02. deux

4.9K 314 8
                                    

jaemin berjalan ke arah gerbang sekolah. pukul 06.46, masih banyak waktu untuk bermain sebelum bel.

langkahnya terhenti karna seseorang merangkulnya sehingga leher jaemin terasa tercekat.

jaemin memukul lengan orang itu berkali kali. beberapa saat akhirnya dilepaskan.

"LEE JENO LU MAU BUNUH GUA YA?!"

jeno tersenyum, "tadinya. tapi dipikir dipikir gua bakal kesepian gak ada lu, gak ada yang bisa gua ganggu."

"brengsek," ucap jaemin kesal. ia melalui jeno tanpa mendengarkan panggilan lelaki itu.

"heh! nana! jangan ngambek!"

jaemin berbalik dan menatap marah pada jeno. "gak usah panggil gua nana!"

"oh? kenapa?" tanya jeno dengan muka yang tidak bersalah sedikit pun.

"bodo amat anjing, kesel gua sama lu" jaemin berjalan lagi meninggalkan jeno.

"eh eh eh..drama apalagi nih? pagi pagi nonton sinetron.." haechan menghampiri kedua orang itu.

renjun yang ada di sampingnya menghela nafas, "elu tuh yang bikin sinetronnya makin heboh, kaya host rumpi no secret, banyak bacot."

haechan mengangkat tangannya yang sudah ia kepal berancang ancang menonjok renjun. renjun juga begitu. keduanya sama sama ingin menonjok manusia yang ada di hadapannya.

"chan? ngapain?" suara mark lansung membuat haechan mengembalikan tangannya.

haechan menggeleng sambil tersenyum, "hm? enggak kok gapapa."

"cih munafik," ucap renjun berdecih pada lelaki itu. haechan menyenggol keras lengan renjun menyuruhnya diam.

"masuk gih, udah jam segini bakal upacara kan?" ucap mark selaku anggota osis.

haechan menyengir kikuk sambil menggaruk tengkuknya. "a-a-ah iya..iya kak"

mark mengangguk, "duluan ya." lelaki itu membungkuk sebentar lalu melalui 4 lelaki itu.

haechan dan renjun kembali ribut, saling berancang ancang menonjok meskipun tidak akan terjadi.

jaemin menatap kagum pada mark. "woah..kak mark emang seganteng itu.."

jeno dibawah sinar matahari menyepitkan matanya, menatap jaemin yang masih melihat ke arah punggung mark yang perlahan menghilang.

perasaan haechan diam diam sedikit cemburu. padahal jaemin hanya mengatakan kalau mark iru tampan.

tapi ini jaemin, uke kelas 10 angkatan 2020 yang termanis di kelasnya. berbeda lagi dengan renjun di kelas sebelah, diakui sebagai uke yang termanis juga.

haechan menghela nafas, sedikit insecure. bahkan jaemin tampaknya juga akan mengalahkannya.

lelaki itu berjalan tanpa memedulikan renjun yang sedari tadi mengajaknya ribut.

"lah? kenapa tuh anak?" renjun merasa aneh pada haechan yang tiba tiba berhenti.

jeno menggeleng pelan, "gatau." ia juga berjalan meninggalkan jaemin dan renjun.

"udah pada pergi, yuk bareng jun" ajak jaemin. renjun mengangguk setuju.











sudah 28 menit upacara berlalu. hari ini matahari sangat terik, membuat siswa berkeringat banyak.

di barisan paling depan ada renjun, felix, jisung dan lainnya. di belakang, ada haechan, jaemin, jeno, dan guanlin.

sedari tadi guanlin menatap renjun dari belakang. lelaki bertubuh mungil itu terus terusan mengipasi kepalanya sesekali menggunakan tangannya.

wajahnya juga tampak merah. renjun tampak lemas kali ini.

dan-

tepat. guanlin berlari ke arah renjun dan menangkap tubuhnya yang lemas. renjun pingsan.

guanlin membawa renjun dengan menggendong renjun di pelukannya. ia berlari cepat ke uks.

sesampainya guanlin membaringkan renjun di kasur ruang uks. ia membuka 3 kancing dari atas seragam renjun, lalu menyalakan kipas

lelaki itu mengelap keringatnya sendiri sambil berusaha menormalkan nafasnya karna berlari tadi.

"dasar..." gumamnya menatap renjun.

"lin?"

guanlin menoleh, guru wali kelas MIPA-2 yang sedang bertugas di uks menepuk pundak guanlin untuk mengecek keadaan.

guru itu membuang nafas, tampak sedikit kesal. "renjun lagi? nyusahin terus dia, selalu pingsan."

guanlin menoleh cepat ke guru itu sambil mengerutkan keningnya. agak merasa tersinggung karna ucapannya.

"maksud ibu?"

"dia selalu pingsan, nyusahin doang, lemah banget." guru itu meninggalkan mereka berdua.

guanlin masih menatap guru yang berjalan keluar dari pintu uks itu. diam diam mengepalkan tangannya kuat kuat menahan emosi.

"siala-"

"lin? lu ngapain?" pandangan guanlin lansung mengarah ke renjun yang berbaring di kasur.

guanlin tersenyum tipis, "udah bangun?"

"daritadi." jawaban renjun membuat senyuman guanlin memudar. "maksud lu?"

"gua udah bangun daritadi," renjun mengulang perkataannya.

"jadi lu denger bu ana tadi ngomong apa?" tanya guanlin kini merasa gelisah. dan renjun mengangguk.

guanlin menggeleng kikuk, "jangan di dengerin, yang bu ana ngomong gak bener."

"emang bener kok." renjun tersenyum kecil pada lelaki berdarah taiwan itu, "emang bener gua orangnya-"

"Huang Renjun." potong guanlin menatap renjun dingin. renjun berhenti berbicara mendengar respon guanlin. "maaf." cicitnya

guanlin membuang nafas panjang, lalu mengelus kepala renjun. "udah ya, gak usah ngomong gitu lagi."








Cicatrices | NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang