pandangannya teralih ke jihoon yang disampingnya. tangan mereka bertautan, itu yang dipikirkan renjun sekarang.
"pacar? pacar gua jihoon, bukan lu."
"lin, apa apaan sih kamu-"
"elu yang apa apaan, jelas jelas gua gak pernah kenal lu, yang gua kenal cuman jihoon, pacar gua," kening guanlin berkerut sekarang. menatap renjun yang penampilannya sudah berantakan.
guanlin bisa melihat pelipis renjun penuh keringat, masih memakai seragam namun dengan dasi yang sudah acak acakan. rambutnya sudah basah karna berlari tanpa henti tadi.
terakhir, gelang. gelang yang dipakai renjun dan guanlin sama, membuat guanlin melihat gelang yang di pergelangan tangannya dua kali.
bomin yang sudah paham keadannya, menarik renjun untuk menjauh. "jun, ayo." bisiknya lalu menarik pinggang renjun posesif.
melihat renjun dan bomin meninggalkan kamar, guanlin kebingungan. matanya berair, tapi guanlin tidak tahu apa penyebabnya.
"kenapa..gua nangis?" guanlin mengusap pelupuk matanya yang basah.
"kenapa...hati gua sakit?" tanya guanlin malah tambah menangis setelah renjun dan bomin meninggalkan kamar.
"j-jun tenang dulu."
"GIMANA BISA TENANG SIH MIN?!" renjun melepaskan tangan bomin darinya dengan kasar. renjun menangis histeris sekarang sejak meninggalkan kamar guanlin tadi.
bomin menghela nafas, lalu memeluk renjun erat. berniat menenangkannya untuk sejenak meskipun renjun masih menangis.
punggung renjun diusap pelan pelan oleh bomin. membuat renjun perlahan mulai tenang dengan tangisannya. renjun menangis di pundak bomin, terisak kecil di pelukannya.
bomin mengangguk mengerti, dan mengeratkan pelukannya.
"gua harus gimana min.." lirih renjun dengan suaranya yang serak. mendengar renjun menangis, dada bomin terasa sesak dan sakit. tangannya mengepal dengan kuat.
diam diam, ada sosok yang melihati mereka dari kejauhan. dengan tatapan wajahnya yang tidak menyukai interaksi dekat renjun dan bomin.
I'M SORRY KALO ADA TYPOOO
zuzur ngetiknya smbil nguap trus:')
anw, tysm for 5k umumumu🥺🥺
have a nice day y'all!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Cicatrices | NCT
FanfictionBXB CONTENT! [completed, 17+] How do you feel? ketika mengetahui ternyata kita menyukai sesama jenis.