"jisung," chenle berjalan mendekati jisung. memberikan sebungkus es krim dungdung yang rasa kacang ijo.
"nih, mami nyuruh kasih," chenle mengigit es krim miliknya. chenle duduk dibangku taman rumah chenle, dan duduk di depan jisung.
"kak guanlin udah siuman?" tanya jisung membuka bungkus es krimnya. chenle menggeleng, "kata mami ko guanlin masih koma, belum ada perkembangan juga."
jisung mengangguk. "kasian ya kak renjun.."
chenle bangkit berdiri, mendekat pada jisung. jarinya membersihkan sisa sisa dari es krim di sekitar mulutnya. chenle berdecak dan menghela nafas.
"kasian sih iya, tapi mulut kamu cemong bangett"
jisung menahan tangan chenle. sehingga chenle kebingungan apa yang dilakukan jisung. keduanya terdiam, saling menatap tanpa sepatah kata apapun.
jisung naik sedikit dan mendekatkan wajahnya ke wajah chenle. menatap netra legam yang berkilau seperti kristal itu dengan jarak yang sangat dekat.
jisung menarik tengkuk chenle, mencium bibirnya lembut. perlahan, chenle membalas ciuman jisung. eumat bibir jisung dengan pelan.
keduanya menautkan bibir mereka, bermain di dalamnya. dengan mata terpejam, chenle mengusap pipi jisung saat menciumnya.
beberapa menit dan mulai kehabisan nafas, mereka melepaskan tautan bibir mereka. chenle menjilat bibirnya sebentar dan terdiam.
pipinya mulai terasa panas sekarang. sikapnya menjadi blak blakan dan kikuk sehingga jisung diam diam merasa gemas pada tingkahnya.
"a-aku, aku mau ke toilet dulu.."
"chan," shotaro menepuk pundak sungchan. sungchan abis main basket sama yang lainnya. shotaro daritadi memperhatikan sungchan yang keliatannya kecapekan mainnya.
shotaro melihat tubuh sunchan, dan kepalanya. yang udah mengeluarkan keringat banyak banget. lelaki itu memberikan sekotak susu rasa full cream ke sungchan
"sorry sikap gua kemaren, gua tau gua kasar.." cicitnya menunduk. tangannya masih memberikan kotak susu pada sungchan.
sungchan bangkit berdiri. menerima kotak susu di tangan shotaro. sungchan tersenyum tipis, "gapapa kok."
"ayo pulang," sungchan mengusap kepala shotaro dengan lembut. lalu mengambil tasnya di tribun. sebelumnya sungchan berpamitan dahulu ke teman temannya.
sungchan menggenggam tangan shotaro, dan berjalan bersamanya menyusuri koridor menuju parkiran. diam diam, shotaro menatap tautan tangan mereka.
shotaro melihat kesampingnya, sungchan tampak tinggi dan berjalan dengan santai. langkah kakinya besar, berbeda dengan shotaro yang pendek. langkah kakinya kecil dan lambat.
shotaro tersenyum kecil, berusaha tidak terlihat tersenyum di hadapan sungchan.
"papa mama mau ketemu waktu makan malem, kamu bisa dateng?"
shotaro menoleh kikuk, "h-hah?"
sungchan tampak menghela nafas. "aku tau kamu gak suka, tapi kita harus terbiasa kayak gini atau enggak mereka bisa kecewa."
shotaro mulai merasa nyaman mendengar panggilan dari sungchan sekarang. belum lagi sikap lembutnya membuat shotaro merasa lebih nyaman.
shotaro mengangguk paham. "m-maaf."
"kenapa?"
"eum, maaf kemaren kasar.."
sungchan tertawa. tangannya menyingkiri anak rambut sungchan yang menghalangi matanya.
sungchan tersenyum tipis, "kamu udah minta maaf tadi, gak usah merasa bersalah."
"besok mau jalan gak?" tawar sungchan. shotaro menaikkan kedua alisnya, "hah?"
"besok kan sabtu, mau jalan?"
"gak bakal boleh... mama papa tuh su-"
sungchan menyela cepat, "kan kita tunangan sayang, pasti boleh lah."
"oh iya.." shotaro mulai tersadar setelah mendengar ucapan sungchan. tapi ada satu kata yang membuat shotaro cukup terkejut. sayang?
KAMU SEDANG MEMBACA
Cicatrices | NCT
Fiksi PenggemarBXB CONTENT! [completed, 17+] How do you feel? ketika mengetahui ternyata kita menyukai sesama jenis.