06. six

2.2K 184 0
                                    

"baru kali ini gua ngerasain patah hati."

"chan, come here!" mark tampak antusias mengajak haechan duduk di lantai, bersandar di ranjangnya.

haechan duduk di samping mark, lalu melihat sebuah album berwarna coklat yang tampak kusam.

ia tersenyum, "ih, apa itu?"

"album kakak, isinya foto foto waktu kita masih kecil, mau liat?"

haechan mengangguk semangat. ia mendekatkan lagi tubuhnya ke samping mark. mark membuka albumnya, membuat haechan menahan jeritan dengan menepuk nepuk pundak mark.

mark membalik halaman keras album itu. terdapat foto foto mereka yang terpisah.

"heh ini imut bangett," ucap haechan menunjuk wajah mark kecil.

"you too, see that?" mark menunjuk foto disampingnya. lalu mengulas senyum kecilnya, "really so cute."

"kak, kita jamet banget ya?" tanya haechan menempelkan dagunya ke pundak mark tanpa disadari.

ia menunjuk potret mereka,

mark lansung tertawa geli melihatnya. "oh..my god, ini waktu kapan astaga.."

"gak tau," haechan menggeleng. "yang pasti alay banget liatnya." haechan menahan tawa.

"oh my god..." mark menggelengkan kepalanya. "what is this.."














"kak john, mark rencananya ngapain sih bawa haechan ke kamar? kok sampai ketawa kenceng banget?" tanya ten mencuci panci panci yang tadi ia gunakan untuk memasak untuk makan malam nanti.

john menumpu tangannya ke meja bar dapur, "mark mau nunjukin foto foto mereka waktu kecil, ya gitu deh, pasti ketemu foto jamet alay."

ten tertawa sambil menyibuki piring panci yang ia cuci di wastafel, "kak john juga kan?"

"apa nya?"

"pasti ada foto alay." ten berbalik dengan cengirannya. john melotot protes, "aku gak ya! gak banget kaya gitu."

"iya iya dehh."

john berjalan ke arah ten lalu memeluknya dari belakang. "nanti aku tunjukin aku kecil gimana."

ten menggoyangkan tangannya untuk membuang air air yang menempel, lalu mengelapnya ke celemek.

lalu, ten berbalik badan dan menangkup wajah pacarnya itu. "iya deh."

johnny tersenyum, lalu mengangkat badan ten. ia melingkarkan kaki jenjang itu ke pinggangnya. "love you."








"guanlin tunggu ih!"

"lin!"

"guanlin."

"LAI GUANLIN BISA GAK SIH BERHENTI SEBENTAR?!"

bentakan renjun otomatis membuat guanlin memberhentikan langkahnya di koridor taman.

ia masih belum berbalik, hanya diam membisu.

"lu kenapa sih?! udah 2 hari lu sensitif banget sama gua? kenapa lu menjauh?!"

guanlin tertawa meremehkan ucapan renjun, "gak usah deket deket lagi, inget? kata bomin."

guanlin menghela nafas, ia menatap ke sepatunya.

"pernah gak sih lu mikir? gua beneran suka sama lu?" ucapnya.

renjun membuang nafasnya, "bukan saatnya bercanda lagi lin"

lagi, guanlin tertawa.

"selama ini gua bilang gua suka sama lu selalu berakhir jadi candaan, dan selama ini lu mikir bercanda," guanlin membalikkan badannya.

"Huang Renjun, inget siapa yang hibur lu waktu lu putus sama bomin? inget? lu tau gimana sakitnya gua liat lu berubah gitu? lu diem diem nangis di kamar."

"gua bahkan gak dianggap sebagai sahabat karna lu gak pernah cerita sama gua."

"lu tau? selama 4 tahun jun, gua suka sama lu, bahkan sebelum kita kenalan."

"dan? ternyata selama gua bilang gua suka lu, lu bakal anggap itu cuman sebatas candaan?" guanlin menatap renjun dengan mata yang mulai berair.

"TAPI GUA BENER BENER SUKA SAMA LU!" teriaknya.

guanlin berjalan meninggalkan renjun yang masih membeku disana. ia membisu mendengar ucapan guanlin.

GUA BENER BENER SUKA SAMA LU!

bomin berlari ke arah renjun, ia menarik pundak renjun untuk mengecek keadaannya.

"astaga jun? kamu kemana tadi aku cariin loh," ucapnya.

"jun?" tidak ada jawaban.

tubuh renjun melemas. ia nyaris jatuh jika bomin tidak menahan tubuh mungilnya itu.

"eh eh? kenapa?"

renjun menggeleng, ia melepaskan tangan bomin dari tubuhnya. renjun berjalan meninggalkan bomin tanpa mendengarkan ucapan pacarnya itu.

renjun berjalan ke kamar mandi. ia memutar keran wastafel lalu segera membasahkan wajahnya.

ia menatap wajahnya sendiri di depan cermin, "what the hell are you think Renjun."

renjun memejamkan matanya. "damn."






Cicatrices | NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang